Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Seni · 25 Mei 2024 22:10 WIB ·

SESAK


 SESAK Perbesar

Oleh: Susi Qamariyah

#06 januari 2012

Dear diary

Malam ini aku hanya ditemani sepi, desaham angin menjadi pendengar setiaku tentang kerinduan yang beberapa hari ini selalu bertemgger. Kerinduan pada seseorang yang kini mlai hilang dari pandangan.

Kenangan itu,,

Tidak akan pernah aku hapus dari sejarah hidupku, sering kali membuat  rindu yang seharusnya tidak terulang kembali, rindu yang semakin menggebu-gebu menjadikanku ambigu dan pecandu akan rasa itu. Semenjak kepergiannya, aku sering melamun, menangis dalam diam ditemani cahaya rembulan dan sekawanan bintang yang penuh dengan keindahan, berkelap-kelip seperti kunang-kunang di angkasa sana. Dia tahun hubunganku berjalan dengan baik, tanpa ada permasalahan sedikitpun yang terjadi. Tapi kenapa dua tahun itu berakhir denga n kesedihan, dan sebuah luka yang masih membekas hanya karena sebuah perjodohan.

***

#11 oktober 2010

081973xxxx

Aku ingin bertemu denganmu, ada hal penting yang harus dibicarakan. Turunlah, aku sudah ada di taman rumahmu.

Sebuah sms masuk dari Andre, bibirku dengan sempurna membentuk sebuah senyuman seperti bulan sabit, aku bergegas turun menemuinyadi taman rumahku. Sudah menjadi sebuah kebiasaan buat kami bertemu di taman karena hanya di sana kami bisa tenang. Selain bunga yang indah, di sana juga terdapat kolam yang dilengkapi dengan  Gazebo. Kadang kami meluangkan waktu di sana, sambil menikmati aroma kopi yang begitu menyengat penciuman dan kue coklat buatan mama.

“Ada apa? Malam-malamke sini?.” Tanyanku padanya yang sedari tadi duduk menungguku di bangku taman.

“Maafkan aku put,” katanya yang membuatku bingung. “maaf untuk apa?.” Tanyaku menghilangkan kebingungan . “ besok aku harus pindah put, meneruskan kuliahku di Jakarta,  Ibuku sakit parah dia harus segera diobati dan dirawat di sana.” Jelasnya panjang lebar, aku yang di sampingnya hany mendengarkan tanpa menyela disetiap perkataannya.

“Bagaimana dengan hubungan kita?.” Tanyaku seketika, air yang kutahan untuk tidak tumpah dari tadi, akhirnya mengalir huga. Menangis tanpa  isak.

“Hubungan kita tetap berjalan!”

“Maksud kamu hubungan jarak jauh?.”tanyaku sambil menoleh kearahnya, tidak ada jawaban hanya anggukan yang berarti mengiyakan.

“Jika itu maumu aku terima, semoga kita dapat mempertahankan hubungan ini, sekalipun terpisah dari jarak,” kataku kemudian.

“Aku pastikan hubungan kita baik-baik saja, dan aku berjanji akan menjaga kesetiaan hubungan ini dan melanjutkan pada hubungan yang lebih serius,” janjinya padaku. Hening. Kami berdua terdiam, sama-sama menatap ke depan dengan tatapan kosong dan sIbuk dengan pikiran masing-masing. “ kalau begitu, aku pamit dulu, jag dirimu baik-baik dan jangan lupa kabari aku.”

“Kamu juga, sampaikan salamku pada Ibumu, semoga cepat sembuh.”

“Amin, nanti akan aku sampaikan ” katanya sambil beranjak pergi dari hadapanku, aku terus memperhatikannya menat punggung yang  semakin jauh dari pandangan.

