Oleh: Amira Zakia
Musim kemarau panjang yang kini berganti musim hujan ternyata derasnya masih belum bisa membasahi tanah-tanah Indonesia yang masih tandus akan moralitas elite politik negeri ini. Ya! Para politisi yang antah berantah berasal dari manapun kini memahami keberadaan kaum santri akan sangat memengaruhi peta politik atau mapping elektoral.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pernah bersuara jika santri memiliki peran penting untuk menambah elektoral. Tak hanya itu, pola hubungan yang terjadi di pesantren nampaknya bersifat patron klien. Sehingga, santri akan mengikuti pilihan politik yang ditentukan para kiainya. Bukan hanya pengamat politik, saat ini kita dapat melihat sendiri jika budaya hubungan antara santri dan kiai bersifat sami’na wa atho’na.
Oleh karena itu, ketika para peserta pemilu, utamanya Pileg dan Pilkada berlomba-lomba menyambangi pesantren dan bersilaturahmi dengan kiai untuk meminta restu. Namun, sebagai santri kita harus cermat membentengi pikiran dan hati agar tidak ditarik-tarik untuk kepentingan politik kekuasaan melainkan santri harus hadir pada politik kebangsaan. Ya! Politik kebangsaan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan nasional. Sedangkan politik kebangsaan bersifat jangka panjang dan menjangkau jauh ke depan. Sebaliknya politik kekuasaan mengutamakan kepentingan kelompoknya seperti kepentingan partai politik.
Namun kini, perkembangan zaman telah membuat santri tak lagi menjadi komoditas, justru sebaliknya. Seiring dengan melek-nya demokrasi pascareformasi di kalangan masyarakat, santri telah menjadikan para kandidat dan elite politik sebagai komoditas yang diharapkan dapat membuat kebijakan yang pro terhadap santri itu sendiri. Meski begitu, dewasa ini para santri banyak terjun di dunia politik.
Hal itu dinilai tepat karena santri maupun alumnus pesantren yang ikut andil dalam politik dan menjadi pejabat pemerintah, maka kebijakan-kebijakan yang dibuat atau diputuskan tidak akan lepas dari ajaran-ajaran yang dipelajari di pesantren, sehingga disadari atau tidak, kebijakan-kebijakan itu menjadikan kemaslahatan bagi umat.
Selain itu juga, ketika santri terjun berpolitik, hal itu bisa menjadi lawan dari paham-paham yang menyimpang dan dapat merugikan masyarakat bahkan negara. Begitupun dengan urusan agama, ketika santri berkuasa, maka ia juga ikut serta menegakkan agama dan mendakwahkan agama. That’s right?!