Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 25 Apr 2024 23:36 WIB ·

Fenomena Waithood: Perempuan Tunda Menikah Bukanlah Sebuah Kegagalan


 Fenomena Waithood: Perempuan Tunda Menikah Bukanlah Sebuah Kegagalan Perbesar

Oleh: Erik Setiawan 

Trend perempuan yang menunda pernikahan, dikenal dengan istilah waithood. Dewasa ini telah menjadi sorotan dalam perbincangan sosial dan budaya . Meskipun beberapa masyarakat masih memandangnya sebagai sesuatu yang negatif atau sebagai kegagalan, banyak yang percaya bahwa itu adalah pilihan hidup yang berdaya.
Fenomena yang disebut “waithood”, pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Siane Singerman dari American University pada akhir 2007.

Penelitian menunjukkan bahwa kondisi finansial yang belum stabil menjadi faktor utama perempuan muda di Timur Tengah untuk menunda pernikahan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Marcia Inhorn dari Yale University yang menemukan bahwa perempuan muda, terutama yang berpendidikan, cenderung menunda pernikahan.

Fenomena ini telah menyebar ke seluruh dunia dan dianggap sebagai sesuatu yang normal pada abad ke-21. Di Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik tahun 2022 menunjukkan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan selama 10 tahun terakhir, sementara usia perempuan menikah cenderung meningkat. Faktor-faktor seperti kekhawatiran akan krisis ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, kesalahan dalam pendidikan anak, kultur patriarki, dan tafsiran salah terhadap kultur keagamaan turut memengaruhi keputusan perempuan untuk menunda menikah.

Waithood mencerminkan pergeseran paradigma dalam pandangan perempuan terhadap kehidupan, karier, dan kemandirian. Lebih dari sekadar menunda pernikahan, fenomena ini mencerminkan keinginan perempuan untuk mengukur diri mereka sendiri dalam berbagai bidang kehidupan sebelum memutuskan untuk menetap dalam komitmen pernikahan.

Ada beberapa alasan mengapa perempuan memilih waithood. Pertama-tama, perkembangan ekonomi dan pendidikan telah memberikan perempuan akses yang lebih besar terhadap kesempatan pendidikan dan karier. Sebagai hasilnya, banyak perempuan yang lebih memilih untuk fokus pada pendidikan dan pencapaian karier sebelum memikirkan pernikahan. Mereka ingin mendapatkan kepuasan pribadi dan pencapaian profesional sebelum menetap dalam komitmen pernikahan.

Selain itu, pergeseran dalam norma sosial dan budaya juga telah memainkan peran dalam fenomena waithood. Masyarakat modern yang semakin memahami pentingnya kesetaraan gender dan kemandirian individu telah menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perempuan untuk mengejar impian dan tujuan mereka sebelum menikah. Ini memberikan kebebasan kepada perempuan untuk menentukan sendiri jalan hidup mereka tanpa tekanan untuk menikah pada usia yang lebih muda.

Waithood juga mencerminkan perubahan dalam pandangan perempuan terhadap pernikahan itu sendiri. Banyak perempuan tidak lagi melihat pernikahan sebagai satu-satunya pilihan untuk mencapai kebahagiaan dan pemenuhan diri. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan keberhasilan tidak tergantung pada status pernikahan, melainkan pada pemahaman diri, pengembangan pribadi, dan hubungan yang sehat.

Tidak mengherankan jika lebih banyak perempuan memilih untuk menunda pernikahan, karena mereka ingin memastikan bahwa mereka memilih pasangan yang tepat dan siap untuk mengambil langkah besar dalam hidup mereka. Perempuan tidak lagi terburu-buru untuk menikah hanya karena tekanan sosial atau ekspektasi masyarakat. Mereka ingin memastikan bahwa mereka menikah karena cinta dan kesetiaan, bukan karena keterpaksaan atau keterbatasan.

Meskipun waithood dapat dianggap sebagai kegagalan oleh beberapa pihak yang masih memegang pandangan tradisional tentang pernikahan dan keluarga, sebenarnya itu adalah manifestasi dari keberanian, kebijaksanaan, dan keinginan untuk mengejar kehidupan yang memuaskan dan bermakna. Waithood memberikan perempuan kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan mengeksplorasi dunia sebelum mereka membuat komitmen seumur hidup.

Dari situ kita melihat bahwa waithood bukanlah kegagalan, tetapi lebih merupakan perjalanan pribadi yang menghormati kebutuhan, keinginan, dan impian individu. Ini adalah langkah penting dalam perjalanan menuju pemenuhan diri dan kebahagiaan yang sejati, dan merupakan bukti dari evolusi sosial dan budaya yang menghargai kemandirian, kesetaraan, dan kebebasan individu.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Timnas Indonesia U-23: Kalah Dalam Pertandingan, Menang Dalam Mempersatukan Perbedaan Pilihan

30 April 2024 - 10:58 WIB

Musim Pancaroba: Pesan untuk Santri

30 April 2024 - 00:12 WIB

Segera! Sekolah Damai Duta Damai Santri Jatim Bakal Digelar di Pesantren Blokagung Banyuwangi

27 April 2024 - 14:24 WIB

Kejebak Macet saat Mudik: Potensi Menyebabkan Stres di Perjalanan Lebaran

23 April 2024 - 09:57 WIB

Menikmati Momen Lebaran dengan Keluarga: Pentingnya Menjaga Keseimbangan Tubuh

23 April 2024 - 09:53 WIB

Agar Silaturahmi Tidak Terputus, Jagalah Perdamaian Terus

23 April 2024 - 09:33 WIB

Trending di Suara Santri