Santrikeren.id-Sampah menjadi masalah besar diseluruh dunia utamanya di negara Indonesia. Sampah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Meski begitu, bukan tidak mungkin, edukasi untuk meminimalisir penyebaran sampah bisa terus digalakkan.
Salah satunya sebagaimana yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Instika dengan menggelar kegiatan seminar edukasi bahaya sampah dan cara mengatasinya di desa Lapa Laok Dungkek Sumenep, pada Selasa (05/09/2023).
Kegiatan yang dipusatkan di Balai Desa Lapa Laok Kecamatan Dungkek ini dihadiri oleh aparat desa, ormas, komunitas para pemuda desa di kecamatan Lapa Laok Kecamatan Dungkek seperti Karang Taruna PKK dan lainnya.
Imam Ghazali, Kepala Desa Lapa Laok berharap dengan adanya edukasi terhadap warga dan para pemuda ini bisa memanfaatkan sampah sehingga diharapkan nantinya bisa memiliki nilai dan berdaya jual.
“Kalau sampah menghasilkan uang tidak usah jauh-jauh kita cari uang” Ujar Kepala desa Lapa Laok H. Imam Ghazali S. Sos.
Sementara itu, Abdul Warits menjelaskan beberap hal mendasar tentang jenis dan sumber sampah serta bagaimana membentuk cara berpikir masyarakat agar peduli terhadap sampah.
“Sampah mempunyai tiga macam. Pertama, sampah Organik (Sampah sisa makanan, sampah dedaunan, rerumputan kotoran hewan ternak dan lainnya). Kedua, Sampah anorganik (kantong plastik, kaleng, botol kaca, alumunium dan lainnya). Ketiga, Sampah Bahan Berbahaya Beracun (Jarum Suntik, Kabel, Gadget Rusak, Cairan Kimia, Produk Kadaluarsa ),” ujar Alumni Ushuluddin Instika ini.
Lebih lanjut, Pria yang juga aktif menjadi penggerak GUSDURian Sumenep ini menambahkan bagaimana cara mengatasi sampah mulai dari memilah dan memilih sampah, buat slogan stop produksi sampah dan menginisiasi gerakan peduli lingkungan.
“Gerakan peduli lingkungan misalnya bisa dengan KTSP (kegiatan tanpa sampah plastik). Karena sampah di masyarakat desa banyak ditemukan di pusat keramaian. Kalau di Annuqayah ada Komunitas Peduli Lingkungan namanya Pemulung Sampah Gaul di SMA 3 Annuqayah. Makanya gerakan peduli lingkungan ini bisa dimulai dari Lembaga Pendidikan,” katanya.
Di tempat yang sama, Koordinator Posko 53 KKN integratif Instika, Mohammad Hafil Mangkudilaga menyampaikan bahwa kegiatan ini berangkat dari keluhan masyarakat yang mengeluhkan sampah yang berada di pesisir pantai di desa Lapa Laok Kecamatan Dungkek.
“Alhamdulillah proposal yang kami buat di ACC oleh pihak kampus. Kami posko 53 tematik lingkungan memfokuskan dalam program besar kami yakni mengelolah sampah khususnya di daerah pesisir dan kegiatan ini dilakukan selama satu bulan penuh. Kegiatan hari ini merupakan kegiatan pertama sebagai bentuk stimulus dan penyadaran tentang pengetahuan sampah kepada masyarakat,” kata Mohammad Hafil Mangkudilaga sebagai ketua posko.
Lebih lanjut, ia mengatakan
program tentang pemberdayaan sampah ini bisa bersinergi dan berkolaborasi dari berbagai pihak di desa Lapa Laok sehingga gerakan peduli lingkungan bisa membumi di kalangan masyarakat desa.