Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 22 Okt 2023 07:23 WIB ·

Sejarah Hari Santri dan Tafsir Logo Hari Santri 2023


 Sejarah Hari Santri dan Tafsir Logo Hari Santri 2023 Perbesar

Oleh: Abdul Warits 

Hari santri menjadi momentum mengesankan bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, banyak pesantren telah membuktikan diri dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di masa silam. Salah satunya melalui peran para santri dan kiai.

Dikutip dari berbagai sumber, penetapan Hari Santri pada tanggal 22 Oktober bermula dari usulan masyarakat pesantren yang ingin menjadikan tanggal ini sebagai pengingat dan penghormatan kepada peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Awalnya, Hari Santri diusulkan pada tanggal 1 Muharam saat kunjungan calon Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, ke Pondok Pesantren Babussalam, Jawa Timur, pada 27 Juni 2014. Kemudian, PBNU mengusulkan tanggal 22 Oktober untuk memperingati Hari Santri sebagai bentuk pengakuan terhadap peran dan kontribusi para santri dalam sejarah Indonesia.

Tanggal ini dipilih untuk memperingati peristiwa penting dalam perjuangan para santri dan masyarakat sipil dalam melawan penjajahan dari pihak sekutu. Pada tanggal 22 Oktober 1945, sebuah kelompok pejuang santri bersama rakyat lainnya, melakukan perlawanan heroik di kota Surabaya kepada pasukan sekutu yang mencoba menguasai kembali wilayah Indonesia.

Peristiwa ini, dikenal sebagai “Pertempuran Surabaya” dan merupakan simbol perlawanan dari para santri dan pejuang Indonesia terhadap penjajah di mana hal tersebut menyebabkan Jenderal Mallaby dan ribuan pasukan Inggris tewas. Puncaknya yaitu pertempuran pada 10 November 1945.

Oleh karena itu, penetapan ini didasari oleh peran ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan serta pembangunan bangsa dengan mengacu pada Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dilakukan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, ulama dan pahlawan nasional, dengan menggerakkan massa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.

Walau begitu, penetapan Hari Santri Nasional sempat memunculkan beberapa penolakan dengan alasan khawatir akan terjadi perpecahan dari kalangan yang bukan santri. Sehingga, Presiden Joko Widodo, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI menetapkan tanggal 22 Oktober 2015 menjadi Hari Santri melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia, tema yang dipilih pada Hari Santri Nasional 2023 dalam Surat Edaran Menteri Agama No SE 10 Tahun 2023 tertanggal 11 Oktober 2023 adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tema ini memiliki maksud untuk merayakan semangat dan dedikasi para santri sebagai pahlawan pendidikan dan perjuangan kebodohan.

Surat edaran itu menyebutkan jika makna jihad telah berubah pada masa yang penuh dengan tantangan dan kompleksitas ini. Di mana, jihad tidak lagi mengacu pada pertempuran fisik, akan tetapi telah menjadi perjuangan intelektual yang penuh dengan semangat.

Selain itu dijelaskan jika santri berperan sebagai garda terdepan dalam melawan ketidakpahaman, kebodohan, dan ketertinggalan. Mereka adalah pejuang ilmu pengetahuan yang gigih dalam mengejar pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai senjata utama mereka.

Dalam konteks tradisi Islam, jihad intelektual digunakan untuk membela nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan pengetahuan. Para santri dianggap sebagai contoh utama dalam menjalankan jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai alat untuk penyebaran pengetahuan, santri mendalami ilmu dan menyebarkan pengetahuan.

Filosofi Logo Hari Santri 2023

1. Bendera Merah Putih dan Api yang Berkobar

Rasa cinta tanah air adalah semangat yang berkobar dalam dada setiap santri. “Hubbul wathon minal iman” (rasa cinta tanah air adalah sebagian dari iman), adalah kobaran api yang selalu menyala. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan hasil perjuangan para santri dari jeratan penjajahan. Melalui fatwa Resolusi Jihad, santri memiliki senjata yang ampuh melalui fatwa fatwa dan petuah dari pada kiai.

Api yang berkobar memiliki simbol bahwa semangat kebangsaan menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia harus menjadi perhatian bersama seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sudah diteladankan oleh santri dan kiai serta bagaimana peran pesantren dalam membangun peradaban di tengah-tengah masyarakat.

