Oleh : Abdul Warits
Madura, sebuah pulau di bagian timur Indonesia, dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki tradisi pesantren yang kuat. Pesantren di Madura tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat sosial dan budaya yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Namun, seperti banyak daerah lainnya di Indonesia, pesantren di Madura juga menghadapi tantangan dari berkembangnya ideologi radikalisme yang berpotensi memicu aksi terorisme. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran akan infiltrasi paham ekstremis di kalangan pesantren, yang selama ini menjadi benteng Islam moderat.
Sejarah dan Peran Pesantren di Madura
Pesantren di Madura memiliki sejarah panjang sebagai lembaga yang mengajarkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan tradisional. Pesantren-pesantren ini umumnya mengajarkan Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni) yang mengedepankan keseimbangan antara ajaran agama dengan kehidupan sosial masyarakat. Nilai-nilai toleransi, persaudaraan, dan cinta tanah air ditanamkan dalam pendidikan santri, sehingga pesantren di Madura telah lama menjadi pusat penanaman akhlak mulia dan tempat melahirkan ulama yang berkontribusi pada perdamaian di Indonesia.
Pesantren-pesantren seperti Pesantren Annuqayah di Guluk-Guluk, Sumenep, atau Pesantren Syaichona Cholil di Bangkalan, telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan Islam yang moderat. Ulama-ulama besar yang lahir dari pesantren-pesantren di Madura berperan dalam menyebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin (Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam) serta berperan dalam perjuangan nasionalisme, terutama dalam masa kemerdekaan Indonesia. Dengan latar belakang tersebut, pesantren di Madura memiliki akar kuat dalam ajaran Islam yang damai dan harmonis.
Radikalisme dan Ancaman Terorisme: Tantangan Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, radikalisme dan terorisme telah menjadi ancaman serius bagi keamanan global, termasuk di Indonesia. Radikalisme adalah ideologi yang mendorong paham ekstrem dalam beragama, yang sering kali berujung pada kekerasan atau aksi terorisme. Ideologi radikal memutarbalikkan ajaran agama, menjadikannya sebagai pembenaran untuk kekerasan terhadap mereka yang dianggap berbeda keyakinan.
Pesantren di Madura, seperti pesantren di daerah lain, tidak luput dari risiko terpapar ideologi radikal. Meskipun pesantren di Madura pada umumnya dikenal sebagai pusat pendidikan Islam yang moderat, beberapa pengamat mengkhawatirkan adanya infiltrasi kelompok-kelompok radikal yang berusaha menarik simpati generasi muda, termasuk di kalangan santri. Hal ini diperburuk oleh mudahnya akses terhadap informasi melalui internet dan media sosial, yang sering kali digunakan oleh kelompok ekstremis untuk menyebarkan propaganda radikal.
Beberapa kasus terorisme yang melibatkan individu dari Madura dalam aksi teror di Indonesia semakin memperkuat kekhawatiran ini. Walaupun jumlah pelaku teror dari Madura relatif kecil, adanya kasus tersebut menjadi peringatan bahwa radikalisme bisa menyusup ke wilayah mana pun, termasuk pesantren, jika tidak ada upaya preventif yang serius.
Faktor Penyebab Terpaparnya Radikalisme di Madura
Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada potensi terpaparnya radikalisme di kalangan pesantren, termasuk di Madura. Pertama, faktor ekonomi dan sosial sering kali menjadi lahan subur bagi berkembangnya paham radikal. Beberapa daerah di Madura menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi. Kondisi ini terkadang dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menawarkan bantuan ekonomi atau janji-janji perubahan, yang disertai dengan ideologi ekstrem.
Kedua, pemahaman agama yang kurang mendalam atau salah tafsir tentang ajaran Islam bisa menjadi pintu masuk bagi radikalisme. Santri yang masih dalam proses belajar agama mungkin rentan terhadap ajakan kelompok radikal jika mereka tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang Islam yang sesungguhnya, yaitu Islam yang moderat, toleran, dan damai.
Ketiga, faktor global juga memainkan peran penting dalam menyebarnya radikalisme. Dengan adanya konflik di Timur Tengah dan munculnya kelompok-kelompok teror internasional seperti ISIS, narasi tentang jihad sering kali disalahartikan. Media sosial dan internet digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk menyebarkan propaganda mereka secara global, termasuk di Indonesia.
Upaya Pesantren di Madura Melawan Radikalisme
Meskipun ada kekhawatiran tentang radikalisme, pesantren di Madura telah menunjukkan komitmen kuat dalam menolak ideologi tersebut. Banyak pesantren di Madura yang mengedepankan ajaran Islam yang moderat dan inklusif, dengan menekankan pentingnya menjaga kerukunan, baik di antara sesama Muslim maupun dengan pemeluk agama lain. Para kiai di Madura secara aktif mengajarkan kepada santri bahwa kekerasan dan terorisme tidak pernah dibenarkan dalam Islam.
Selain itu, beberapa pesantren di Madura telah mengambil langkah-langkah konkret untuk membentengi santri dari pengaruh radikalisme. