Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 27 Feb 2024 11:43 WIB ·

Relasi Sosial ’Kiai dan Blater’ Madura


 Relasi Sosial ’Kiai dan Blater’ Madura Perbesar

Oleh: Rizal Fadil

Antara dua sosok Kiai dan Blater adalah salah satu ikon sosial terhadap masyarakat yang lain di Madura sendiri, karena keduanya merupakan orang-orang penting yang sangat berpengaruh khususnya di pedesaan, sebagaimana yang sering kita dengar tentang kiai, beliau diberi kepercayaan sebagai guru yang tidak lain untuk mendidik dan mengajarkan segala ilmu pengetahuan entah itu bersifat formal atau non formal yang itu berkenaan tentang ilmu keagamaan, bukan hanya itu saja kiai juga memberi banyak pedoman dalam menuntun riwayat hidup seseorang dalam keterhubungannya dengan sang ilahi (hablun minallah). Sedangkan blater dikenal sebagai salah satu sosok jago yang memiliki keberanian semisal dalam hal ilmu yang berkenaan dengan kanuragan, kekebalan, magis dan sebagainya. Sehingga hal itu akan semakin menambah kharisma para sosok blater terhadap kacamata masyarakat lainnya.

Dinamika kekuasaan dari kedua sosok tadi dalam masyarakat Madura dengan sendirinya sama-sama saling menabur kharisma dari hasrat yang akan menjadi kekuasaannya, status sosial yang blater sandangkan ditengah-tengah masyarakat kebanyakan menggunakan sifat muruah atau biasa kita dengar “harga diri” menurut masyarakat Madura wajib dijaga untuk mendapatkan sebuah bentuk penerimaan atau pengakuan mengenai kewenangan, keputusan, atau kebijakan yang akan diambil oleh seorang pemimpin lebih-lebih sosok para blater untuk tetap menduduki kekuasaan.

Dalam pandangan penulis yang menjadi sumber kekuasaan dari diri seorang kiai dapat dilatar belakangi karena mempunyai kualitas kewibawaan dan sumber ekonomi yang cukup memadai, hingga demikianlah apa yang akan berlaku bagi kehidupan para blater, keduanya memang agak sama dalam memperoleh sebuah kekuasaan sekalipun dalam konteks yang sangat berbeda-beda.

Kewibawaan seorang kiai bagi masyarakat Islam tradisional khususnya di pedesaan merupakan sosok tokoh atau pemimpin yang kharismatik, yang mana masyarakat menganggap panutan hidup dan juga mempunyai banyak kelebihan baik dari segi pengetahuan tentang ilmu Agama maupun kelebihan lainnya semisal kekuatan batin yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa (karomah). Sedangkan kualitas kewibawaan seorang blater terletak pada jejak prestasinya sebagai seorang jago. hlmn [113]

Begitu pula sumber pendapatan ekonomi keluarga kiai dan blater, barangkali keduanya sangat berbeda. Jika sumber ekonomi keluarga kiai bisa diukur dari kemampuan pesantren dalam menjalankan skegiatan ekonomi tanpa bergantung sedikitpun pada pihak eksternal dan pengaruh  kiai dalam menjalankan soaialnya di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan pekerjaan seorang blater menindak kriminalitas yang justru itu mendatangkan uang, dari hal itu tentu tidak dianggap biasa oleh masyarakat pada umumnya, namun begitulah dalam dunia kerja seorang blater, karena menurutnya hasrat pemenuhan kebutuhan hidup dapat mengalahkan dan menghalalkan segala pekerjaannya, yang terpenting hidupnya tentram.

Dalam sosial dan kulturnya, tidak bisa dinafikan bahwa seorang kiai selalu mendatangi setiap undangan masyarakat umumnya termasuk para blater, seperti ketika sedang mengadakan hajatan. Selain itu sosok blater juga menyadari dan percaya bahwa kiai juga memiliki kekuatan pengetahuan magis karena saking kedekatannya dengan sang ilahi, ilmu yang disebut karomah[1] sehingga membuat para blater selalu menaruh hormat dalam membangun kontak sosial dengan kiai guna untuk memperoleh kemampuan magis untuk memperkuat akses kekuasaan dan status sosialnya di masyarakat.

Namun penulis tidak meneliti seluruh kabupaten yang berada di daerah Madura, padahal setiap daerah tersebut berbeda-beda dalam mendefinisikan Bajingan[2], dalam buku yang berjudul “Menabur Karisma Menuai Kuasa” Abdur Rozaki mendefinisikan Bajingan adalah sosok orang yang jago, pemberani dalam bertarung (carok) artinya orang yang selalu berkelahi, namun di daerah Madura kabupaten Sumenep tepatnya di daerah timur (Dungkek) mendefinisikan Bajingan adalah sosok yang mempunyai kharisma dan disegani.

Akan tetapi melalui buku yang ditulis oleh Abdur Rozaki ini kita harus banyak berterima kasih dan patut diapresiasi, karena beliau telah mampu menangkap hal-hal yang sesederhana mungkin, unik dan barangkali itu sangat jarang dibahas oleh publik pada umumnya. Kita sebagai masyarakat Madura dengan ide beliau yang ditulis dalam bentuk buku yang berjudul “Menabur Karisma Menuai Kuasa” juga bisa mengenal Madura lebih luas lagi khususnya tentang histori asal-usul sosial  kiai dan blater di Madura, tradisi, keagamaan kiai dan blater dan lain sebagainya yang mampu dibungkus dengan fakta, dan buku ini menarik perhatian banget untuk dibaca sampai tuntas. Selamat membaca.

Judul Buku               : Menabur Karisma Menuai Kuasa
Penulis                       : Abdur Rozaki
Cetakan                      : Pertama, Juni 2021
Penerbit                     : IRCiSoD
Tebal Halaman         : 200 hlmn; 14 x 20
ISBN                           : 978-623-6166-56-7

 

[1] adalah ilmu kebatinan yang diperoleh dengan amalan-amalan tertentu.

[2] orang jago.

Artikel ini telah dibaca 33 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri