Oleh Nadia
Untuk memahami sesuatu, tentunya kita butuh gambaran dengan hal yang mau difahami tersebut. Ketika ingin bicara tentang buku, maka kita minimal harus tau seperti apa bentuk dari buku tersebut. Ketika kita ingin bicara sisir, minimal kita pernah melihatnya. Ketika kita ingin bicara tentang henphon tentunya kita harus tau gambarannya.
Begitu juga jika kita mau bicara islam atau ingin memahami-nya, maka kita harus tau gambaran dari Islam tersebut. Untuk melihat gambaran sisir, handphon dan lain-nya mungkin bagi kita mudah. Namun bagaimana dengan gambaran Islam?
Semua gambaran Islam sebenarnya sudah ada di diri Nabi Muhammad SAW, jika kita ingin tau Islam sebenarnya, maka cukup dengan tau sosok baginda Nabi Saw. Seandainya islam digambarkan, maka sosok dan prilaku Nabi sangat pas untuk menjadi sebuah gambaran.
Rasulullah SAW, juga bisa disebut dengan al-Rosul hua al-islam Mujassiman (rosulullah adalah islam yang berbentuk fisik). Seperti yang diutarakan oleh Yusuf al-Qordhowi dalam sebuah kitabnya (Kaifa nataamal manga al-sunah nabwiyah).
Namun, semenjak meninggalnya baginda Nabi, tentunya kita tidak bisa melihat sosok dan kepribadian Nabi Muhammad SAW, secara langsung. Maka dari itu, kita hanya bisa melihat dan mengetahui nya dengan cara memahami sunnah yang ada. Menurut Imam Qhordowi ada minimal lima hal yang bisa kita gambarkan dari sosok baginda Nabi.
Pertama, Nabi memiliki sistem komperehensif atau disebut dalam bahasa arab dengan Manhaj Symuli. Sistem atau Manhaj ini merupakan hal yang dimiliki Nabi, semua telah dicontohkan oleh baginda Rosul Saw, mulai dari tata cara berinteraksi dengan manusia, hewan dan cara berkehidupan sosial. Semua medan kehidupan sudah dicontohkan oleh beliau, tinggal kita bagaimana cara meniru hal tersebut.
Jika Manhaj ini diperumpakan seperti handphone, maka Manhaj ini adalah handphone itu sendiri, dari handphone ini kita bisa mendownload berbagai hal. Bila kita ingin baca Al-quran, maka kita tinggal mendownload nya, jika kita mau What app-an, maka kita tinggal mendonlowd-nya. Begitupun sunah Nabi, kita juga tinggal meneladaninya.
Ketika kita mau jualan, maka kita tinggal meneladani bagaimana cara nabi jualan. Bila kita ingin sholat, maka kita bisa meneladani bagaimana nabi sholat. Semua contoh kehidupan sebenarnya telah dicontohkan oleh baginda Nabi, tinggal kita mencari tau dan meneladani hal tersebut.
Kedua, Nabi memiliki sistem keseimbangan. Dalam bahasa arab disebut dengan “Manhaj Mutawazin” , manhaj ini adalah manhaj faham pertengahan tidak berlebihan dalam beragama sehingga menjadi kaum ekstrim kanan (radikal) atau tidak terlalu kekurangan dan lalai hingga menjadi kaum ekstrim kiri (liberal).
Maka dari itu Nabi Muhammad SAW, pernah mingingkari sahabatnya yang ingin puasa selama satu tahun, bangun malam tampa tidur dan menjauh dari wanita hingga tidak menikah. Karena hal semacam ini sudah bisa dikatakan keterlaluan. Pernah juga ketika Rasulullah melihat Abdullah Ibnu Umar yang selalu ibadah dan meninggalkan hak badannya bahkan keluarganya, Rosullah menegurnya dan berkata “Badan mu punya hak untuk istirahat, matamu juga punya hak untuk tidur begitupun keluargamu mereka juga punya hak untuk bersenang-senang dan ramah tamah bersamamu” (Mutafaqun alaih, dari ibnu umar).
