Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 26 Nov 2022 07:00 WIB ·

Kritik Kepada Pendakwah yang Berjiwa Keras


 Kritik Kepada Pendakwah yang Berjiwa Keras Perbesar

Dewasa ini, Islam tidak hanya dikenal sebagai agama yang membawa misi perdamaian, toleransi dan keadilan. Jauh dari persepsi positif, Islam justru dikenal sebagai agama ekstremis yang sering memunculkan laku konflik. Di mana hal tersebut mencoreng wajah Islam dan telah mengkaburkan orang untuk memeluk agama Islam.

Kenyataan ini bukan menjadikan non-Muslim mendekat untuk mempelajari Islam, justru membuat mereka menjauhi Islam. Mereka beranggapan bahwa agama Islam sangat menakutkan. Tidak heran jika anggapan Islamophobia sering digaungkan.

Corak kasus ini sangat mudah kita temui di berbagai laman media sosial maupun dalam kehidupan nyata. Contoh saja seperti pembawaan dakwah yang kasar, mengumbar kata-kata kebencian, menjelek-jelekkan agama yang tidak sejalan, dan rentetan kasus yang mencorang fitrah Islam.

Munculnya stigma negatif tentang Islam, tidak lain disebabkan para da’i (pendakwah) pada masa sekarang kurang bisa membawakan fitrah dari agama Islam itu sendiri. Kandungan yang dibawa oleh para pendakwah, jauh dari norma-norma yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dan para pendahulu bangsa dalam menyebarkan agama Islam.

tonton juga: HUBUNGAN SANTRI DENGAN SUMPAH PEMUDA | Duta damai santi jawa timur

Perlu diperjelas bahwa dalam dinamika dakwah akan selalu ada tantangan. Hal ini tidak bisa disangsikan dalam setiap perjuangan. Adat-adat yang tidak sejalan dengan Islam, tidak lantas diberangus agar mereka mengikuti tuntunan pendakwah. Tidak juga dengan memaksa. Karena tidak ada paksaan terhadap seseorang untuk memeluk agama Islam.

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ

“Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 526)

Sebagai Mubaligh, seharusnya mampu meniru metode yang digunakan oleh para penyebar agama Islam di Nusantara pada zaman  dahulu. Dengan dapat menemukan metode dakwah yang paling mudah diterima oleh masyarakat. Bisa dengan menggunakan pendekatan budaya, adat, tutur kata dan akhlak yang baik, bisa juga dengan menggunakan gubahan sastra. Karena hal ini memang sangat efektif untuk mendapatkan hati masyarakat.

baca juga: Ragam Sastra Nusantara dalam Upaya Mengambil Hati Masyarakat

Ini dimaksudkan untuk membuka kerasnya hati akan penerimaan agama Islam. Karena berdakwah dengan memberikan prinsip-prinsip Islam saja, hanya akan membuat orang bosan untuk menerima ajaran Islam. Maka diperlukan gubahan sastra sesuai dengan bahasa masyarakat setempat, yang direlasikan dengan nuansa-nuansa keislaman. Dan hal ini memang terbukti efektif seperti yang dilakukan oleh para Walisongo dalam berdakwah.

Akan tetapi, kaidah dakwah juga perlu untuk diperbarui sesuai dengan historis budaya, zaman dan tempat. Untuk kaitan pembaruan tentang metode dakwah di masa modern, Anda dapat membacanya di artikel kami yang lain tentang Membuat Aplikasi Game Bernuansa Sastra sebagai Metode Dakwah di Abad Modern.

Kritik Kepada Pendakwah yang Berjiwa Keras
Kritik Kepada Pendakwah yang Berjiwa Keras

Artikel ini telah dibaca 4 kali

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi