Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 24 Jul 2024 10:22 WIB ·

Tips Pola Asuh Anak agar Tak Jadi Pelaku dan Korban Bullying


 Tips Pola Asuh Anak agar Tak Jadi Pelaku dan Korban Bullying Perbesar

Oleh : Ibnu Abbas

Kasus perundungan atau bullying kerap ditemukan di lembaga-lembaga pendidikan. Pelaku yang notabene adalah teman sekolah menyasar para korban yang cenderung lebih lemah. Dampaknya pun cukup serius, selain merusak mental korban, juga mengancam kondisi fisik.

Untuk itu, setiap orang tua perlu melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan pola asuh anak yang baik agar tidak menjadi pelaku dan korban perundungan di sekolah. Seorang aktivis perempuan, Iim Fahima Jachja, memberikan tips parenting yang baik untuk mengontrol tumbuh kembang anak agar tidak liar.

Pertama, orang tua harus menjaga hubungan baik dengan anak, bahkan sebisa mungkin harus erat hubungannya. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun komunikasi yang intens serta melungkan waktu untuk membersamai anak.

“Pastikan orang tua jangan kalah dekat dibanding teman-teman dan sosial media (sosmed). Banyakin ngobrol, bangun situasi di mana si remaja mau berbagi cerita dari hal kecil hingga besar,” kata Iim, dikutip dari NU Online, Rabu, 24 Juli 2024.

Kedua, orang tua harus menjadi role model bagi anak-anaknya. Pada aspek ini, setiap orang tua perlu memberi contoh perilaku yang baik sehingga bisa menjadi teladan bagi anak. Sebisa mungkin juga orang tua mesti memiliki karakter tertentu yang bisa membuat anak menghormati.

“⁠Pastikan orang tua memiliki karakter yang dihormati oleh anak sehingga mereka mau mendengar apa kata orang tua. Jangan cuman bisa nasehatin tapi kelakuan bertentangan,” jelasnya.

Ketiga, orang tua harus senantiasa melakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud adalah menilai di setiap perilaku anak. Bila tidak sesuai atau melanggar ketetapan dan aturan di dalam keluarga segeralah untuk dikoreksi dan diperbaiki. Dengan begitu, akan memperkecil masalah yang akan timbul.

“Jangan nanti-nanti, nanti keburu basi dan ketumpuk isu lain,” ucap dia.

Keempat, orang tua harus berupaya update dengan segala perkembangan, baik itu dalam aspek ilmu pengetahuan maupun sosial anak. Hal ini penting agar orang tua bisa terus mengimbangi obrolan dengan anak.
“Jika ilmunya kurang, bantu si anak ketemu ahlinya yang kita percaya. Misal: anak mau diet ketat, dikasih tahu orang tua tentang gizi kok ndak nurut. Ketemukan dia dengan ahli nutrisi untuk memberi tahu yang benar,” jelas Iim.

Kelima, penting bagi orang tua untuk membangun dialog atau komunikasi yang baik dengan baik. Dalam teori children see children do (anak-anak melihat anak-anak akan melakukan/meniru), tidak berlaku bila tidak dibarengi dengan dialog aktif dengan anak.

“Sayangnya, di era somed ini, jadi contoh saja tidak cukup, orang tua harus aktif membangun dialog,” ungkapnya.
Penyebabnya, kata Iim, di era sosmed kini anak-anak perlu dibimbing untuk mengaktifkan kognitif mereka agar bisa memilah informasi yang diterima dengan benar.

“Meluruskan cara pandang yang salah dan mengaktifkan kognitif anak supaya ke depan mereka bisa mikir dengan bener. Kenapa jadi contoh saja ga cukup? Kenapa harus intens membangun dialog? Karena lawan kita adalah sosmed, WA, dan lainnya, yang berkomunikasi intens dengan anak-anak hampir 24 jam,” sambung dia.

Keenam, orang tua juga perlu mencari dan membentuk lingkungan yang baik. Salah satunya memperhatikan betul lingkungan tenpat anak-anak berkumpul. Tidak semua lingkungan yang tampak elit akan menjamin manusianya baik-baik dan terdidik.

“Hanya karena lingkungannya elit, bukan jaminan manusianya pasti terdidik,” terangnya.
Ketujuh, aspek penting lainnya dalam pola asuh anak adalah memperbanyak tirakat. Aspek ini mungkin sering diabaikan, padahal sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak agar lebih baik. Berpasrah diri dan bermunajat kepada Allah SWT agar anak selalu diberkahi.

“Allah yang maha memelihara semua makhluk dan yang membolak-balikkan semua hati. Doakan saja semoga Allah selalu menjaga mereka,” pesan dia.

Kedelapan, orang tua harus tetap menjaga sikap lemah lembut dan bertingkah baik pada saat berinteraksi dengan anak. Jangan sampai anak tahu perselisihan orang tuanya. Sebab apa yang orang tua persembahkan kepada anak di masa kecil tentu akan menjadi kenangan indah di benak mereka.

“Last but not least, di tengah dunia yang keras, tetaplah lembut. Karena anak-anak butuh rumah untuk mereka pulang, merasa aman dan tenang. Rumah itu adalah orang tuanya sendiri,” tandasnya.

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi