Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kajian Aswaja · 7 Sep 2023 08:00 WIB ·

Kiat dan Solusi Menghindari Suudzon


 pexels.com Perbesar

pexels.com

Pernahkah Anda terpikirkan untuk menghindari suudzon yang melekat pada diri Anda? Kita semua tahu bahwa sifat suudzon dapat mendatangkan kerugian pada diri kita maupun orang lain. Sehingga penting bagi kita untuk menghilangkan sifat suudzon tersebut.

Berikut ini akan kami paparkan tentang bagaimana menghindari suudzon pada diri seseorang. Tidak usah panjang lebar dalam muqodimahnya, langsung saja simak uraiannya berikut ini.

Kiat Bermuhasabah Menurut Imam Al-Ghazali

kiat bermuhasabah

pexels.com

Menghindari suudzon merupakan proses yang melibatkan kesadaran diri. Perenungan terhadap diri sendiri ini di dalam agama Islam sering disebut sebagai muhasabah.

Muhasabah adalag proses mengevaluasi perbuatan, perilaku dan pikiran, atas perbuatan yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki diri.

Orang yang bermuhasabah, layaknya seseorang yang sedang bercermin atau berkaca pada diri sendiri, sehingga dapat menilai di mana letak kekurangan dan kelebihannya.

Menilai kekurangan diri sendiri ini sangat penting, daripada menilai kekurangan orang lain, yang kemudian memunculkan perspektif negatif, sedangkan dirinya tidak menyadari bahwa dirinya juga memiliki banyak kekurangan.

Kiat bermuhasabah memiliki banyak sekali keutamaan yang bisa didapat. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al-Ghazali:

وَاعْلَمْ أَنَّ مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ رَبِحَ وَمَنْ غَفَلَ عَنْهَا خَسِرَ وَمَنْ نَظَرَ فِي الْعَوَاقِبِ نَجَا وَمَنْ أَطَاعَ هَوَاهُ ضَلَّ

“Dan ketahuilah, barangsiapa yang bermuhasabah (intropeksi diri), maka ia akan mendapatkan kemenangan. Sedangkan orang yang mengabaikannya, maka ia akan merugi. Barangsiapa yang memikirkan suatu akibat, maka ia selamat. Dan barangsiapa yang menuruti hawa nafsunya, maka ia justru akan tersesat.”[1]

Menghindari Suudzon dengan Mendoakan Kebaikan Kepada Orang Lain

cara menghindari suudzon

pexels.com

Selanjutnya, kiat lain untuk menghilangkan sifat suudzon ini bisa mengikuti argumen dari Ibnu Hajar, yakni ketika timbul dalam hati seseorang untuk berpikiran buruk terhadap terhadap sesama, baik saat berinteraksi ataupun tidak, maka segeralah untuk mendoakan kebaikan baginya, agar syaitan tidak lantas selalu mengusik pikiran dan hati seseorang.[2]

Sedangkan menurut Ibnu Hajar adalah ketika mengetahui kesalahan orang lain, maka nasihati secara diam-diam (rahasia) dengan tujuan membebaskannya dari dosa.[3]

Tidak boleh juga untuk mengorek atau mencari kebenaran atas kesalahan yang orang lain lakukan. Karena buah dari prasangka buruk—menurut pandangan Imam al-Ghazali—seringkali menjadikan hati tidak merasa tidak puas jika hanya dengan prasangkanya saja.

Akan tetapi, ia akan selalu mencari kepastian untuk menemukan kesalahan dari orang lain. Sehingga, ketika hati muncul hal seperti itu, maka berhentilah untuk mengorek kebenaran atas kesalahan orang lain.[4]

Lebih bijak yang dapat orang lakukan untuk menghilangkan sikap suudzon, yaitu ketika melihat orang lain harusnya ia mengedepankan sudut pandang yang lebih luas sebelum membuat kesimpulan negatif dan berusaha untuk memahami serta menghargai perbedaan, dengan melihat individu secara lebih objektif.

Dengan memahami latar belakang dan situasi orang lain, kita dapat mengurangi prasangka dan meningkatkan pengertian serta toleransi.

Menghindari Suudzon dengan Bersedekah

menghindari suudzon

pexels.com

Sedangkan salah satu kiat oleh Imam al-Munawi dalam kitab Faid al-Qodir sebagai solusi atau cara untuk menghindari suudzon adalah dengan cara bersedekah.

تصدقوا فإن الصدقة فكاكم من النار أي هي خلاصكم من نار جهنم لأن من ثمراتها إزالة سوء الظن بالله عن العبد المردي في النار وتكذيب الشيطان فيما يعده من الفقر في الإنفاق فيها

Bersedekahlah kalian semua! Karena sedekah menjadi pembebas dari api neraka. Maksudnya adalah sedekah akan menyelamatkan seseorang dari neraka Jahannam.

Karena salah satu manfaat dari bersedekah itu adalah menghilangkan prasangka buruk terhadap Allah dari hamba yang berada di neraka, dan menolak godaan setan terkait kekurangan dalam berinfak di jalan-Nya.”[5]

Penutup

cara menghilangkan suudzon

pexels.com

Menghindari suudzon membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Perubahan pola pikir dan perilaku tidak terjadi dalam waktu yang sebentar, tetapi melalui latihan yang konsisten dan komitmen yang kuat, sehingga sikap suudzon dapat kita hilangkan.

