Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 15 Feb 2024 14:05 WIB ·

Pintu Kehidupan Rasulullah dan Potret Enam Ibu yang Mengasuhnya


 Pintu Kehidupan Rasulullah dan Potret Enam Ibu yang Mengasuhnya Perbesar

Oleh: Amrullah

Ibunda Rasulullah Sayyidah Aminah dan ayahanda beliau adalah Abdullah bin Abdul Muththalib. Beberapa hari pasca pernikahan sayyidah Aminah dan Abdullah, Abdullah harus menjalani tradisi yang sesuai dengan kebiasaan seorang laki-laki pada masanya yaitu melakukan perjalanan dengan berniaga pada musim panas kafilah menuju syam. Ia ke syam menjual barang-barang dagangan milik ayahnya, saudara-saudaranya dan ipar-iparnya.

Pesan Abdul Muththalib kepada anak-anaknya’ “temanilah saudara kalian ini sampai jauh. Jika kafilah sudah tidak tampak (karena menempuh jarak yang jauh), kembalilah kalian kepadaku.” Kafilah sebelum berangkaht melakukan thawaf di masjidil haram dan berpamitan pada tuhan-tuhan mereka. Singkat cerita saat tiba rombongan kafilah kembali ke Mekkah.

Abdul Muththalib mengutus anak-anaknya untuk menyambut kedatangan Abdullah, mencarinya di tengah-tengah kafilah. Namun, mereka tidak menemukannya. Setelah bertanya kepada salah satu rombongan kafilah, Abdullah mengalami sakit di perjalanan, paman-paman Abdullah memintanya untuk istirahat di Yastrib sampai sembuh. Abdul Muththalib berkata, “salah seorang dari kalian harus segera menyusul Abdullah ke Yastrib.” Beberapa hari kemudian al-Harist pulang kembali pulang, dengan mengabarkan kemyataan yang pahit kepada ayahnya. Bahwa Abdullah berjuang melawan maut, namun maut justru memaksanya. Abdullah telah meninggal dunia.

Beberapa hari kemudian Sayyidah Aminah melahirkan, dan memberi nama Muhammad. Ibunda pertama adalah perempuan yang mengandung Nabi Muhammad Saw. selama periode kesembilan bulan hingga melahirkan sebagai seorang bayi laki-laki. Dengan penuh kasih dan kelembutan seorang ibu, Aminah binti Wahab merawatnya hingga Nabi Muhammad Saw. tumbuh menjadi seorang anak yang mulai menyadari realitas kehidupan di sekitarnya. Ibunda kedua, yang ditakdirkan oleh Allah untuk menemani hidup Nabi Muhammad Saw., telah mendampinginya sejak kelahirannya. Dengan penuh dedikasi, dia merawat, melayani, mempersiapkan jalannya, mengiringi perjalanan hidupnya, dan turut mengalami berbagai momen yang terjadi pada Rasulullah.

Kegembiraannya terwujud melalui kebahagiaan Rasulullah Saw., dan dialah perawat Rasulullah yang dikenal sebagai Barakah (Ummu Aiman). Ibunda ketiga membawa Nabi Muhammad Saw. ke rumahnya dengan tujuan memberinya ASI. Dengan penuh kasih sayang, dia memberikan perawatan, memberi makan, dan melindungi kehidupan Nabi Muhammad dengan sikap keibuan yang tulus. Dalam menjalankan tugasnya, dia ditemani oleh putrinya yang turut membantu.

Melalui sentuhan hangatnya, Nabi Muhammad tumbuh menjadi seorang anak yang responsif terhadap realitas kehidupan masyarakatnya. Wanita mulia ini adalah ibu susuan Rasulullah yang dikenal sebagai Halimah al-Sa’diyah, dan putrinya yang setia mendampingi adalah al-Syaima.

Ibunda keempat yang merawat Rasulullah Saw. muncul sebagai figur pengganti setelah kepergian ibunda (Siti Aminah) dan kakek Rasulullah. Wanita mulia ini, yang tidak hanya menjadi pengganti, tetapi juga diakui sebagai ibu terbaik setelah Rasulullah kehilangan orangtuanya, adalah Fatimah bint Asad. Dialah sosok yang bertanggung jawab atas pengurusan kebutuhan sehari-hari Rasulullah, dan kehadirannya sebagai ibunda kedua bagi beliau memberikan kehangatan dan dukungan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan Rasulullah yang penuh tantangan.

