Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Tokoh · 6 Mar 2023 08:05 WIB ·

Situasi Politik di Masa al-Mawardi


 Situasi Politik di Masa al-Mawardi Perbesar

Kondisi politik dunia Islam pada zaman al-Mawardi, mengalami perpecahan dan kehancuran. Tepatnya pada masa kepemimpinan khalifah al-Mu’tamid dan al-Muqtadir. Yaitu pada abad ke-X sampai dengan abad ke-XI Masehi. Inti dari kekacauan ini bertepatan ketika dipimpin oleh al-Muti’ yang berkuasa pada akhir abad ke-XI M. Adanya kehancuran ini diakibatkan tidak adanya stabilitas dalam sistem kepemerintahan.[1]

Eksistensi kota Baghdad sebagai titik inti berkembangnya kekuasaaan, serta menahkodai ekspansi Islam ke seluruh daerah, telah melemah dan beralih ke beberapa kota yang lain.

Kepemimpinan kekuasaan dengan menggunakan sistem khalifah, pada saat itu harus rela memberikan wilayah kekuasaannya kepada para penjajah yang berasal dari bangsa Turki dan Persia, karena tidak lagi memungkinkan dipimpin oleh satu orang untuk mengingat ekspansi Islam yang sudah merambah ke berbagai wilayah yang sangat luas.

Kepemimpinan khalifah sebagai seorang kepala negara di Baghdad, hanya bersifat formal. Kepemimpinan dan kekuasaan, sebenarnya beralih pada penjajah atau para menteri pemerintah yang berasal dari bangsa Turki dan Persia. Di mana mereka menguasai banyak wilayah.

Bahkan kepemimpinan khalifah sebagai kepala negara, diminta oleh sebagian golongan untuk tidak diberikan kepada orang-orang yang memiliki kebangsaan Arab dan suku Quraisy. Namun, keinginan itu ditolak oleh golongan Arab, dengan tetap berusaha mempertahankan hegemoni bahwa suku Quraisylah yang berhak menjadi pejabat sebagai khalifah. Serta orang-orang Arablah yang berhak menjadi menteri dari kepemimpinan dalam menentukan sebuah kebijakan.[2]

Dalam konteks ini, al-Mawardi merupakan salah seorang yang sependapat dengan orang-orang Arab dan suku Quraisy. Bahwa dari merekalah kepemimpinan dapat dilaksanakan. Hal ini sebagaimana yang dituliskan oleh beliau dalam kitab Al-Ahkam as-Sulthoniyyah dengan menyaratkan bahwa kepemimpinan harus didasarkan pada suku Quraisy.

Tonton juga: HUBUNGAN SANTRI DENGAN SUMPAH PEMUDA | Duta damai santi jawa timur
Baca juga: Al-Mawardi; Pencetus Politik Negara dalam Tinjauan Islam


[1] Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara…, h. 58.
[2] Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara…, h. 58.

Situasi Politik di Masa al-Mawardi
Situasi Politik di Masa al-Mawardi

Artikel ini telah dibaca 4 kali

Baca Lainnya

Pandangan dan Pemikiran KH Wahid Hasyim

30 Oktober 2024 - 06:31 WIB

Biografi KH. Wahid Hasyim: Tokoh Pemuda Inspiratif dari Jawa Timur

30 Oktober 2024 - 06:26 WIB

5 Tokoh Pesantren di Jawa Timur: Pilar Pendidikan dan Dakwah Islam

14 Oktober 2024 - 15:31 WIB

Biografi Kiai Pesantren di Jawa Timur: Penggerak Pendidikan Islam dan Pembangunan Sosial

29 September 2024 - 20:56 WIB

Gagasan Gus Dur dan Relevansinya dengan Pesantren

29 September 2024 - 20:46 WIB

Ini Daftar 17 Pahlawan Indonesia asal Jawa Timur

29 Agustus 2024 - 23:06 WIB

Trending di Ruang Tokoh