Dalam puncak acara haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-15 yang berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng pada Ahad (22/12/2024), KH Said Aqil Siroj, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menjelaskan tiga warisan berharga dari pesantren. Ketiga warisan tersebut adalah social capital, culture capital, dan symbolic capital.
1. Social Capital
Social capital atau modal sosial adalah kekayaan pesantren yang tercermin dari partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kegiatan keagamaan. KH Said Aqil mencontohkan, acara haul Gus Dur dihadiri oleh banyak orang tanpa adanya paksaan, melainkan atas dasar kesadaran dan inisiatif mereka sendiri. Hal ini menunjukkan kuatnya ikatan masyarakat dengan pesantren sebagai tempat mencari berkah dan hikmah dari para ulama. “Merawat hubungan baik dengan masyarakat ini penting, karena partisipasi besar ini adalah warisan luar biasa dari pesantren,” ujarnya.
2. Culture Capistrong
Culture capital atau modal budaya terletak pada ilmu pengetahuan yang diwariskan di pesantren. Tradisi belajar dari kitab-kitab turats yang ditinggalkan oleh para salafussaleh menjadi nilai sakral yang harus dilestarikan. KH Said Aqil menekankan pentingnya menjaga eksistensi kitab-kitab klasik ini sebagai sumber kekayaan intelektual pesantren yang tidak tergantikan.
3. Symbolic Capistrong
Symbolic capital atau modal simbolik adalah identitas pesantren yang melekat pada simbol-simbol tertentu, seperti penggunaan kopiah dan sarung saat shalat, atau bedug sebagai penanda waktu shalat di Indonesia. Meskipun bukan kewajiban agama, simbol-simbol ini menjadi bagian dari kebanggaan dan identitas santri yang harus terus dijaga. “Simbol-simbol ini adalah warisan dari ulama terdahulu yang memperkuat identitas pesantren di negeri ini,” jelasnya.
KH Said Aqil menutup penjelasannya dengan menegaskan bahwa ketiga warisan ini menjadi kekayaan unik yang memberikan kehormatan bagi siapa saja yang hidup dan besar di lingkungan pesantren. Modal sosial, budaya, dan simbolik ini tidak hanya menjadi aset bagi pesantren, tetapi juga memperkuat keberadaan pesantren dalam masyarakat.