Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 16 Sep 2024 11:22 WIB ·

Santri dan Maulid Nabi


 Santri dan Maulid Nabi Perbesar

Oleh: Citra Sukma Ningsih*

Rabiul Awal adalah bulan kelahiran sang proklamator Islam, Muhammad SAW sosok yang didambakan oleh dunia khususnya umat islam karena beliau diutus menyampaikan risalah, menyempurnakan akhlak manusia yang pada mengalami kesesatan merajalela di Mekah dan Madinah.

Lahirnya Nabi Muhammad pada pada tanggal 21 April 571 M. yang bertepatan 12 Rabiul Awal tahun gajah menjadi saksi bahwa segala kesesatan akan termusnahkan.

Perayaan Maulid Nabi

Di era globalisasi ini banyak orang islam merayakan maulid nabi secara khidmat baik dengan dikemas dengan pengajian umum atau kegiatan- kegiatan lainnya yang bermanfaat karena mereka mengetahui salah satu hari besar islam adalah maulid nabi Muhammad SAW.

Tokoh yang mengadakan maulid nabi pertama kali adalah Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri gubernur Irbil di wilayah Irak ia berpendapat bahwa perayaan maulidur rasul adalah semata- mata mengharap syafaatnya dan mengingat perjuangan beliau demi agama islam, dimana semua perjuangan beliau yang telah mendakwahkan agama islam secara gigih, pantang menyerah walaupun cobaan dari kaumnya yang kejam sampai mengancam nyawa dan raganya namun beliau tetap berdakwah hanya untuk kemaslahatan agama islam.

Peran Santri

Peran santri adalah sebagai generasi emas, penerus para ulama, pejuang agama Islam hendaknya meneladani perjuangan Nabi yang tak mengenal lelah, berjuang demi agama dengan cara belajar sungguh-sungguh karena selain sebagai santri kita juga sebagai murid/pelajar dimana arti pelajar adalah penuntut, maksud dari penuntut ini adalah dalam aspek mencari ilmu yang tentunya memiliki kehendak yang kuat, juga didukung dengan kesabaran dalam upayanya itu.

Orang bijak berkata“ Siapa yang tidak merasakan pahitnya belajar, maka ia akan merasakan kehinaan sepanjang hayatnya”. Dengan kata lain jika kita berleha- leha dalam menuntut ilmu kelak di hari tua akan menyesal karena tidak bisa merasakan manisnya ilmu,untuk dijadikan pedoman ketika terjun ke masyarakat. Jika Nabi berjuang untuk menegakkan agama, maka kita sebagai santri adalah pejuang penerus risalah beliau.

Santri dan Tantangan Hari Ini

Akan tetapi di era yang semakin canggih, santri kini bukanlah santri yang dulu atau bisa dikatakan hanya bertitle santri tapi tidak dengan perbuatan dan hati yang sudah jauh dengan ajaran ilahi. Perbedaan santri saat ini beda jauh dengan santri zaman dulu baik dari segi ketawaddluan kepada guru atau dalam kehidupannya di pondok.

Santri zaman dulu tawaddlu karena mengharap barokah dari kiai dengan cara menjadi khoddamnya kiai dari itu tak jarang setelah berhenti ia menjadi kiai atau ulama besar. Jika dibandingkan dengan santri zaman sekarang kecerdasannya sudah tidak diragukan lagi akan tetapi akhlak untuk saat ini sudah sangat merosot karena terbawa oleh arus globalisasi dan zaman yang memang sudah akhir.

Selain itu santri zaman sekarang ini seolah- olah hanya pindah dari tempat tidur yang awalnya di rumah berubah menjadi di pondok, dengan maksud santri hanya beda tempat untuk tidur tetapi tidak untuk sifat- sifat kemandiriannya seperti mencuci baju diganti dengan melaundry, memasak sendiri diganti dengan membeli.

Begitu juga dengan transport ilmu tidak dilakukan untuk mengubah perilaku kita karena datang ke sekolah tidak niat dalam hati untuk bersungguh- sungguh dalam belajar demi Allah Taala, akan tetapi hanya dijadikan kebiasaan dengan D3 (Datang, Duduk, Diam) tanpa ada kecerdasan intelektual.

Santri pelopor untuk mencintai Nabi
Begitupun dengan memperingati kelahiran nabi Muhammad sudah banyak santri yang sudah tidak peduli akan hal ini karena tergesernya zaman yang sudah tergantikan mengingat/ merayakan akan kelahiran para artis yang tidak ada kaitannya dengan tokoh agama islam.

Santri dan perayaan maulid nabi erat kaitannya karena sebagai penopang dan pengingat juga penerus risalah nabi. Untuk menghargai perjuangan beliau hendaklah kita membaca sholawat minimal 100X sehari karena satu shalawat akan diganti dengan 10 kebaikan, kita harus bangga menjadi umat Muhammad menanam pahala dengan cara sederhana akan tetapi balasan yang diperoleh kelak menanti berupa surga,juga akan diingat oleh Nabi Muhammad di hari kiamat.

Didalam Hadits Al-Hakim meriwayatkan yang artinya“ Sungguh yang kikir adalah yang namaku disebut di sisinya lalu ia tidak bershalawat kepadaku
Arti dari kutipan hadits di atas sudah jelas bahwa membaca sholawat penting hukumnya karena jika nama Nabi Muhammad disebut lalu kita tidak menjawab maka kita akan termasuk orang yang kikir/ pelit. Maka dari itu kita sebagai santri hendaknya menjadi pelopor mencintai Nabi dengan bacaan Allahumma solli ala Muhammad.

*Mahasiswi Universitas Annuqayah, Santri PP. Annuqayah Kusuma Bangsa Putri

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Tiga Sikap dan Karakter Kiai Indonesia yang Perlu Diketahui

30 Agustus 2024 - 22:31 WIB

Esensi Makna Kiai

30 Agustus 2024 - 22:20 WIB

Anak Muda dalam Membangun Kehidupan yang Toleran: Studi Kasus di Madura

30 Agustus 2024 - 20:51 WIB

Dari Khotbah ke Kabel: Peran Media dalam Agama dalam Pandangan Marshall McLuhan

30 Agustus 2024 - 20:48 WIB

Trending di Suara Santri