Selain itu Nabi juga sering berdoa untuk kebaikan dunia dan akhiratnya
“Robbana atina fi-dunnya hasanah wafilalhakhiroti hasanah waqina adbannar”
Ya allah berikan kepada ku kebaikan baik di dunia dan akhirat. Dalam artian nabi juga ingin urusan dunia dan akhiratnya baik. Rasulullah SAW, juga tidak lalai dalam beragama, tidak mengesampingkan ajaran dan syariatnya. Artinya, tidak menghalalkan segala cara demi terwujudnya suatu keinginan dunia.
Ketiga, Nabi memiliki sistem atau Manhaj mutakamil (sistem integrasi), memadukan antar iman dan pengetahuan, antar wahyu dan akal, antar ilmu dan amal, antar kekuatan dan kebenaran, antar Quran dan kekuasaan. Maka dari itu Nabi selain punya pengetahuan beliau juga mengimani pengetahuan tersebut. Begitu banyak dari kita yang mempunyai ilmu tapi tidak masuk dalam hati (tidak mengimani), ilmu hanya untuk diperlihatkan dan dibuat sombong sombongan.
Keempat, Nabi mempunyai sistem atau Manhaj waki’e (sistem realita), Nabi hidup dengan manusia tidak sama hal nya dengan malaikat, dalam artian beliau juga makan juga ke pasar, mandi punya kebutuhan, punya salah dan lain sebagainya. Maka jika manusia telah melakukan kesalahan hal itu adalah biasa, karena realitanya memang manusia bukanlah malaikat yang tidak punya dosa, tinggal bagaimana mereka mau bertaubat. Karenanya agama sangatlah memberi kemudahan dalam berbagai hal. Rasulullah SAW bahkan bersabda
“Apa yang telah dihalalkan Allah maka halal, dan yang diharamkan adalah haram, adapun yang tidak dijelaskan maka hal tersebut diampuni (dimaklumi), maka terimalah apa yang telah Allah ampuni karena sesungguhnya Allah tidak lupa mengenai hal tersebut, kemudian nabi membaca ayat
وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيَّا
‘dan tidaklah tuhanmu lupa'(HR, Hakim).
Banyak kemudahan yang diberikan agama terhadap kita, bahkan agama sering mengalah demi melihat realita yang terjadi di diri manusia. Seperti ketika manusia dalam keadaan dhorurot, agama atau baginda Nabi datang dan memberi kemudahan.
Kelima, Nabi memiliki sistem atau Manhaj muyassar (sistem memudahkan), dalam hal ini Nabi pernah bersabda;
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِى مُعَنِّتًا وَلاَ مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِى مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku menjadi orang yang mempersulit (masalah) dan orang yang mencari-cari kesulitan, tetapi sebagai pendidik yang memudahkan. (HR.Muslim)
Bahkan Nabi Saw, mengajarkan pada umatnya untuk mempermudah dalam urusan, Nabi bersabda;
Artinya, Anas bin Malik raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan secara marfū’ “Permudahlah dan janganlah kalian mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah kalian menakut-nakuti”. (Muttafaq ‘alaih).
Bukti dari kemudahan tersebut juga bisa kita liat dari berbagai syariat yang dibawa baginda Muhammad SAW. Dalam urusan sholat, ketika dalam perjalanan kita diperbolehkan mengqosor atau men jama’nya, dalam hal bersuci selain Nabi men syariatkan wudhu, beliau juga menyiapkan penggantinya yaitu tayamum (bersuci dengan debu). Ketika umatnya sakit, maka sholat yang awalnya wajib berdiri beliau memberi kemudahan dengan memperbolehkan sholat dalam keadaan duduk. Namun kemudahan yang diberikan nabi ini tidak keluar dari batas-batas agama yang telah ditentukan.
Dari sistem atau Manhaj yang dicontohkan baginda Nabi, mulai dari Manhaj Syumuli, Mutawazin, mutakafi, waki’e dan muyasar bisa kita ketahui sosok baginda Nabi Muhamad yang sebenarnya dan gambaranan Islam sesungguhnya. Wallahualam.
Sumber: kaifa nata’amal ma’a al-Sunah An-Nabawiyah, lil Imam qordhowi