Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Tokoh · 24 Jul 2024 10:11 WIB ·

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, Raja Para Wali dan Mufassir Terbaik Dunia


 Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, Raja Para Wali dan Mufassir Terbaik Dunia Perbesar

Oleh: Ibnu Abbas

Umat Islam di Indonesia tentu tidak asing dengan nama Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. Seorang tokoh Islam termasyhur yang namanya sering disebut-sebut dalam daftar tawassul. Nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani, memiliki julukan Sulthanul Auliya (Rajanya Para Wali).

Lahir di Desa Nif atau Naif, Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia, Iran. Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan, sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi dari Republik Islam Iran. Ia dilahirkan pada 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.

Ia merupakan ulama fiqih bermazhab Hambali yang memiliki segudang Karomah dan sangat dihormati oleh Sunni. Selain bergelar Sulthonul Auliya, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani juga dijuluki Al-Imām Al-Quthubul Aqthāb (pemimpin dan penyangga/konstitutifnya seluruh wali di alam semesta).

Kiprahnya di bidang ilmu tasawuf menjadikannya Mursyid Kamil Mukammil sekaligus pengasas perkumpulan tarekat Qodiriyah dan dihormati dalam tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Dengan keluasan Ilmunya, ajarannya tersebar luas ke seluruh dunia, menjadikannya sebagai aliran tarekat yang paling banyak dianut.

Orang-orang Tarekat selalu mengadakan manaqib dan haul untuk menghormatinya, bahkan pada bulan Rabiulakhir diadakan penghormatan besar-besaran oleh seluruh pengikutnya serta umat Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah dengan aqidah Al Maturidiyah atau Asy Ariyah dan fiqih Hanafiah atau Malikiyah atau Syafi’iyah atau Hanabilah serta bertasawuf falsafi Ghazaliah atau Imam Junaid Al Baghdadi dan juga pengikut Thariqah Mu’tabaroh atau Majelis Sufi Dunia yang tersebar dipenjuru dunia.

Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ini ternyata tidak hanya sebatas tokoh sufi yang ahli di bidang tasawuf hingga kemudian diberi julukan Sulthanul Auliya. Ia juga dikenal sebagai tokoh utama ilmu setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Setidaknya Ia ahli di 13 bidang ilmu pengetahuan.

Hal ini disampaikan Syeikh Assayyid Prof Dr Muhammad Fadhil Al-Jailani, cucu ke-25 Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, saat menghadiri acara Kajian Tafsir Al-Jailani di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, pada Jumat kemarin, 19 Juli 2024.

“Seluruh dunia mengerti siapa Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, tapi tak cukup hanya itu. Syeikh Abdul Qadir al-Jailani adalah tokoh utama ilmu setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dia adalah tokoh ilmu pengetahuan. Karena dia bukan hanya ahli bidang tasawuf, ia ahli dalam 13 bidang ilmu,” ungkapnya, seperti dikutip dari laman YouTube TVNU, Selasa, 23 Juli 2024.

Bahkan, di sebuah perpustakaan yang ada di Vatikan, negara yang terletak di Kota Roma, Italia yang dipimpin seorang Paus, menyebutkan bahwa Syeikh Abdul Qadir al-Jailani adalah ahli dalam 13 bidang ilmu pengetahuan. Kedalaman ilmu yang dimiliki, membuatnya diberi gelar Syaikhul Islam wal Muslimin di sana.

Sebagai salah satu dzurriyah atau keturunan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Syeikh Fadhil mengaku bahwa hidupnya banyak digunakan untuk mengabdikan diri meneliti naskah-naskah tafsir karangan pendahulunya itu. Dan Tafsir Al-Jailani adalah karya Syeikh Abdul Qadir al-Jailani yang menurutnya merupakan tafsir terbaik di dunia, tidak ada tandingannya.

