Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Tokoh · 23 Mar 2024 12:08 WIB ·

Gus Dur Bapak Humanisme di Indonesia


 Gus Dur Bapak Humanisme di Indonesia Perbesar

Oleh: Ahmad Fuadi Akbar

KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur, adalah sosok yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia. Selain menjadi Presiden keempat Indonesia, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh spiritual dan pemikir yang mencetuskan konsep humanisme dalam konteks Indonesia. Dalam essay ini, kita akan mengeksplorasi peran dan kontribusi Gus Dur sebagai bapak humanisme di Indonesia.

Pendekatan Humanis dalam Kehidupan dan Pemikiran

Gus Dur dikenal karena pendekatannya yang humanis dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam ranah agama, politik, maupun sosial. Sebagai pemimpin spiritual, beliau mempromosikan toleransi antaragama, dialog antarumat beragama, dan perdamaian sebagai jalan untuk mencapai keadilan sosial. Beliau juga menolak keras segala bentuk ekstremisme dan fanatisme yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam ranah politik, Gus Dur juga menerapkan prinsip-prinsip humanisme. Sebagai presiden, beliau mendorong kebijakan yang berpihak pada keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kebebasan beragama. Beliau mengedepankan dialog, konsensus, dan inklusivitas sebagai prinsip dalam menjalankan pemerintahan, yang memungkinkan semua warga negara, termasuk minoritas, untuk merasa diakui dan dihargai.

Toleransi dan Pluralisme Agama

Salah satu kontribusi utama Gus Dur dalam konteks humanisme adalah promosinya terhadap toleransi dan pluralisme agama di Indonesia. Beliau menekankan pentingnya menghormati perbedaan dan membangun hubungan harmonis antarumat beragama. Dalam pandangannya, keberagaman adalah kekayaan Indonesia yang harus dijaga dan dipelihara.

Gus Dur juga mendirikan Wahid Institute, sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada penelitian, pendidikan, dan advokasi untuk mempromosikan toleransi, kebebasan beragama, dan perdamaian di Indonesia dan dunia. Melalui inisiatif ini, beliau berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi semua agama dan keyakinan untuk hidup berdampingan secara damai.

Pemikiran Keagamaan yang Progresif

Sebagai seorang ulama, Gus Dur memiliki pemikiran keagamaan yang progresif dan inklusif. Beliau menolak tafsir agama yang sempit dan dogmatis, serta mengajak umat Islam untuk membuka diri terhadap perubahan zaman dan konteks sosial. Konsepnya tentang Islam yang ramah, inklusif, dan progresif menjadi pendorong bagi munculnya semangat humanisme dalam praktik keagamaan.

Akhir Catatan

Dengan berbagai kontribusinya dalam mempromosikan toleransi, pluralisme, dan kebebasan beragama, Gus Dur telah menjadi bapak humanisme di Indonesia. Bahkan dalam buku Buku “Gus! Sketsa Seorang Guru Bangsa” (Tahun 2017 hal. 64) Seorang wartawan senior, Don Bosco Selamun menceritakan pengalamannya saat mewawancarai Gus Dur, kira-kira setahun sebelum reformasi … “Gus, Anda ingin dikenang sebagai apa jika Tuhan memanggil kelak?” Jawaban Gus Dur, “Tulis di batu nisan saya: Di sini beristirahat seorang pejuang kemanusiaan sejati.” “Ndak ingin dikenang sebagai tokoh Muslim yang hebat, Gus?” “Apa pentingnya?” Gus Dur balik bertanya. “Atau dikenang sebagai pejuang demokrasi gitu, Gus?” “Mungkin situ berpikir itu penting, tetapi bagi saya pejuang kemanusiaan saja. Cara saya, ya, demokrasi,” kata Gus Dur.

Melalui pendekatannya yang humanis dalam berbagai aspek kehidupan, beliau telah memberikan inspirasi dan teladan bagi generasi Indonesia untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan sosial. Warisan pemikiran dan tindakan beliau akan terus menginspirasi dan memotivasi kita untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif, beradab, dan berkeadilan di masa depan.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ibnu Khaldun: Menyelami Samudera Lautan Kedamaian

30 April 2024 - 14:14 WIB

Warisan Pemikiran R.A. Kartini dalam Memperjuangkan Emansipasi dan Pemberdayaan Perempuan

28 April 2024 - 11:01 WIB

Implementasi Semangat Kartini bagi Perempuan dan Akses Pendidikan di Era Digital

25 April 2024 - 23:33 WIB

Syeikh Abdul Qadir al-Jilani: Pemersatu Umat Islam dalam Cahaya Spiritualitas

15 Maret 2024 - 13:00 WIB

Kisah Bullying yang Dialami Nabi Yusuf Di Masa Kecil

29 Februari 2024 - 14:21 WIB

Muhammad bin Abdul Wahhab: Tokoh dan Pengaruh Gerakan Wahhabisme dalam Islam

29 Februari 2024 - 14:01 WIB

Trending di Ruang Tokoh