Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 30 Nov 2023 00:19 WIB ·

Teknologi dan Konsekuensi Ekologi


 Teknologi dan Konsekuensi Ekologi Perbesar

Oleh: Abdul Warits

Kegiatan-kegiatan perindustrian serta aktivitas penduduk sehari-hari di berbagai tempat semuanya menyebabkan pencemaran lingkungan baik udara, darat maupun perairan. Seringkali memang teknologi dan ilmu pengetahuan diterapkan hanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ekonomis, kepentingan-kepentingan politik dan bahkan alasan-alasan yang hanya bersifat pribadi. Konsekuensi ekologis jarang sekali terfikirkan.

Akibatnya, budaya konsumtif merebak di tengah-tengah masyarakat sehingga lahirlah sampah-sampah organik dan non organik yang tidak bisa dihindarkan oleh lingkungan sekitar. Sampah-sampah yang berserakan terdapat di berbagai tempat seperti pesantren dan tempat umum lainnya.

Kapitalisme ekstraktif hingga budaya konsumtif ini merupakan rentetan atau mata rantai problematika ekologis yang di masing-masing tahapannya terdapat unsur persoalan yang berbeda pula, mulai dari ekstraksi banyaknya sumber daya alam yang dieksploitasi untuk kepentingan produksi kemudian didistribusikan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.

Dengan demikian, budaya konsumtif terus mengalami peningkatan sementara lingkungan terus tercemari.  Secara tegas, Surat ar-Rum ayat 41 menjelaskan beragam fenomena  rusaknya lingkungan di laut atau darat, bermula dari ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Berangkat dari ayat tersebut, manusia hendaknya menyadari akibat dari perbuatan yang dilakukannya. Sehingga, mereka akan menimbang secara matang-matang sebelum melakukan sebuah tindakan.

Budaya konsumtif menjadi tantangan indrustrialisasi saat ini di kalangan masyarakat. Merebaknya sampah di lingkungan sekitar menjadi tantangan dalam membumikan paradigma masyarakat agar senantiasa menjaga tradisi membuang sampah pada tempatnya. Tentu tidak cukup menyediakan tempat sampah yang memadai tetapi harus dirancang berbagai strategi dan inovasi agar masyarakat benar-benar bisa menerapkan “budaya buang sampah pada tempatnya” dengan senang hati. Sebab, meski slogan buang sampah kepada tempatnya sudah sering didengungkan, ternyata slogan ini masih diabaikan dan belum bisa menyadarkan masyarakat secara totalitas untuk membuang sampah pada tempatnya.

Oleh sebab itu, dibutuhkan satu inovasi agar slogan tersebut benar-benar membumi dan membentuk karakter masyarakat dengan  tempat sampah cerdas berbasis digital. Salah satu aspek kebudayan yang paling mempengaruhi terhadap perubahan orientasi kehidupan semacam ini adalah tekhnologi. Tekhnologi diciptakan sebagai upaya manusia untuk mengubah alam.

Hakikatnya, teknologi hanyalah alat atau sarana manusia menggali materi dan memanfaatkan energi alam.  Termasuk teknologi digunakan untuk mendidik anak-anak di sekolah, instansi-instansi pemerintahan dan masyarakat umum untuk membudayakan sampah pada tempatnya. Kendatipun, sampah adalah masalah pribadi tetapi lembaga structural pemerintahan dan lembaga pendidikan harus memberikan edukasi persuasif dalam memasyarakatkan slogan buang sampah pada tempatnya kepada seluruh elemen.

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jejak Keagungan dan Kebijaksanaan Wanita yang Diabadikan Kitab Suci

5 Oktober 2024 - 06:32 WIB

Pesantren Menghadapi Pilkada dan Politik: Antara Netralitas dan Partisipasi

30 September 2024 - 05:29 WIB

Peran Guru Ngaji di Madura

29 September 2024 - 23:30 WIB

Santri dan Demokrasi: Peran Pesantren dalam Membangun Bangsa

29 September 2024 - 23:03 WIB

Ciri Khas Pesantren Madura: Menggali Tradisi, Pendidikan, dan Nilai Lokal

29 September 2024 - 21:10 WIB

Ekologi Pesantren: Mengintegrasikan Kehidupan Spiritual dan Lingkungan

29 September 2024 - 20:36 WIB

Trending di Suara Santri