Santrikeren.id–Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, Ridwan Habib mengungkapkan, peristiwa penangkapan pelajar terkait ISIS di Malang. Menurutnya, peristiwa ini menunjukkan kerentanan generasi muda terhadap radikalisme.
“Penangkapan ini bukti nyata bahaya radikalisme yang mengincar generasi muda. Kerja keras Densus 88 patut diapresiasi dalam mengungkap jaringan ini,” kata Ridwan Habib dalam perbincangan bersama PRO3 RRI, Sabtu (3/8/2024).
Ridwan menekankan, bahwa generasi muda menjadi target utama karena masa pencarian jati diri mereka. Menurutnya, usia 19 hingga 25 tahun adalah masa rentan bagi radikalisasi.
“Usia muda ini sangat rentan terhadap pengaruh ideologi ekstremis. Masa pencarian jati diri seringkali disalahgunakan oleh kelompok radikal,” katanya.
Lebih lanjut, Ridwan menyatakan, bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menangani radikalisme. Dia berpendapat bahwa masyarakat juga harus ikut bertanggung jawab dalam mencegah penyebaran ideologi ekstremis.
“Kerja keras melawan radikalisme harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat. Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam mendeteksi dini potensi radikalisme,” ucap Ridwan.
Ridwan juga mengungkapkan bahwa internet dan media sosial menjadi alat utama rekrutmen kelompok radikal. Menurutnya, penanganan radikalisme membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan pengawasan ketat di dunia maya.
“Media sosial adalah alat rekrutmen utama bagi kelompok radikal. Pengawasan ketat dan kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan,” ucap Ridwan.
Ridwan juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam melawan radikalisme. Menurutnya, hanya dengan kerja sama yang kuat, upaya pencegahan radikalisme bisa efektif.
“Sinergi antara pemerintah dan masyarakat sangat krusial dalam mencegah radikalisme. Kerja sama yang kuat akan menghasilkan upaya pencegahan yang efektif,” kata Ridwan.