Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 23 Apr 2024 10:28 WIB ·

Menangani Ancaman dan Potensi Kecerdasan Buatan: Privasi, Keamanan Cyber, dan Dampak Sosial dalam Era Digital


 Menangani Ancaman dan Potensi Kecerdasan Buatan: Privasi, Keamanan Cyber, dan Dampak Sosial dalam Era Digital Perbesar

Oleh: Erik Setiawan

Dalam era di mana kecerdasan buatan semakin meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan, tantangan keamanan data dan dampaknya terhadap manusia semakin menguat. Ancaman yang muncul berkaitan dengan penggunaan AI meliputi privasi, keamanan cyber, ketidaksetaraan, dan bahkan risiko potensial terhadap pekerjaan manusia.

Sekjen PBB, António Guterres, telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya kecerdasan buatan dan menyerukan pembentukan badan pengawas. “Para ilmuwan dan pakar telah menyerukan dunia untuk bertindak, menyatakan AI sebagai ancaman nyata bagi umat manusia yang sebanding dengan risiko perang nuklir.”

Guterres juga menyampaikan laporan tentang PBB yang membuat rekomendasi tentang cara menangani AI di seluruh dunia dan mengumumkan rencana untuk membentuk badan penasehat tingkat tinggi tentang masalah ini.

Salah satu ancaman utama yang dihadapi adalah masalah privasi. AI memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun hal ini dapat memberikan wawasan yang berharga, penggunaan yang tidak tepat atau tidak sah dari data pribadi dapat mengancam privasi individu. Misalnya, ketika AI digunakan dalam sistem pengenalan wajah untuk pengawasan massal, hal ini dapat mengarah pada pelanggaran privasi yang serius.

Keamanan cyber juga menjadi perhatian utama. Dengan kemampuan AI untuk mendeteksi pola-pola yang kompleks dalam data, baik untuk tujuan baik maupun jahat, hacker dapat memanfaatkannya untuk serangan cyber yang lebih canggih dan merusak. Serangan seperti serangan phishing yang dipersonalisasi atau serangan malware yang cerdas dapat menjadi lebih sulit dideteksi dan diatasi oleh sistem keamanan tradisional.

Salah satu ancaman terbesar adalah potensi penggantian pekerjaan manusia oleh AI. Dengan kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh manusia, AI telah mengubah lanskap pekerjaan secara signifikan. Pekerjaan yang repetitif atau berbasis aturan dapat dengan cepat digantikan oleh sistem AI, meninggalkan banyak pekerja manusia tanpa pekerjaan atau menghadapi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan baru.

Tristan Harris, mantan Ahli Etika Desain Google yang sekarang merupakan pendiri Center for Humane Technology, mengatakan, “Jika sesuatu itu gratis, berarti kaulah produknya.” Pernyataan ini mencerminkan logika kapitalisme data hari ini. Data diri di media sosial merupakan sumber daya baru yang berharga di era digital. Pasalnya, data berpotensi menghasilkan nilai ekonomi dan sosial cukup besar, bahkan data diri bagi industri 4.0 menjadi ruh bagi teknologi kecerdasan buatan.

Untuk mengatasi ancaman ini, langkah-langkah proaktif perlu diambil. Pertama, penting untuk mengembangkan regulasi yang tepat untuk mengatur penggunaan AI dalam hal privasi, keamanan, dan keadilan. Regulasi ini harus mempertimbangkan berbagai kepentingan, termasuk kepentingan individu, bisnis, dan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, perlindungan keamanan cyber juga harus diperkuat dengan mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dan adaptif terhadap ancaman yang terus berkembang. Hal ini melibatkan investasi dalam teknologi keamanan yang inovatif serta pelatihan yang intensif untuk tenaga kerja yang terlibat dalam pertahanan cyber.

Menghadapi tantangan pengangguran akibat otomatisasi, perlu adanya investasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan dengan keterampilan yang relevan dan adaptif. Program-program ini harus mengakomodasi perubahan cepat dalam tuntutan pasar kerja dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam revolusi digital ini.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat mengatasi ancaman yang dihadapi oleh kecerdasan buatan dan memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan keamanan data dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mengungkap Teori Gunung Es dalam Kontra Propaganda Terorisme

30 April 2024 - 14:44 WIB

Membaca Toleransi di Indonesia: Menjaga Kebhinekaan dalam Keberagaman

30 April 2024 - 14:32 WIB

Resolusi Jihad Belum Usai: Menerangi Jalan Perdamaian di Tengah Pergolakan

30 April 2024 - 14:22 WIB

Menelusuri Catatan Panjang Pesantren sebagai Agen Perdamaian di Indonesia

30 April 2024 - 14:11 WIB

Sejarah Panjang Harmoni dalam Keragaman: Menjaga Perdamaian di Indonesia

30 April 2024 - 14:05 WIB

Menguatkan Peran BNPT Sebagai Garda Terdepan Menjaga Perdamaian di Indonesia

30 April 2024 - 11:08 WIB

Trending di Kontra Narasi