Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 27 Sep 2024 07:40 WIB ·

Simak Cara Menangani Isu Radikalisme di Pesantren


 Simak Cara Menangani Isu Radikalisme di Pesantren Perbesar

Oleh: Abdul Warits

Radikalisme di pesantren merupakan isu yang sensitif namun penting untuk dibahas secara terbuka dan objektif. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan pemahaman keagamaan bagi jutaan santri.

Sebagian besar pesantren di Indonesia berperan positif dalam menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran, sesuai dengan tradisi Islam Nusantara yang mengedepankan nilai-nilai perdamaian. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kecil pesantren yang diduga menjadi tempat berkembangnya paham radikalisme.

Radikalisme di pesantren biasanya muncul dari pengaruh kurikulum yang berfokus pada tafsiran agama yang ekstrem dan tertutup, atau dari jaringan eksternal yang masuk ke lingkungan pesantren.

Dalam beberapa kasus, paham radikal dapat tumbuh melalui interaksi dengan guru atau tokoh agama yang memiliki pandangan sempit tentang agama dan cenderung melihat perbedaan sebagai ancaman. Situasi ini diperburuk dengan akses mudah terhadap propaganda ekstremis melalui internet dan media sosial.

Ada beberapa poin yang perlu dipertimbangkan dalam menangani isu radikalisme di pesantren:

1. Tidak Generalisasi

Meskipun ada pesantren yang terindikasi menyebarkan ajaran radikal, sangat penting untuk tidak melakukan generalisasi terhadap seluruh pesantren. Mayoritas pesantren di Indonesia berkomitmen pada Islam moderat dan mendukung Pancasila serta nilai-nilai kebangsaan.

2. Pendidikan Toleransi

Pemerintah dan masyarakat harus lebih aktif dalam mendukung pesantren yang mengajarkan Islam yang inklusif dan toleran. Pendidikan tentang kebangsaan, pluralisme, dan perdamaian perlu menjadi bagian integral dari kurikulum pesantren, sehingga para santri tidak hanya memahami agama secara mendalam, tetapi juga mampu menghargai perbedaan.

3. Pengawasan dan Pembinaan

Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap pesantren yang terindikasi menyebarkan paham radikal, namun harus dilakukan dengan pendekatan yang konstruktif. Pembinaan terhadap pesantren yang terpapar radikalisme lebih efektif daripada pendekatan represif, karena radikalisme seringkali tumbuh dari ketidakpuasan atau isolasi.

4. Peran Alumni dan Tokoh Agama

Alumni pesantren dan para kiai yang dihormati memiliki peran penting dalam mengedukasi santri dan masyarakat tentang bahaya radikalisme. Mereka bisa menjadi teladan dan menyebarkan pemahaman agama yang lebih inklusif dan moderat.

Dalam konteks ini, radikalisme di pesantren bukan hanya tantangan bagi dunia pendidikan Islam, tetapi juga bagi keamanan nasional dan persatuan bangsa.

Solusi terbaik adalah dengan bekerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan ulama untuk memastikan bahwa pesantren tetap menjadi tempat penyebaran ilmu yang membawa kedamaian dan keberagaman, bukan ekstremisme.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi