Indahnya Silaturahmi – Menjalin hubungan baik kepada sesama dengan cara bersilaturahmi terbagi menjadi beberapa bagian. Adakalanya menjaga hubungan baik dengan keluarga. Ada juga menjaga hubungan baik dengan sesama, baik itu Muslim maupun orang non-Muslim.
Dengan mengetahui bagian daripada silaturahmi ini, maka kita akan mengetahui bagaimana hukum menjalin silaturahmi di antara mereka.
Hadits Menjaga Silaturahmi dengan Keluarga
Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhâri, menjelaskan agar kita selalu menjaga hubungan baik dengan sanak keluarga dan kerabat kita. Sahabat Anas bin Mâlik RA meriwayatkan hadis tersebut sebagaimana berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari sahabat Anas bin Malik RA, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang senang diluaskan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia menjaga hubungan baik dengan kerabatnya.” (HR. Al-Bukhâri).[1]
Penjelasan Hadits Menjaga Silaturahmi dengan Keluarga
Hadis ini menjelaskan bagaimana hikmah menjaga silaturahmi kepada keluarga dan kerabat, di mana orang yang menjaga silaturahmi tersebut akan dilapangkan rezekinya dan ditunda ajalnya.
Para ulama memaknai tentang penundaan ajal ini sebagai keberkahan umur orang tersebut dengan melakukan ketaatan kepada Allah SWT.
Salah satu statement dalam kitab Rûh al-Bayân menyatakan bahwa orang yang menjaga hubungan kekeluargaannya, menjadikan sebab bertambahnya rezeki dan umur panjang.
Dampaknya akan sangat terasa, sebagaimana ketika seseorang mematuhi terhadap perintah orang tua (dalam hal ini menjadikan orang yang bersilaturahmi mendapatkan berkah dalam hidupnya).
Karena ketika seseorang tidak menjaga silaturahmi, biasanya umurnya tidak ditangguhkan dan para malaikat tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya terdapat orang yang memutus tali kekerabatan.[2]
Dalil Al-Qur’an Tentang Bentuk Indahnya Silaturahmi dengan Selain Keluarga
Menjalin hubungan tali silaturahmi dengan selain keluarga juga sangat dianjurkan. Karena pada intinya, silaturahmi merupakan bentuk simpati dan kasih sayang, baik kepada keluarga, maupun kepada sesama.
Al-Qur’an juga menjelaskan bagaimana kita harus berbuat baik kepada selain keluarga (sahabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat ataupun jauh, orang yang sedang melakukan perjalanan dan masih banyak lagi). Salah satu cara berbuat baik kepada mereka adalah menjaga hubungan silaturahmi dengan mereka.
Bunyi al-Qur’annya sebagaimana berikut:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisâ: 36)
Penjelasan Al-Qur’an Tentang Bentuk Indahnya Silaturahmi dengan Selain Keluarga
Penjelasan berbuat baik kepada orang tua dan kerabat bisa melakukannya dengan cara menyambung tali silaturahmi.
Kemudian berbuat baik kepada anak yatim bisa dengan cara merawat urusan dan menjaga uang anak yatim tersebut (anak yang usianya berada di bawah 15 tahun).
Lalu yang dikehendaki dari berbuat baik dengan orang-orang miskin yaitu bisa dengan memberi sesuatu kepada mereka.
Kemudian berbuat baik kepada tetangga baik yang jauh maupun dekat, bisa dengan memenuhi hak-hak tetangga, seperti memberikan akses jalan ke rumahnya dan lain sebagainya.
Sedangkan berbuat baik kepada Ibnu Sabil atau Musafir, bisa dengan memenuhi haknya, yaitu dengan menyediakan tempat tinggal selama tiga hari. Jika lebih daripada itu, maka bisa kita anggap sebagai sedekah.[3]
Penutup
Agama Islam mengajarkan sedemikian rupa indahnya silaturahmi baik kepada keluarga maupun kepada sesama. Konsep-konsep yang telah ditetapkan tersebut, diharapkan agar jalinan keluarga, pertemanan, dan dalam bermasyarakat, mampu menjadi hubungan harmonis yang bisa dirasakan oleh siapa saja.
Jika hal ini benar-benar dapat dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat, maka kita tidak akan pernah melihat pertikaian antara sesama. Dengan begitu, keadaan tersebut akan sangat sesuai dengan risalah kenabian, di mana Allah mengutus beliau sebagai pembawa rahmat.
[1] Al-Bukhâri, Shahîh al-Bukhâri (tk. Daar Thuq an-Najah: 1442) 56/III, cet. I
[2] Ismâil Haqqi, Rûh al-Bayân (Beirut: Dâr al-Fikr: tt) 364/IV
وصلة الرحم سبب لزيادة الرزق وزيادة العمر وهى اسرع اثرا كعقوق الوالدين فان العاق لهما لا يمهل فى الأغلب ولا تنزل الملائكة على قوم فيهم قاطع رحم
[3] Abu Laist as-Samarqondi, Bahr al-‘Ulum (CD: Maktabah Syamilah, tt) 301/I