Ibunda kelima yang menyambut tubuh Rasulullah Saw. dengan tangan hangat pada saat kelahirannya, merasakan kebahagiaan yang mendalam akibat hadirnya Rasulullah. Selanjutnya, ia berkomitmen kepada Tuhan untuk mengikuti dan mendampingi perjalanan hidup Rasulullah selama Tuhan mengizinkannya. Sebagai seorang bidan yang terlibat dalam proses kelahiran Rasulullah, beliau dikenal sebagai Al-Syifa bint Auf. Ibunda keenam yang dengan cepat menyambut kelahiran Rasulullah Saw. dan segera menyusuinya pada hari pertama kehidupannya, mengalami kebahagiaan luar biasa ketika pada hari itu, Allah memberinya kebebasan dari status budak. Wanita yang menjadi orang pertama yang memberikan air susu kepada Rasulullah Saw. ini adalah Tsuibah, yang juga dikenal sebagai al-Mardhi’ah al-Ula.

Karya tulis yang dihasilkan oleh Fathi Fauzi Abdul Mu’thi memiliki daya tarik dan substansi yang bernilai untuk disimak, terutama karena berfokus pada narasi sejarah yang monumental mengenai Rasulullah beserta figur-figur ibu yang melingkupinya. Buku ini mencatat perjalanan hidup Sayyidah Aminah bint Wahab bersama dengan lima ibu lainnya yang memainkan peran signifikan dalam kehidupan Rasulullah SAW. Antara mereka terdapat Barakah/Umm Aiman (perawat), Halimah al-Sa’diyah (ibu asuh), Fatimah bint Asad (istri Abu Thalib), Syifa binti Auf (bidan Rasulullah), dan Tsuaibah (ibu susuan Nabi). Kisah keenam ibu ini saling bersinggungan dan memiliki hubungan erat dengan kehidupan Rasulullah.

Sejumlah di antara mereka diperkirakan meninggal dunia selama masa kehidupan Rasulullah, sementara yang lainnya hidup lebih lama, bahkan hingga wafatnya Rasulullah. Melalui kepemilikan buku ini, pembaca dapat menelusuri perjalanan mereka, mengikuti fase-fase penting dalam kehidupan Rasulullah, mulai dari masa kelahiran, penerimaan kenabian, embargo Bani Hashim, Hijrah, berbagai pertempuran, hingga akhir hayatnya. Buku ini menjadi jendela yang memungkinkan pembaca untuk mendalami dan memahami peran serta pengaruh signifikan yang dimainkan oleh keenam ibu tersebut dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW.

Judul              : Sayyidah Aminah; kisah Hidup Para Ibu Rasulullah Saw.
Penulis           : Fathi Fauzi Abdul Mut’thi
Penerbit         : Qaf
Cetakan          : 2023
Tebal              : 214 halaman
ISBN               : 978-623-6219-54-6

*Amrullah, lahir di Gapura Barat Gapura Sumenep Madura, Alumni Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Madura, Pamekasan Madura. Dan Guru di SMP NU Sumenep.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dekadensi Moral Santri Masa Kini

2 Juni 2024 - 09:54 WIB

Sayyidah Maryam: Jejak Kesucian dan Keteguhan Iman Sang Perawan Suci Ibunda Almasih

1 Juni 2024 - 21:16 WIB

Tafsir Tentang Hutang Piutang QS. Al-Baqarah 282

31 Mei 2024 - 23:18 WIB

Qurban dan Aqiqah: Antara Tuntutan Syariat dan Praktik Sosial

31 Mei 2024 - 18:54 WIB

Makna dan Hikmah Ibadah Haji dalam Islam: Refleksi dari Al-Baqarah/2:197 dan Ali ‘Imran/3:96-97

31 Mei 2024 - 18:49 WIB

Kecemasan di Era Digital: dari Fear of Missing Out sampai Cuberbullying

31 Mei 2024 - 18:06 WIB

Trending di Suara Santri