Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Seni · 16 Des 2023 06:04 WIB ·

Putri Penyihir


 akurat.co Perbesar

akurat.co

Oleh: Airaa

Namaku adalah Evelyn Griselda, aku tinggal seorang diri di sebuah apartement yang berada di kota Gyeongju. Ibu dan ayah ku berada di kota Jeju, kami memiliki kebun bunga dan toko bunga dengan kualitas bunga terbaik di kota Jeju. Aku bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan gaji yang besar dan memuaskan.

Hari-hari ku selalu bekerja dan di akhir pekan akan ku habiskan untuk tidur atau bersantai disebuah kafe dengan membaca buku. Aku tak memiliki saudara baik kakak atau adik. Sewaktu aku berumur 6 tahun aku pernah mengalami sebuah kejadian yang aneh, ingatan ku terkecoh akan kejadian itu…aku tidak tahu apakah itu sebuah mimpi atau  nyata.

Akhir tahun ini aku mendapat hari libur yang cukup memuaskan, karena seminggu full aku akan berlibur tanpa memikirkan pekerjaan. Inilah saatnya aku kembali ke kota Jeju untuk berlibur bersama ayah dan ibu.  Tepatnya hari ini aku berangkat menuju kota Jeju dengan menaiki pesawat terbang. Sesampainya di sana aku langsung menaruh barang-barang yang ku bawa dirumah dan pergi ke toko bunga untuk memberi kejutan pada ayah dan ibu karena mereka tidak tahu akan kedatangan ku. Aku memasuki toko bunga dengan disambut ramah oleh pegawai, pegawai itu mengenali ku.

“Hi kak Fen. Apa kabar? Dimana ayah dan ibu?” tanya ku pada kak Fen yang tak lain adalah pegawai itu.

“Hi Lyn,  kabar baik. Ayah sedang merakit karangan bunga dan ibu sedang ke kebun mengecek. Kamu kapan datang?” tanyanya pada ku.

“Aku baru saja tiba. Kak Fen aku akan bicara denganmu setelah bertemu ayah dan ibu” ucap ku seraya berjalan meninggalkan kak Fen.

“Oke”

Aku menghampiri ayah yang sedang membuat karangan bunga bersama 2 pegawai lainnya. Betapa terkejutnya ayah begitu melihat ku, kami langsung berpelukan melepas rasa rindu selama ini karena aku jarang sekali pulang ke kota kelahiran ku ini.

“Ayah apa kabar?”

“Ayah baik-baik saja. Kenapa kamu tidak mengabari jika ingin pulang, ayah bisa menjemputmu di bandara.”

“Hehehe.. tidak perlu yah, oh ya aku akan ke kebun menemui ibu”

“Ya pergilah, ibumu selalu membicarakan mu setiap saat”

“Hahaha, sungguh?”

“Iya Lyn”

“Daa ayah…” aku berlari ke luar toko dan menaiki taksi menuju kebun bungan yang letaknya agak lumayan jauh dari toko bunga kami.

Disepanjang perjalanan aku menatap keluar jendela, benar-benar suasana yang tidak pernah berubah sejak dulu. Sangat sejuk dan enak dipandang. Setibanya, aku turun dari taksi dan berjalan memasuki kebun bunga. Banyak sekali pekerja yang sedang fokus pada tanaman-tanaman bunga disana. Aku mengambil pengeras suara dan senyuman licik tergambar disudut bibir ku. Aku menyalakan pengeras suara dan,

“Ibuuu!! Aku pulang. Apa ibu tidak ingin bertemu dengan putri cantik nan manis ini??” ucap ku dengan pengeras suara. Lalu aku duduk di ruangan dan beberapa saat kemudian ibu datang dengan wajah yang siap memukul ku. Hahaha benar-benar seru, kami berpelukan dan bercerita banyak hal. Sore hari kami langsung pulang ke rumah tanpa mampir ke toko bunga.

Keesokan harinya aku mengajak kak Fen berjalan-jalan ke hutan yang biasa menjadi tempat bermain kami dimasa kecil. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang ada. Kami mengobrol sepanjang jalan.

“Kak Fen, aku sangat merindukan hutan ini. Entah kenapa aku sangat nyaman berada dihutan ini” ucap ku.

“Kamu sudah sering mengatakan itu setiap kali kita kesini. Oh ya ampun aku meninggalkan minuman kita dimobil. Aku akan mengambilnya dan segera kembali” ucap kak Fen.

“Hmm, aku menunggu ditempat biasanya”

Kak Fen kembali ke mobil dan aku duduk disebuah tempat yang biasa kami pakai bersantai. Menikmati pemandangan dan semilir angin yang berhembus. Lalu seorang wanita cantik dengan pakaian yang indah menghampiri dan duduk disamping ku. Aku tahu siapa dia.

“Ibu apa kabar?” tanyaku pada wanita cantik itu dan betapa kagetnya wanita itu setelah mendengar aku memangginya dengan sebutan ibu.

“Sejak kapan kamu tahu?” tanyanya padaku tanpa menjawab pertanyaan ku.

“Saat kejadian umur ku 6 tahun, aku tahu ibu adalah ibu kandungku. Kenapa ibu meninggalkanku? Apa aku sehina itu sampai ibu membuangku?”

“Tidak sayang, bukan seperti itu maksud ibu….”

“Apa karena ibu seorang penyihir?”

“Ibu hanya tidak ingin kamu berada dalam bahaya. Jika kamu tetap bersama ibu nyawamu akan terancam. Maafkan ibu, ibu akan tetap menyayangimu” ucapnya lalu beranjak dan berjalan menjauh.

“Aku juga akan tetap menyayangi ibu dan akan selalu datang ke hutan ini” ucapku sedikit berteriak karena ibu sudah menjauh. Tak lama kemudian kak Fen datang dan kami menghabiskan waktu bersantai.

 

Artikel ini telah dibaca 35 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

SESAK

25 Mei 2024 - 22:10 WIB

Lelaki yang Setia Mencintai Gelombang

24 Mei 2024 - 22:22 WIB

Luka Di Penghujung Temu

21 Mei 2024 - 22:07 WIB

Dendam Dalam Secangkir Kopi

20 Mei 2024 - 22:02 WIB

Kirana

19 Mei 2024 - 22:12 WIB

Hati Dua Pesantren

17 Mei 2024 - 22:05 WIB

Trending di Ruang Seni