Oleh: Ahmad Fuad Akbar
Pemilu 2024 yang baru saja berlalu meninggalkan gejolak politik yang cukup mengkhawatirkan. Tensi perpecahan di masyarakat masih terasa memanas akibat perbedaan pandangan dan dukungan terhadap capres-cawapres yang berkontestasi. Putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pemilu pun tak langsung meredam tensi tersebut. Polemik dan kecurigaan masih bergulir, menyisakan kekhawatiran akan perpecahan bangsa yang lebih dalam lagi.
Di tengah situasi kritis seperti ini, sepak bola bisa menjadi pemersatu yang amat efektif. Olahraga yang digandrungi seluruh lapisan masyarakat ini memiliki daya pikat lintas suku, agama, ras, dan golongan. Hal ini terbukti dari antusiasme publik pada Perempat Final Piala Asia 2024. Kemenangan Indonesia atas Korea Selatan pada laga penentu yang berlangsung Jumat (26/4/2024), jam 00.30 WIB, di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar disambut euforia luar biasa.
Ketika tim nasional Indonesia bertanding, kita semua larut dalam euforia yang sama, mendukung dengan semangat yang sama, tanpa memandang latar belakang pilihan, entah itu 01, 02, ataupun 03. Seolah perbedaan beberapa waktu lalu sirna dengan kado manis berupa kemenangan yang diraih melalui pertandingan yang cukup apik, panjang, menegangkan dan drama adu penalty yang membuat seluruh pemirsa gigit jari. Tak kurang dari 92% masyarakat Indonesia menontonnya, baik di stadion, rumah, atau tempat-tempat nonton bareng (surveynasional.id, 2024).
Meski kemudian pada laga berikutnya melawan Uzbekistan di stadion yang sama, Timnas tersingkir dengan skor 0-2. Namun kebulatan tekad untuk mendukung skuad Garuda tetap terjaga. Bahkan di sejumlah sudut kota masih diselenggarakan nonton bareng yang menghadirkan spektrum masyarakat dari berbagai latar belakang.
Data tersebut sekali lagi membuktikan bagaimana sepak bola mampu mempersatukan seluruh elemen bangsa. Ketika 275 juta lebih penduduk Indonesia larut dalam semangat yang sama, perpecahan akan sirna untuk sesaat. Kebersamaan, kegembiraan, serta kekerabatan yang terjalin dari momen-momen seperti itu membangun kembali rasa persaudaraan dan kebangsaan yang mungkin sempat tertampar gara-gara hiruk-pikuk perbedaan pilihan politik.
Pemerintah dan pihak terkait kiranya bisa memanfaatkan momen-momen serupa untuk lebih memupuk kebhinnekaan pasca Pemilu 2024. Pertandingan tim nasional, baik di level senior maupun usia muda, juga bisa dijadikan ajang pemersatu bangsa yang efektif.
Tentu saja, sepak bola tak bisa memecahkan akar permasalahan bangsa ini. Namun setidaknya, dengan menjadikan sepak bola sebagai elemen pemersatu bangsa, kita bisa sedikit menurunkan tensi perpecahan dan mulai menyusun kembali puzzle kerukunan yang sempat terpecah belah. Dengan kebhinnekaan yang solid, segala permasalahan bangsa akan lebih mudah untuk diselesaikan.