Waktu telah menunjukkan pukul 12.00,  aku segara beranjak kembali ke kamar. Menghempaskan tubuh ke kasur, malam ini aku sulit untuk tidur, mengingat kaembali kejadian di taman tadi, aku harus mengikhlaskan kepergiaannya. Pergi bukan untu satu atau dua hari, melainkan pergi dalam waktu yang begitu lama. Air mataku kembali jatuh, kali ini dengan  isakan yang keras membuatku sulit untuk bernapas. Waktu telah menunjukkan pukul 12.30, mataku tetap tulis untuk terpejam, namun kupaksakan untuk tidur.

***

Aku terbangun dari tidur dan langsung bergegas ke kamar mandi, waktu telah menunjukkan 06.30 aku harus siap-siap berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor. Mulai hari ini dan hari-hari selanjutnya aku tidak boleh memikirkan tentangnya lagi, menangisi kepergiannya dan ketidak adanya dia di smapingku. Aku harus tegar dan menunggu dia kembali lagi, merajut kebahagiaan bersama. Aku harus fokus sama kuliahku dulu dan yakin bahwa dia akan kembali. Setibanya di kampus, aku langsung memakirkan sepeda dan berjalan cepat menuju kelas. Di kelas aku langsung duduk, temanku sudah sejak tadi datang. Dia memang lebih awal dariku, dai yang selalu bersamaku kemanapun itu, namanya Sinta. 5 menit kemudian jam pelajaranpun dimulai.

#06 nopember 2010

Bangun pagi, berangkat kuliah dari jam 06.30-12.30, mengerjaka tugas, selalu seperti itu,lain lagi dengan kegiatan atau pekerjaan di luar sekolah misalnya membantu Ibu disetiap harinya. Aku masih sama dengan kemarin-kemarinnya , menjalani hari dengan ceria, meski nyatanya hati menangis sedih tanpa sang kekasih. Aku mulai merinduinya lagi, mulai menjadi orang yang cengeng.

Dear diary

Kapan kau akan kembali? Aku merinduimu, juga rindu kenangan manis yang pernah tercipta. Ndre! Apa kabar? Cepatlah kembali, rindu ini semakin menderu, menantimu kembali lagi seperti dulu. Dulu sampa sekarang , kau berhasil membuat rindu dan menjadi pecandu dari rindu itu.

“Nulis apaan sih put,?” tanya Sinta sahabatku yang kini telah duduk manis di sampingku. Aku hanya menanggapi dengan senyuman dan perlahan-lahan menutup  diary.

“Sint, aku merinduinya” ucapku pada Sinta.

“Kenapa tidak ditelevon saja Put?”

“Aku sudah berkali-kali meneleponnya Sint, tapi handpone dia tidak pernah aktif, aku takut dia sudah melupakanku.”  Kataku sambil terisak, Sinta dengan reflek membawa tubuhku ke dalam pelukannya.

“Kamu tidaj boleh ber pikiran seperti itu Put, positif thinking saja, siapa tahu dia lagi sIbuk di sana. Apalagi sudah hampir skripsi.” Sarannya padaku, aku hanya diam tidak merespon perkataannya

***

#20 desember 2011

Hari ini aku lIbur kuliah, tidak ada kegiatan selain membaca noveldi balkon. Kapan dia akan kembali mengobati  rindu yang sekian lama menderu tanpa ada yang tahu.

Drrrttt,,,,drrrtt

Handponeku bergetar tanda sms masuk. Dari nomor tidak dikenal, aku segera membukanya

081703xxx

Aku sudah kembali, temui aku di tempat biasa, ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Penting.

#Andre

Mataku terbelalak tidak percaya, dia telah kembali. Aku segera beranjak menemuinya, entahlah sesuatu apa yang ingin dia sampaikan. Kulajukan sepeda motorku menuju tempat yang dia maksud. Taman Dekat kampus. Selain taman rumahku, kami juga sering bertemu di taman Dekat kampus. Karena itu termasuk tempat aawal dimana aku kenal dengannya. Setibanya di sana aku tidak menemukan siapsiapa selain bangku kosong.” Mungkin dia masih di jalan.” Batinku. Aku memutuskan untuk menunggunya di bangku taman. Tidak lama dari itu seseorang duduk di smapingku, membuatku terkejut dan menoleh kearahnya, dan….

“ Hay, bagaimana kabarnya?.” Tanya Andre padaku sambil memamirkan gigi-giginya yang rapi.

“Aku baik, kamu sendiri bagaimana?”

“Seperti yang kau lihat sekarang”  hening . kami semua terdiam, sIbuk dengan pikiran masing-masing

“Kenapa tadi datangnya mengagetkan gitu?”

“Bikin surpres”

“ Utung aku tidak punya penyakit jantung, bagaimana kondisi Ibumu?” tanyaku mencairkan suasana. Dia menggeleng lemah

“Ibuku sudah tiada”

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.” Gumamku

“Gimana dengan kuliahmu? Lancar?.” Aku hanya mengangguk dan lansung  menanyakan  maksud Andre mengajaknya bertemu di sini. “ Sesuatu apa yang ingin kau bicarakan Dree?”

“Aku .. aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini kepada hubungan yang lebih serius”

Deeggg….

Aku terkejut dengan semua yang ia lontarakn , air mata kembali menetes seperti satu tahun yang lalu, sewaktu pamit untuk pergi.

“Apa lasanmu mengakhiri hubungan ini?

“Ibuku memintaku untuk menikahi perempuan pilihannya”

“ Tidak bisakah kamu mempertahankan hubungan ini?”

“Maafkan aku Put, bukannya aku tidak mau mempertahankan hubungan ini, tapi mau bagaimana lagi ini sudah permintaan terakhir Ibuku, mau tidak mau aku harus menerimanya.”

Air matakuterus mengalir tiada henti, orang yang selama ini kupertahankan, orang yang selama ini kutunggu, walau dengan rasa lelah. Tapi, apa yang kudapatkan kini? Benar, dia telah kembali,. Tapi bukan untukku, melainkan untuk yang  lain. Lebih tepatnya dia kembali untuk pergi lagi. “Kuharap kamu bisa menrima semua ini, dan aku juga yakin kamu akan mendapatkan orang yang lebih baik dari aku, aku menyayangimu Put”

Setelah mengucapka kalimat tersebut  dia beranjak pergi meninggalkanku. Seketika lagit mendung dan menumpahkan air banyak ke bumii, membasahi tubuhku. Hujan kali ini telah membawanya pergi, pergi untuk kedua kalinya dan selamanya. Harapan yang ku tanam selama ini berkhir dengan sia-sia, dan janji yang pernahia ikrarkan tak ada yang terpenuhi, kesetiaan berkhir dengan kekecewaan.

*06-januari-2012

Tampa tersa buliran air mata jatuh perlahan-perlahan, putri kembali menagis mengingat masa  lalunya. Sampai saat ini dia belum bisa melupaka andre, andai saja putri masih punya kesempatan untuk berjuang, dia akn berusaha mendapatkan sesuatu yang telah hilang. Namun, kini orang yang tengah diharapkan telah bahagia bersama orang lain.  “apa kabar masa laluku?”. Gumamnya seraya menutup dairy yang sedari tadi terbuku. Putr harus bisa menata hatinya kembali, dia yang membangun harapan, dia juga yang harus menerima  pahitnya kenyataan.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Lelaki yang Setia Mencintai Gelombang

24 Mei 2024 - 22:22 WIB

Luka Di Penghujung Temu

21 Mei 2024 - 22:07 WIB

Dendam Dalam Secangkir Kopi

20 Mei 2024 - 22:02 WIB

Kirana

19 Mei 2024 - 22:12 WIB

Hati Dua Pesantren

17 Mei 2024 - 22:05 WIB

Setetes Embun

16 Mei 2024 - 21:58 WIB

Trending di Ruang Seni