Kenapa kita diperintahkan untuk bersikap husnuzan kepada Allah? Apa manfaat bagi seseorang yang bersikap husnuzan kepada Allah?
Tulisan di bawah ini mencoba untuk merefleksikan tentang pentingnya bersikap husnuzan kepada Allah, di lihat dari segi hukum, alasan dan menfaat bersikap husnuzan kepada Allah.
Mari, Simak uraiannya baik-baik di bawah ini!
Hukum Bersikap Husnuzan Kepada Allah SWT
Husnuzan kepada Allah adalah konsep mendasar dalam Islam yang mengajarkan kita untuk memiliki sikap positif terhadap Allah. Artinya, seseorang meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Pengasih, dan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang segala hal.
Husnuzan kepada Allah hukumnya wajib.[1] Dalam kehidupan, seseorang seringkali menghadapi situasi yang sulit, tantangan, atau bahkan penderitaan yang sulit dipahami. Namun, kita harus meyakini bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar.
Meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya memahami hikmah di baliknya. Kita meyakini bahwa Allah, sebagai pencipta yang sempurna dan Maha Mengetahui, berkehendak yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Dalam al-qur’an, Allah memberikan janji kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Allah menegaskan bahwa Ia tidak akan membebani seseorang melebihi batas kemampuannya. Dan perlu Anda tahu bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya memiliki hikmah. Allah berfirman:
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَها لَها مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْها مَا اكْتَسَبَتْ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah: 286)
Husnuzan adalah Ajaran dari Allah SWT
Sikap husnuzan adalah ajaran dari Allah. Sedangkan prasangka buruk adalah ajaran dari syaitan. Syaitan akan selalu mengancam manusia dengan kemiskinan dan menyuruh untuk berbuat kejahatan. Sedangkan Allah memberikan ampunan dan karunia-Nya.[2]
Orang yang memiliki sikap husnuzan, akan dipenuhi dengan kebaikan dan lapangnya hati. Sedangkan orang yang memiliki sikap suudzon, akan dipenuhi dengan pemikiran atas ancaman-ancaman syaitan yang buruk. Baik itu takut miskin atau kalah saing dengan orang lain.
Selain itu, salah satu manfaat bagi orang yang memiliki sikap husnuzan adalah dapat mendatangkan rezeki bagi seseorang. Karena sikap penerimaan dan lapangnya hati dengan ketentuan-ketentuan yang telah Allah gariskan.[3]
Maksudnya adalah orang yang menerima segala bentuk takdir yang telah Allah gariskan, maka Allah akan melapangkan hatinya.
Dengan kelapangan hati yang telah Allah berikan, hal itu termasuk rezeki yang besar, karena akan mampu untuk menyikap hikmah atas ketentuan-ketentuan takdir. Yang kemudian membuatnya selalu bersyukur atas segala kejadian yang menimpanya, baik itu senang atau sedih.
Kesimpulan
Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa dengan berhusnuzan kepada Allah, secara otomatis seseorang mengembangkan rasa syukur dan ridha terhadap segala yang Allah berikan kepada kita. Baik dalam kesuksesan maupun kegagalan.
Kita meyakini bahwa Allah memilihkan untuk kita apa yang terbaik sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, kita mengembangkan sikap rendah hati, tidak sombong dan tetap bersyukur dalam segala situasi.
Husnuzan kepada Allah memberi kita kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi tantangan hidup. Kita yakin bahwa Allah akan memberi bantuan dan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang bertawakkal dan mengandalkan segala urusan kepada-Nya.
Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, serta kemampuan agar selalu bersikap husnuzan kepada Allah atas segala situasi yang menimpa kita. Amin..
Referensi:
[1] Muhammad al-Khodimi, Bariqoh Mahmudiyyah (tk: Mathba’ah al-Khalabi, tt),298/II
حُسْنُ الظَّنِّ بِاَللَّهِ (فَوَاجِبٌ) ، وَهَذَا لَا يُنَافِي قَوْلَهُمْ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ الْخَوْفُ غَالِبًا فِي الصِّحَّةِ؛ لِأَنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِالنَّظَرِ إلَى رَحْمَةِ اللَّهِ الْوَاسِعَةِ كُلُّ شَيْءٍ وَفَضْلُهُ الْعَظِيمُ وَالْخَوْفُ بِالنَّظَرِ إلَى الذُّنُوبِ وَالْمَعَاصِي الَّتِي يَسْتَحِقُّ بِهَا الْعَبْدُ أَشَدَّ الِاسْتِحْقَاقِ الْعَذَابَ بِالنَّارِ وَاللَّائِقُ ذِكْرُ ذَلِكَ غَالِبًا فِيهَا لِلزَّجْرِ عَنْ الْمَعَاصِي وَالْإِنَابَةِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى كَمَا ذَكَرَهُ الْمُحَشِّي (م عَنْ جَابِرٍ – رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ – أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاَللَّهِ» تَعَالَى بِأَنْ يَظُنَّ أَنَّهُ يَرْحَمُهُ وَيَعْفُو عَنْهُ؛ لِأَنَّهُ إذَا حَضَرَ أَجَلُهُ وَأَتَتْ رِحْلَتُهُ لَمْ يَبْقَ لِخَوْفِهِ مَعْنًى بَلْ يُؤَدِّي إلَى الْقُنُوطِ
[2] Abu Hamid al-Ghazâli, Ihya ‘Ulumuddin (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, tt), 270/IV
فإن قلت فهل من دواء ينتفع به في صرف القلب عن الركون إلى الأسباب الظاهرة وحسن الظن بالله تعالى في تيسير الأسباب الخفية فأقول نعم هو أن تعرف أن سوء الظن تلقين الشيطان وحسن الظن تلقين الله تعالى قال الله تعالى الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء والله يعدكم مغفرة منه وفضلاً فإن الإنسان بطبعه مشغوف بسماع تخويف الشيطان ولذلك قيل الشفيق بسوء الظن مولع وإذا انضم إليه الجبن وضعف القلب ومشاهدة المتكلين على الأسباب الظاهرة والباعثين عليها غلب سوء الظن وبطل التوكل بالكلية بل رؤية الرزق من الأسباب الخفية أيضاً تبطل التوكل
[3] Ibit.
وينفع حسن الظن بمجيء الرزق من فضل الله تعالى بواسطة الأسباب الخفية أن تسمع الحكايات التي فيها عجائب صنع الله تعالى في وصول الرزق إلى صاحبه وفيها عجائب قهر الله تعالى في إهلاك أموال التجار والأغنياء وقتلهم جوعاً