Oleh : Faizal Amin
Banyak golongan yang selalu ingin memperjuangkan khalifah, padahal khilafah sendiri sebenarnya sudah usai, dan hal tersebut sudah diprediksikan oleh baginda Nabi SAW.
Nabi Saw, bersabda:
ﻋَﻦْ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﺟُﻤْﻬَﺎﻥَ ﻗَﺎﻝَ ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺳَﻔِﻴﻨَﺔُ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟْﺨِﻼَﻓَﺔُ ﻓِﻲ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺛَﻼَﺛُﻮﻥَ ﺳَﻨَﺔً ﺛُﻢَّ ﻣُﻠْﻚٌ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﺳَﻔِﻴﻨَﺔُ ﺃَﻣْﺴِﻚْ ﺧِﻼَﻓَﺔَ ﺃَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺧِﻼَﻓَﺔَ ﻋُﻤَﺮَ ﻭَﺧِﻼَﻓَﺔَ ﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﺃَﻣْﺴِﻚْ ﺧِﻼَﻓَﺔَ ﻋَﻠِﻲٍّ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻮَﺟَﺪْﻧَﺎﻫَﺎ ﺛَﻼَﺛِﻴﻦَ ﺳَﻨَﺔً ﻗَﺎﻝَ ﺳَﻌِﻴﺪٌ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻟَﻪُ ﺇِﻥَّ ﺑَﻨِﻲ ﺃُﻣَﻴَّﺔَ ﻳَﺰْﻋُﻤُﻮﻥَ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺨِﻼَﻓَﺔَ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺬَﺑُﻮﺍ ﺑَﻨُﻮ ﺍﻟﺰَّﺭْﻗَﺎﺀِ ﺑَﻞْ ﻫُﻢْ ﻣُﻠُﻮﻙٌ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮﻙِ .
“Sa’id bin Jumhan berkata: ‘Safinah menyampaikan hadits kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda’ “Pemerintahan Khilafah pada umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh pemerintahan kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah masa kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun).” Safinah berkata lagi kepadaku: “Tambahkan dengan masa khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya tiga puluh tahun.” Sa’id berkata: “Aku berkata kepada Safinah: “Sesungguhnya Bani Umayah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka (Bani Umayah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong seburuk-buruk para raja”. (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).
Hadis di atas menjelaskan bahwa kepemimpinan khilafah yang mengatur roda pemerintahan umat sesuai dengan ajaran kenabian (khilafah al-nubuwwah) dan menerapkan syariat Islam secara sempurna, hanya berjalan selama tiga puluh tahun, yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali -radhiyallahu ‘anhum. Sebagian ulama ada yang memasukkan masa pemerintahasan Sayidina Hasan bin Ali -radhiyallahu ‘anhuma-, ke dalam khilafah al-nubuwwah ini, karena masa kekuasaan beliau melengkapi masa tiga puluh tahun tersebut.
Di hadits lain Nabi bersabda
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا شَاءَ، ثُمَّ تَكُوْنُ الْخِلاَفَةُ عَلىَ مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًّا فَتَكُوْنُ مُلْكًا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ يَرْفَعُهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهُ ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ. قَالَ حَبِيبٌ فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي صَحَابَتِهِ فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ يَعْنِي عُمَرَ بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُرَّ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.“
Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhyalahu ‘anhu, berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Kenabian akan menyertai kalian selama Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian dalam waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian. Lalu Nabi Saw diam”. “Habib bin Salim berkata: “Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, sedangkan Yazid bin al-Nu’man bin Basyir menjadi sahabatnya, maka aku menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya tentang hadis ini yang aku riwayatkan dari ayahnya. Lalu aku berkata kepada Yazid dalam surat itu: “Sesungguhnya aku berharap, bahwa Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mengikuti Manhaj al-Nubuwwah sesudah kerajaan yang menggigit dan memaksakan kehendak.” Kemudian suratku mengenai hadis ini disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan kagum dengan hadits ini.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, Abu Dawud, al-Baihaqi dan lain-lain).
Hadis pertama membatasi khilafah selama tiga puluh tahun, yaitu masa khilafahnya khilafahnya Khulafaur Rasyidin. Sedangkan hadits Hudzaifah bin al-Yaman, menjanjikan adanya khilafah lagi, pasca kerajaan yang diktator dan otoriter. Akan tetapi semua ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khilafah al-Nubuwwah dalam hadis Hudzaifah tersebut adalah khilafahnya Umar bin Abdul Aziz. Oleh karena itu, Imam al-Syafii berkata:
اَلْخُلَفَاءُ خَمْسَةٌ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ.
Artinya “Khalifah itu ada lima orang, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu ‘anhum.” (Ibnu Abi Hatim al-Razi, Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 189).
Imam Sufyan al-Tsauri, juga berkata:
اَلْخُلَفَاءُ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ وَمَنْ سِوَاهُمْ فَهُوَ مُبْتَزٌّ.
“Para Khalifah itu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan selain mereka, itu adalah perampas atau pemeras.” (Ibnu Abi Hatim al-Razi, Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 191).
Dua hadits di atas menyatakan bahwa khalifah itu hanya tiga puluh tahun, Ditambah dengan seorang khalifah setelah penguasa yang diktator. Kemudian para ulama seperti al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Sufyan al-Tsauri menyatakan, bahwa khalifah itu hanya lima orang, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz, sedangkan selain lima orang tersebut hanyalah penguasa yang merampas kekuasaan dengan tidak benar.
Dengan demikian, berarti obsesi kelompok dalam memperjuangkan khilafah, pasti menemukan kegagalan, karena apa yang akan mereka raih seandainya berhasil, itu bukan khilafah, tetapi kekuasaan diktator dan perampas. Jadi sangatlah tidak pantas jika seseorang atau kelompok selalu memperjuangan hal yang sebenarnya telah usai dan hal tersebut hanya akan menimbulkan pertikayan. Wallahu a’lam.