Apakah Anda pernah menyadari bahwa orang yang memiliki sikap suudzon ternyata memiliki tanda-tandanya sendiri. Berikut ini akan kami coba paparkan tentang ciri-ciri orang suudzon.
Ciri-ciri Orang Suudzon
Berikut ini beberapa ciri atau tanda-tanda orang yang memiliki sikap suudzon.
Ciri-ciri Orang Suudzon – Memiliki Pandangan Curiga Tehadap Orang Lain
Orang yang memiliki sikap suudzon, ternyata dapat diketahui melalui ciri-ciri yang melekat dalam dirinya. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam kitab Al-Adzkar oleh Syekh Nawawi Banten yang mengatakan:
ومن علامة إساءة الظنّ أن يتغيَّر قلبُك معه ،فتنفرُ منه وتستثقله وتفتر عن مراعاته وإكرامه والاغتمام بسيّئته، فإنَّ الشيطانَ قد يقرِّبُ إلى القلب بأدنى خيال مساوئ الناس، ويُلقي إليه: أن هذا من فطنتك وذكائك وسرعة تنبّهك،
“Tanda-tanda seseorang memiliki buruk sangka adalah adanya perubahan dalam hatimu terhadapnya. Kamu menjadi jauh darinya, merasa berat dan lalai dalam memperhatikan dan memuliakannya, serta terobsesi tentang keburukan-keburukannya. Setan bisa mendekatkan diri ke hatimu dengan memunculkan gambaran terburuk tentang orang-orang.”[1]
Dari uraian di atas, bisa digambarkan bahwa seseorang yang memiliki sifat suudzon, cenderung memiliki pandangan yang skeptis dan curiga terhadap orang lain. Mereka cenderung mencari-cari kelemahan dan kesalahan dalam tindakan orang lain, tanpa memberikan ruang untuk mendapatkan manfaat dari keraguan tersebut.
Mereka sering kali melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang negatif, menganggap bahwa ada motif tersembunyi atau niat buruk di balik tindakan orang lain.
Ciri-ciri Orang Suudzon – Tidak Mempercayai Kemampuan yang Orang Lain Miliki
Mereka juga cenderung merasa tidak percaya diri dan tidak yakin terhadap kemampuan dan niat orang lain. Mereka dapat dengan cepat menarik kesimpulan negatif tanpa mempertimbangkan bukti atau informasi yang lebih lengkap.
Sifat suudzon ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan antarpribadi, karena orang yang bersangkutan sering kali menuduh dan menduga tanpa dasar yang kuat.
Cara Menghindari Suudzon
Prasangka buruk yang melekat pada diri seseorang merupakan bisikan dari syaitan. Sehingga sudah seharusnya bagi kita agar menangkal hal tersebut. Ini sebagaimana penjelasan dari Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin:
إذا وقعَ في قلبك ظنّ السوء، فهو من وسوسة الشيطان يلقيه إليك، فينبغي أن تُكذِّبه فإنه أفسقُ الفسّاق
“Jika terbersit prasangka buruk di dalam hatimu, itu adalah hasil dari bisikan syaitan yang dilemparkannya kepadamu. Seharusnya kamu menyangkalnya, karena setan adalah sefasik-fasiknya (seburuk-buruknya) makhluk.”[2]
Karena prasangka buruk adalah hasil dari bisikan syaitan yang dilemparkan ke dalam hati seseorang, maka sekali lagi ditekankan oleh Imam al-Ghazali agar tidak boleh mempercayai syaitan.
Jika ada petunjuk yang menunjukkan kemungkaran dan kemungkinan-kemungkinan yang buruk, maka tidaklah perlu untuk berprasangka buruk.[3]
Penutup
Maka sebagai orang yang beriman, kita harus menjauhi prasangka yang berlebihan. Jangan menilai orang lain dengan buruk tanpa dasar yang jelas, karena itu merupakan dosa. Jika kita memiliki prasangka buruk terhadap seseorang tanpa alasan yang kuat, itu menunjukkan ketidakadilan dan kurangnya integritas (tidak memiliki prinsip) dalam diri seseorang.[4]
Referensi
[1] An-Nawawi, Al-Adzkar li Nawawi (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiah, 2005), 346.
[2] Abu Hamid al-Ghazâli, Ihya ‘Ulumuddin (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, tt) 28/III
[3] Ibit.
فلا يجوز تصديق إبليس، فإن كان هناك قرينة تدل على فساد، واحتمل خلافه، لم تجز إساءة الظنّ
[4] Al-Munawi, Faid al-Qodir (Mesir: Al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubro, 1356), 330/III
(وإذا ظننتم) سوءا بمن ليس محلا لسوء الظن به (فلا تحققوا) ذلك باتباع موارده وتعملوا بمقتضاه {يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم} ومن أساء الظن بمن ليس محلا لسوء الظن به دل على عدم استقامته في نفسه