Sekilas ia menceritakan tentang asumsinya yang mengatakan bahwa tafsir itu adalah tafsir terbaik di dunia. Ada sebagian ulama yang menyangkal pernyataan tersebut. Termasuk Rektor Al-Azhar Mesir Ahmed Thayib dan Syeikh  Ali Al-Jumu’ah sempat bertanya kepada Syeikh Fadhil tentang kebenaran argumentasi tersebut.

Syeikh Fadhil pun memberi mereka satu naskah tafsir sebagai hadiah. Dan memintanya untuk membaca dan mempelajari dengan baik isi daripada Tafsir Al-Jailani. “Bacalah Tafsir Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, agar anda tahu bahwa beliau tak hanya menjadi rajanya para wali, melainkan juga sulthan dari berbagai disiplin ilmu,” ujarnya menceritakan.

Setelah membaca isi tafsir tersebut, mereka lantas mengakui bahwa Tafsir al-Jailani tidak ada tandingannya. Di antara beberapa keistimewaan Tafsir al-Jailani, menurut Syeikh Fadhil adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, ayat dengan ayat, menafsirkan al-Qur’an dengan hadits, dan bahkan menukil dari kakeknya sendiri, Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

“Jarang sekali menukil dari para mufassir launnya, karena beliau sendiri adalah seorang mufassir,” ungkapnya.

Selain itu, keistimewaan Tafsir al-Jailani berikutnya adalah memberikan makna yang berbeda di setiap kalimat Basmalah yang berjumlah 114 di masing-masing surah dalam al-Qur’an. Setiap kalimat Basmalah pada setiap surah memiliki arti yang sesuai dengan isi surah tersebut. Seperti halnya kalimat Basmalah dalam surah Al-Fatihah, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani juga memaknai Basmalah sesuai dengan Fatihah.

“Anda tahu surah Al-Baqarah? Makna Basmalah pada surah Al-Baqarah adalah masalah keyakinan orang-orang mukmin,” paparnya.

Dalam menulis tafsir, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani juga memperhatikan adab. Hal itu bisa dilihat dalam cara menyebutkan nama Baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak sama dengan para mufassir lainnya yang langsung mengucapkan sebagaimana ucapan dan perintah Allah SWT kepada Nabi. Salah satu contoh di tafsir surah Al-Ikhlas, mufassir lain menyebut Muhammad secara langsung sebagaimana yang difirmankan Allah SWT.

“Sedangkan dia tidak pernah mengatakan ‘Wahai Muhammad’ secara langsung. Karena dia menjaga adab. Tetapi menyebut dengan Qul Ya Akmalarrasuli, ’Wahai Rasul yang paling sempurna’. Dan seterusnya,” kata Syeikh Fadhil menjelaskan.

Keistimewaan Tafsir al-Jailani berikutnya adalah pasti memberikan muqaddimah atau pembukaan di setiap surah dengan makna yang sangat memperhatikan adab-adab Bahasa Arab. Kemudian di akhir penjelasan surah, juga disertai dengan doa penutup. ”Seperti dalam surah Al-Fatihah. Beliau mengakhiri dengan doa ijabatan minka, semoga engkau mengabulkan permohonan kami wahai Dzat Yang Maha Pengasih. Dan banyak lagi keistimewaan lainnya,” tandasnya.

Artikel ini telah dibaca 35 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pandangan dan Pemikiran KH Wahid Hasyim

30 Oktober 2024 - 06:31 WIB

Biografi KH. Wahid Hasyim: Tokoh Pemuda Inspiratif dari Jawa Timur

30 Oktober 2024 - 06:26 WIB

5 Tokoh Pesantren di Jawa Timur: Pilar Pendidikan dan Dakwah Islam

14 Oktober 2024 - 15:31 WIB

Biografi Kiai Pesantren di Jawa Timur: Penggerak Pendidikan Islam dan Pembangunan Sosial

29 September 2024 - 20:56 WIB

Gagasan Gus Dur dan Relevansinya dengan Pesantren

29 September 2024 - 20:46 WIB

Ini Daftar 17 Pahlawan Indonesia asal Jawa Timur

29 Agustus 2024 - 23:06 WIB

Trending di Ruang Tokoh