2. Teknologi Digital

Tantangan hari ini yang harus dijawab oleh santri adalah kemajuan teknologi digital. Santri hari ini harus mengembangkan pengetahuannya untuk mengikuti transformasi teknologi digital.

Santri, kiai dan pesantren tidak pernah menutup diri dari perkembangan digital yang terjadi hari ini. Pasalnya, tantangan penjajahan di era ini telah berubah menjadi penjajahan mental di ruang digital.

Sebab tidak bisa dipungkiri, hari ini ada banyak kelompok yang menyampaikan doktrin dan ajaran yang melemahkan dalam mencintai agama, bangsa dan negara. Hal ini tentu menjadi ruang dakwah baru bagi santri agar terus bergerilya mewarnai dunia digital hari ini.

3. 4 Pilar Kebangsaan

Indonesia dibangun di atas empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

4 pilar kebangsaan ini menjadi salah satu landasan bagi pergerakan kaum santri di tengah tengah masyarakat. Selain memperdalam keilmuan agama, peran santri dalam membumikan empat pilar kebangsaan ini menjadi penting melalui nilai nilai kesantrian yang terus dihidupkan dalam kehidupan sehari hari.

4. Santri Menjaga Negeri

Santri senantiasa siaga menjaga empat pilar kebangsaan inilah komitmen dan jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh para santri. Peran kiai, pesantren dan santri di negara Indonesia dalam melakukan beragam perberdayaan dalam beragam sektor kehidupan tidak bisa diragukan lagi.

Pesantren melalui perannya tidak hanya mencerdaskan kehidupan anak muda bangsa tetapi juga terlibat di dalam upaya pengembangan, penyelamatan dan pemberdayaan negara melalui perannya terhadap lingkungan sekitar.

5. Simbolisasi Huruf ‘Nun’

Dalam Islam jelas sekali huruf nun berdiri sendiri sebagai pembuka surat Al Qalam yang disimbolkan dengan tempat tinta lalu disusul ada kalam dan tempat menulisnya sebagai mana disebutkan dalam ayat: “Nun wa al-qalam wa ma yasthurun”. Ini bermakna ”Nun’ sebagai simbol pengetahuan.

Pengetahuan santri tidak hanya terbatas terbatas terhadap teks keagamaan saja, meskipun hal tersebut adalah basis dasar santri di pesantren. Generasi unggul dalam berbagai bidang, terutama dalam mengarahkan masyarakat menuju keadaan melalui tradisi dan etika dan tepat telah diteladankan oleh seorang santri.

6. Goresan Tinta Emas

Jenis font seperti goresan tinta pada tema tahun ini menyimbolkan bahwa santri adalah generasi penerus bangsa yang akan menggoreskan kejayaan Indonesia dengan tinta emas. Jihad Intelektual demi kejayaan negeri.

Salah satu peran santri adalah bagaimana bergerilya melalui tinta dalam menyebarkan ajaran Islam yang ramah. Film film tentang kesantrian dan terbukanya pesantren untuk membuka jurusan teknologi di kampus pesantren menjadi bukti bahwa santri tidak hanya cukup memiliki pengetahuan tetapi harus berani menyebarkannya ke seluruh pelosok negeri ini.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dekadensi Moral Santri Masa Kini

2 Juni 2024 - 09:54 WIB

Sayyidah Maryam: Jejak Kesucian dan Keteguhan Iman Sang Perawan Suci Ibunda Almasih

1 Juni 2024 - 21:16 WIB

Tafsir Tentang Hutang Piutang QS. Al-Baqarah 282

31 Mei 2024 - 23:18 WIB

Qurban dan Aqiqah: Antara Tuntutan Syariat dan Praktik Sosial

31 Mei 2024 - 18:54 WIB

Makna dan Hikmah Ibadah Haji dalam Islam: Refleksi dari Al-Baqarah/2:197 dan Ali ‘Imran/3:96-97

31 Mei 2024 - 18:49 WIB

Kecemasan di Era Digital: dari Fear of Missing Out sampai Cuberbullying

31 Mei 2024 - 18:06 WIB

Trending di Suara Santri