Oleh : Ahmad Fuadi Akbar
“Saya menangis setiap malam memikirkan kalian, sebab kalian bukan hanya Cadangan pesantren tapi juga adalah Cadangan pemerintah” (KHR. As’ad Syamsul Arifin)
Sengaja kami mulai tulisan ini dengan dauh dari al-Magfurllah KHR. As’ad Syamsul Arifin, sebab para Santri sering kali dianggap hanya sebagai “cadangan” bagi pesantren untuk menjaga kelangsungan institusi pendidikan mereka. Namun, pandangan ini mengabaikan potensi besar yang dimiliki oleh santri dalam konteks keberadaan mereka di luar lingkungan pesantren. Sebenarnya, santri juga telah lama dianggap sebagai garda terdepan dalam pembangunan karakter dan intelektualitas di Indonesia serta memiliki peran penting sebagai “cadangan” untuk pemerintah, yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai sektor pembangunan nasional. Mari kita telaah mengapa santri bukan hanya sekadar “cadangan” untuk pesantren, tetapi juga untuk pemerintah.
Pendidikan dan Kepemimpinan:
Santri menerima pendidikan yang tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, tetapi juga mencakup keterampilan akademis, kepemimpinan, dan kemandirian. Mereka dilatih untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan memiliki integritas moral. Keterampilan ini sangat berharga dalam lingkup pemerintahan, di mana kebijakan dan keputusan yang dibuat mempengaruhi nasib banyak orang. Santri yang memiliki pendidikan yang baik dapat menjadi kader yang handal dalam menyumbangkan ide dan solusi untuk pembangunan negara.
Nilai-nilai Kemanusiaan dan Keadilan:
Pendidikan di pesantren tidak hanya mengajarkan aspek agama, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan toleransi. Santri dilatih untuk memahami dan menghargai perbedaan, serta bekerja untuk kebaikan bersama. Nilai-nilai ini sangat relevan dalam lingkup pemerintahan, di mana keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan semua warga negara. Santri yang telah diasah oleh nilai-nilai tersebut dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Keterlibatan dalam Pembangunan Masyarakat:
Santri juga memiliki keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan di luar lingkungan pesantren. Mereka terlibat dalam program-program kemanusiaan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan ini menunjukkan bahwa santri memiliki potensi untuk berkontribusi dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai “cadangan” untuk pemerintah, santri dapat menjadi agen perubahan yang memajukan kesejahteraan masyarakat.
Santri sebagai Cadangan Pemerintah
Santri, dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat, memiliki banyak kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif dalam pemerintahan. Mereka telah dilatih untuk memiliki nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, kedisiplinan, dan empati, yang merupakan sifat-sifat penting bagi seorang pemimpin. Selain itu, pendidikan agama yang mereka terima juga memberikan landasan moral yang kokoh, yang sangat penting dalam mengambil keputusan yang berdampak pada masyarakat.
Keterlibatan santri dalam pemerintahan juga merupakan bentuk integrasi antara kehidupan agama dan kehidupan sosial-politik. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan tentang ajaran agama, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang realitas sosial dan politik di Indonesia. Sebagai hasilnya, mereka dapat menjadi penghubung antara nilai-nilai agama dan kebutuhan praktis masyarakat.
Tokoh Santri di Pemerintahan
Beberapa tokoh santri telah sukses memperoleh posisi penting di panggung politik Indonesia pasca reformasi, menunjukkan bahwa santri memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam dunia pemerintahan. Beberapa di antaranya termasuk:
- Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid): Mantan Presiden Indonesia yang juga merupakan seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Gus Dur dikenal sebagai pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan memiliki pengaruh besar dalam politik Indonesia.
- KH. Hasyim Muzadi: Seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) dan kemudian menjadi calon presiden dalam pemilihan presiden Indonesia tahun 2009.
- Jusuf Kalla: Mantan Wakil Presiden Indonesia yang merupakan alumni pesantren. Beliau telah mengisi berbagai jabatan penting dalam pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Perdagangan, Wakil Presiden, dan Ketua Umum Partai Golkar.
- Mahfud MD: Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia yang juga seorang ulama dan sarjana hukum Islam. Beliau telah menduduki berbagai posisi penting dalam pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertahanan serta Menko Polhukam yang kemudian maju sebagai calon wakil presiden pada tahun 2024.
Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kesimpulan:
Melalui pendidikan, nilai-nilai, keterlibatan dalam masyarakat, dan pengalaman yang mereka dapatkan, santri tidak hanya merupakan “cadangan” untuk pesantren, tetapi juga untuk pemerintah. Mereka memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin masa depan yang mampu membawa perubahan positif dalam berbagai sektor pembangunan nasional. Santri juga merupakan aset berharga untuk pemerintahan. Mereka membawa nilai-nilai agama, moralitas yang kokoh, dan pemahaman yang mendalam tentang realitas sosial-politik di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengakui peran penting santri dalam memajukan negara, serta memberikan dukungan dan kesempatan yang mereka butuhkan untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan bangsa. Dengan keterlibatan mereka dalam pemerintahan, santri dapat terlibat aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil, makmur, dan berkeadilan di Indonesia.