Pada kesempatan kali ini, redaksi Duta Damai Santri Jawa Timur akan membahas tentang pengertian husnuzan dari berbagai versi, yang kemudian dilanjutkan dengan ulasan tentang alasan kenapa kita disuruh untuk bersikap husnudzan dalam menjalani aktivitas sehari-hari kita.
Penasara? Langsung saja masuk ke dalam pembahasannya.
Pengertian Husnuzan
Husnuzan diambil dari kata husn (baik) dan dzon (sangka) atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan berbaik sangka. Husnuzan merupakan pandangan seseorang yang memberi gambaran positif pada segala situasi atau keadaan melalui pikirannya.
Orang yang mempunyai sifat husnuzan akan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan pikiran yang jernih.
Sedangkan dalam kitab Ghodza’u al-Albab dijelaskan sebagaimana berikut:
وحسن الظن هو الرجاء، فمن كان رجاؤه حاديا له على الطاعة زاجرا له عن المعصية فهو رجاء صحيح،
“Berprasangka baik adalah harapan. Jika harapannya mendorong seseorang untuk taat dan mencegahnya dari kemaksiatan, maka hal tersebut adalah harapan yang benar.”[1]
Makna Husnuzan yang Salah
Tetapi dari pemaknaan ini, ternyata ada konsep yang salah dalam mengartikan makna dari husnuzan. Pemaknaan yang salah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu al-‘Aun, berikut ini:
ومن كانت بطالته رجاء، ورجاؤه بطالة وتفريطا فهو المغرور، والله ولي الأمور
“Barangsiapa yang memiliki harapan sia-sia dan harapannya tidak berbuah hasil, serta mengabaikannya dengan ceroboh, maka dia adalah orang yang terbujuk. Dan Allah adalah Pemegang Segala Urusan.”[2]
Maksudnya dari penggambaran di atas adalah jika seseorang memiliki sebidang tanah yang ia berharap tanah tersebut akan memberikan manfaat kepadanya, namun dia mengabaikannya tanpa membajak, menabur benih, dan menyiraminya.
Dia memiliki prasangka baik bahwa ia akan mendapatkan hasil yang sama dengan yang diperoleh melalui membajak, menabur benih, menyiram tanaman, dan mengandalkan orang lain untuk mengurus tanah tersebut, maka ia termasuk orang yang terbujuk, bahkan bisa dikatakan dengan sebodoh-bodohnya orang.[3]
Maka yang benar dari husnuzan ini adalah suatu hal yang menjadi penyebab terciptanya suatu tindakan yang mengharuskan untuk berusaha agar hal-hal baik yang diharapkan dikabulkan, menerima taubat, mendapatkan ampunan saat beristighfar, dan mendapatkan pahala atas amal perbuatan.[4]
Husnuzan Sebagai Sikap Positif Terhadap Segala Hal
Husnuzan adalah konsep dalam Islam yang secara harfiah berprasangka baik. Konsep ini mengajarkan umat Muslim untuk memiliki sikap positif dan optimis terhadap Allah, sesama manusia, dan situasi-situasi tertentu dalam kehidupan.
Husnuzan juga dapat meningkatkan hubungan sosial dan kualitas interaksi. Yaitu ketika seseorang memiliki keyakinan positif terhadap orang lain, ia akan cenderung bersikap lebih ramah, toleran, dan terbuka dalam komunikasi.
Hal ini memungkinkan kita untuk membangun hubungan yang sehat, saling mendukung, dan saling memahami.
Selain itu, husnuzan juga berdampak positif pada diri kita sendiri dan orang lain. Dengan memiliki prasangka baik, kita cenderung melihat dunia dengan cara yang lebih optimis dan lebih terbuka terhadap peluang dan kemungkinan.
Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan kita secara keseluruhan dan menciptakan iklim psikologis yang lebih positif.
Pengertian Husnuzan – Penutup
Itulah pengertian husnuzan yang bisa kami utarakan di sini. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.
Jangan lupa untuk dukung konten-konten kami lainnya di website santrikeren.id dan media kami di Duta Damai Santri Jawa Timur.
Referensi:
[1] Syamsuddin Abu al-‘Aun, Ghodza’u al-Albab (Mesir: Muassasah Qurthubah, 1993), 469
[2] Ibid.
[3] Ibid.
ولو أن رجلا له أرض يؤمل أن يعود عليه من مغلها ما ينفعه، فأهملها بلا حرث ولم يبذرها وحسن ظنه بأنه يأتي من مغلها مثل ما أتى من حرث وبذر وسقى وتعاهد الأرض لعده الناس من أسفه السفهاء،.
[4] Muhammad ‘Uwaidhoh, Fashal al-Khitob fi al-Zuhud wa ar-Raqhoiq wa al-Adab (CD: Maktabah Syamela, tt), 276/VII
وحسن الظن هو الباعث على العمل، والذي يلزم منه تحري الإجابة عند الدعاء، والقبولِ عند التوبة، والمغفرة عند الاستغفار، والإثابة عند العمل.