Hadits Menyambung Silaturahmi – Dalam agama Islam, hukum menyambung silaturahmi sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya dalil, baik hadis atau al-qur’an yang mengulas tentang anjuran meyambung silaturahmi.
Dengan menyambung silaturahmi, kemudian akan muncul rasa kepedulian, kasih sayang dan lain sebagainya.
Berikut kami ulas dalil al quran dan hadits menyambung silaturahmi beserta penjelasan ulama. Hal ini merupakan puncak dari semua keutamaan, sebagaimana pendapatnya Imam al-Ghazali.
Ingin tahu lebih lanjut penjelasannya, simak baik-baik ulasan berikut.
Dalil Al Quran Menyambung Silaturahmi
Menjalin silaturahmi tidak hanya kepada orang-orang yang satu nasab (saudara), akan tetapi, silaturahmi memiliki makna akan cakupan yang sangat luas.
Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam redaksi “wa îtâi dzi al-qurbâ” yang terkandung dalam surat An-Nahl, di mana pemaknaannya mencakup ke dalam hal yang luas, dan tidak terkhusus pada orang-orang yang masih satu saudara.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسانِ وَإِيتاءِ ذِي الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (QS. An-Nahl: 90)
Buktinya, Syaikh al-Sam’ani mengungkapkan pendapatnya tentang pemaknaan lafaz wa îtâi dzi al-qurbâ, yang mengatakan bahwa cangkupan menyambung silaturahmi tidak hanya kepada orang yang masih memiliki hubungan rahim, akan tetapi kepada seluruh anak turun dari Nabi Adam AS.
وقوله: {وإيتاء ذي القربى} أي: صلة ذوي الأرحام، وقيل: إنه يدخل في هذا جميع بني آدم؛ لأن بينه وبين الكل وصلة بآدم – صلوات الله عليه – وأدنى ما يقع في الصلة ترك الأذى، وأن يحب له ما يحبه لنفسه، ويكره له ما يكره لنفسه.
Penjelasan dari ayat di atas: “Dan memberikan bantuan kepada kerabat” memiliki makna menjaga hubungan kekerabatan. Dan ada yang mengatakan bahwa kerabat dalam hal ini termasuk dari semua anak Adam.
Karena semua orang memiliki hubungan melalui Nabi Adam – semoga Allah melimpahkan salawat kepadanya.
Hal terendah dalam menjaga hubungan kekerabatan adalah menahan diri dari menyakiti orang lain, mencintai apa yang dicintai oleh kerabat kita seperti kita mencintai diri sendiri, dan membenci apa yang dibenci oleh mereka seperti kita membenci untuk diri sendiri.”[1]
Dalil Hadits Menyambung Silaturahmi
يا عقبة بن عامر! صل من قطعك و أعط من حرمك و اعف عمن ظلمك
“Wahai ‘Uqbah bin ‘Amir, sambunglah orang yang memutuskan tali silaturahmi denganmu, berilah orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan maafkanlah orang yang mendzhalimimu.” (HR. Ahmad)
Penjelasan Hadits Menyambung Silaturahmi
Dalam kitab Faidh al-Qadir mensyarahi hadits menyambung silaturahmi di atas sebagaimana berikut:
(Menyambung orang yang memutuskan hubungan silaturahmi denganmu) adalah tindakan yang mulia, serta puncak dari kesabaran dan kebijaksanaan.
Karena hal tersebut melibatkan kesabaran, mengatasi ego yang terkadang masih suka ingin menang sendiri, memaksa diri untuk mengalahkan nafsu, serta menghindari keinginan untuk membalas dendam. Dan semua ini tidak mudah.
Kemudian (memaafkan orang yang berbuat jahat padamu) adalah puncak dari kesabaran dan keberanian.
Sedangkan (memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu) adalah puncak dari kemurahan hati dan kebaikan. “Berhubungan baik dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu” adalah akhir dari kesabaran dan kebijaksanaan.
Puncak Semua Keutamaan Menurut Imam al-Ghazali
Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Mizan al-Amal berkata:
العفو عمن ظلمك هو نهاية الحلم والشجاعة، وإعطاء من حرمك هو نهاية الجود، ووصل من قطعك هو نهاية الإحسان.
“Memaafkan orang yang dzalim kepadamu adalah puncak kesantunan dan keberanian, memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi kepadamu adalah puncak kedermawanan, menyambung tali hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu adalah puncak kebaikan.”
Ungkapan Imam Ghazali di atas adalah berdasar sabda Rasulullah kepada salah seorang sahabatnya. Terdapat banyak riwayat yang serupa dengan hadis di atas. Akan tetapi kami cantumkan hadits menyambung silaturahmi, yang memang relevan dengan pembahasan ini.
Penutup
Semua penjelasan sebelumnya mengajarkan kita tentang pentingnya mengampuni, menjadi dermawan, dan membangun hubungan manusiawi yang baik. Orang-orang yang luhur harus menerapkan nilai-nilai ini dalam hidup mereka.
Semoga kita menjadi orang yang mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kita.
Jika negeri kita dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki tiga karakter utama tersebut, kehidupan masyarakat akan menjadi sangat harmonis. Pola hubungan antar anak bangsa akan sangat damai, dan kita akan hidup rukun meskipun ada perbedaan dalam sunnatullah kehidupan.
Semoga kita semua bisa bekerja bersama untuk mewujudkan masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai mulia ini dalam kehidupan sehari-hari kita.
Indonesia seperti inilah yang kita idam-idamkan. Dari mana kita memulainya? Mulailah dari kita sendiri. Karena kalau bukan kita, siapa lagi.
[1] Abu al-Mudhoffar al-Sam’ani, Tafsir al-Qur’an al-Sam’ani (Saudi: Dar Wathan, 1997), 196/III