Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 17 Mar 2023 15:00 WIB ·

Terapi Mengobati Orang yang Terpapar Radikal (II)


 Terapi Mengobati Orang yang Terpapar Radikal (II) Perbesar

Memberikan Pemahaman Tentang Tujuan Syariat

Dalam pandangan Wahbah az-Zuhaili, salah satu cara mengobati orang yang terpapar kasus radikal adalah dengan cara memberikan pemahaman tentang tujuan dari ilmu syariat yang benar. [1] Yaitu dengan membimbing orang tersebut untuk dapat berlaku seimbangan, moderat dan proporisonal. Karena tujuan dari syariat (agama) adalah untuk memberikan keselamatan, kenyamanan kepada seluruh pemeluknya.

Pemahaman ini penting, agar agama Islam tidak dimaknai dengan sekehendak nafsu pribadi. Tujuan yang lain yaitu diberlakukannya syariat kepada makhluk memiliki lima prinsip dasar yang disebut dengan maqoshid syariah. Di dalamnya berisi penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Segala kebijakan yang berimplikasi terhadap jaminan kelima dasar ini disebut sebagai maslahat. Sedangkan kebijakan yang menghilangkan kelima asas ini, maka disebut dengan mafsadah, dan menolaknya adalah tindakan yang maslahah.[2]

Islam yang diturunkan oleh Allah melalui perantara Nabi Muhammad SAW membawa misi rahmatan lil ‘alamin. Kehadiran Islam memiliki cita-cita yang sangat mulia yaitu mewujudkan perdamaian dan kemaslahatan, tidak hanya untuk orang Islam saja, akan tetapi untuk seluruh makhluk.

Baca juga: Terapi Mengobati Orang yang Terpapar Radikal

Mengimplementasikan makna rahmatan lil ‘alamin

Lalu bagaimana agar kalimat rahmatan lil ‘alamin tidak hanya sebatas slogan tanpa arti? Memandang beberapa orang masih bertindak irasional dengan tetap menancapkan ideologi radikal dan intoleran dalam kepribadiannya.

Maka dari itu, perlu penyuluhan tentang makna dari Islam wasathiyah (tengah-tengah). Wahbahh az-Zuhaili memaknainya dengan Islam moderat yang tidak berlebihan dan tidak condong dalam segala sesuatu. Tidak radikal dan tidak intoleran terhadap orang yang berbeda pandangan, serta tidak pula adanya pemaksaan, teror atau intimidasi secara zalim,[3]

Ungkapan Wahbah az-Zuhaili ini mengindikasikan bahwa agama Islam menginginkan terlaksananya kehidupan yang penuh damai dan toleran. Tidak saling menyalahkan antar satu golongan dengan yang lainnya, apalagi sampai mengkafirkan.

Lebih dari itu, Islam menginginkan agar tidak adanya koflik antara pemeluk agama satu dengan pemeluk agama yang lain. Jika dalam suatu negara masih terdapat konflik, maka implementasi dari syariat Islam belum berjalan secara efektif.[]

Baca juga: Upaya Pencegahan Ideologi Radikal dan Intoleransi
Follow instagram Duta Damai Santri Jawa Timur


[1] Wahbah az-Zuhaili, Qadhaya al-Mu’ashirah al-Fikr wal Mu’ashir (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2007), I/412.
– التوعية اللازمة لفهم علم مقاصد الشريعة ومعايير الفتوى والدين الأساسية : فإنه العلم الذي يوسع الأفق والمدارك ويرشد إلى مراعاة المصالح ودرء المفاسد، ويحقق التوازن والمرونة والاعتدال وينير آفاق المستقبل، ويغطي حاجات الناس. العلامة الشاطبي رحمه الله في كتابه «الموافقات وقريب منه «الاعتصام» في جعل بيان أصول الفقه على هذا المنهج ذا حركة وفعالية، مع تبيين خصائص الشريعة وقد برع ومزاياها الشاملة.
[2] Muhammad al-Ghazali, Al-Mushtasfa (Beirut: Dâr al-Kutûb al-‘Ilmiyyah, 1998), 174.
ومقصود الشرع من الخلق خمسة: وهو أن يحفظ عليهم دينهم ونفسهم وعقلهم ونسلهم ومالهم، فكل ما يتضمن حفظ هذه الأصول الخمسة فهو مصلحة، وكل ما يفوت هذه الأصول فهو مفسدة ودفعها مصلحة
[3] Wahbah az-Zuhaili, Qadhaya al-Mu’ashirah al-Fikr wal Mu’ashir (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2007), I/578.
الوسطية في العرف الشائع في زمانا . تعني في الاعتقاد والموقف والسلوك والنظام والمعاملة والأخلاق، وهذا يعني أن الإسلام بالذات دين معتدل غير جانح ولا مفرط في شيء من الحقائق، فليس فيه مغالاة في الدين، ولا تطرف أو شذوذ في الاعتقاد، ولا تهاون ولا تقصير، ولا استكبار ولا خنوع أو قل أو استسلام وخضوع وعبودية لغير الله تعالى ولا تشدد أو إحراج، ولا تساهل أو تفريط في حق من حقوق الله تعالى ولا حقوق الناس، وهو معنى الصلاح والاستقامة، كما قال الله تعالى عن يحيى عليه السلام المبشربه لأبيه زكريا : (ولتا من التكلمين) ال عمران: ۱۳۹/۳ ولا تعصب ضد الآخرين ولا رفض لهم، ولا إكراء أو إرهاب أو ترويع بغير حق، كما لا إهمال في دعوة الناس إلى دين التوحيد بالحكمة والموعظة الحسنة منعاً من الضريط بواجب تبليغ الدعوة الإلهية أو نشرها، وحياً في إسعاد البشرية قاطبة وإنقاذهم من الكفر والضلالة والانحراف

Terapi Mengobati Orang yang Terpapar Radikal (II)
Terapi Mengobati Orang yang Terpapar Radikal (II)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi