Oleh: Anis Faikatul Jannah
Ketika seseorang memilih untuk menutupi kesalahan atau aib sesama Muslim, itu adalah tindakan yang dianugerahi Allah dengan penebusan aibnya pada hari kiamat. Rasulullah juga mengajarkan bahwa setiap Muslim harus menjadi pelindung bagi saudaranya dalam kebaikan dan perlindungan.
Dalam sebuah kisah yang menginspirasi, Syaikh Hatim bin Ulwan Al-Ashom, seorang ulama terkemuka, menunjukkan kepekaannya dalam menjaga perasaan orang lain. Saat seorang wanita datang untuk meminta nasihat atas masalahnya, meskipun kejadian tak terduga terjadi yang bisa membuatnya merasa malu, Syaikh Hatim dengan bijak memilih untuk berpura-pura tidak mendengar apa yang terjadi.
Dengan memperlakukan wanita itu dengan penuh penghargaan dan mengalihkan perhatiannya kembali ke pertanyaannya, ia menjaga perasaan dan martabat wanita tersebut. Kisah ini menggambarkan bahwa terkadang berpura-pura tidak mengetahui sesuatu bisa menjadi bentuk kebaikan yang besar. Tindakan Syaikh Hatim membantu wanita itu merasa dihargai dan terbebas dari rasa malu. Akibatnya, dia diberi julukan Al-Ashom, yang menandakan bahwa dia menerima gelar tersebut dengan rendah hati demi menjaga perasaan orang lain.
Semua ini mengingatkan kita akan pentingnya mengendalikan lidah dan perilaku kita agar tidak menyakiti orang lain. Semoga kita dapat meneladani sikap bijaksana dari ulama besar seperti Syaikh Hatim, dan Allah memberikan kita petunjuk untuk menjadi lebih baik dalam menjaga perasaan sesama.