Untuk menghilangkan sikap ini, perlu waktu, konsistensi dan komitmen yang kuat dari pribadi kita masing-masing.

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari kepemilikan sifat suudzon dalam hati kita semua. Amin..

Referensi

[1] Abu Hamid al-Ghazâli, Ihya ‘Ulumuddin (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, tt), 56/IV
[2] Ibnu Hajar al-Haitami, Az-Zawajir ‘an Iqtirof al-Kabair (tk. Dar al-Fikr, 1987), 23/II
وَيَنْبَغِي لَك إذَا وَرَدَ عَلَيْك خَاطِرُ سُوءٍ بِمُسْلِمٍ أَنْ تُبَادِرَ بِالدُّعَاءِ لَهُ بِالْخَيْرِ؛ لِتَغِيظَ الشَّيْطَانَ، وَتَقْطَعَ عَنْهُ إلْقَاءَهُ إلَيْك ذَلِكَ مِنْ دُعَائِك لَهُ.
[3] Ibit.
وَإِذَا عَرَفْت هَفْوَةَ مُسْلِمٍ أَنْ تَنْصَحَهُ سِرًّا قَاصِدًا تَخْلِيصَهُ مِنْ الْإِثْمِ مُظْهِرًا لِحُزْنِك عَلَى مَا أَصَابَهُ كَمَا تَحْزَنُ لَوْ أَصَابَك لِتَجْمَعَ بَيْنَ أَجْرِ الْوَعْظِ وَأَجْرِ الْهَمِّ وَالْإِعَانَةِ لَهُ عَلَى دِينِهِ. وَمِنْ ثَمَرَاتِ سُوءِ الظَّنِّ التَّجَسُّسُ فَإِنَّ الْقَلْبَ لَا يَقْنَعُ بِالظَّنِّ بَلْ يَطْلُبُ الْيَقِينَ فَيَتَجَسَّسُ، وَمَرَّ النَّهْيُ عَنْ التَّجَسُّسِ، وَهُوَ أَنْ لَا يَتْرُكَ الْخَلْقَ تَحْتَ سَرِيرَتِهِمْ فَيُتَوَصَّلُ إلَى الِاطِّلَاعِ عَلَى مَا لَوْ دَامَ سِتْرُهُ عَنْك كَانَ أَسْلَمَ لِقَلْبِك وَدِينِك، وَجَمَعَ مَعَ الْغِيبَةِ سُوءَ الظَّنِّ فِي آيَةٍ وَاحِدَةٍ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنْ التَّلَازُمِ غَالِبًا.
[4] Al-Qosimi, Mauidhoh al-Mukminin min Ihya ‘Ulumuddin (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah, 2009), 200.
مِنْ ثَمَرَاتِ سُوءِ الظَّنِّ: التَّجَسُّسُ، فَإِنَّ الْقَلْبَ لَا يَقْنَعُ بِالظَّنِّ، وَيَطْلُبُ التَّحْقِيقَ، فَيَشْتَغِلُ بِالتَّجَسُّسِ وَهُوَ أَيْضًا مَنْهِيٌّ عَنْهُ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: (وَلَا تَجَسَّسُوا) [الْحُجُرَاتِ: 12] فَالْغِيبَةُ وَسُوءُ الظَّنِّ وَالتَّجَسُّسُ مَنْهِيٌّ عَنْهُ فِي آيَةٍ وَاحِدَةٍ. وَمَعْنَى التَّجَسُّسِ أَنْ لَا يَتْرُكَ عِبَادَ اللَّهِ تَحْتَ سِتْرِ اللَّهِ، فَيَتَوَصَّلُ إِلَى الِاطِّلَاعِ وَهَتْكِ السِّتْرِ، حَتَّى يَنْكَشِفَ لَهُ مَا لَوْ كَانَ مَسْتُورًا عَنْهُ كَانَ أَسْلَمَ لِقَلْبِهِ وَدِينِهِ. وَقَدْ مَضَى فِي كِتَابِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ حُكْمُ التَّجَسُّسِ وَحَقِيقَتُهُ.
[5] Al-Munawi, Faid al-Qodir (Mesir: Al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubro, 1356), 234/III

Artikel ini telah dibaca 221 kali

Baca Lainnya

Larangan Memutus Silaturahmi Bagi yang Masih Hidup dan Mati

13 September 2023 - 08:00 WIB

larangan memutus silaturahmi

Hadits Keutamaan Silaturahmi dalam Islam Beserta Penjelasannya

11 September 2023 - 12:17 WIB

Keutamaan silaturahmi dalam Islam

Hukum Menjaga Silaturahmi Kepada Keluarga & Keistimewaannya

11 September 2023 - 08:00 WIB

menjaga silaturahmi

Bentuk Indahnya Silaturahmi dengan Keluarga dan Sesama

11 September 2023 - 08:00 WIB

menjaga silaturahmi

Hadits Menyambung Silaturahmi Adalah Puncak Keutamaan

9 September 2023 - 12:17 WIB

hadits menyambung silaturahmi

Hadits Larangan Marah Lebih dari 3 Hari

9 September 2023 - 08:00 WIB

hadits larangan marah
Trending di Kajian Aswaja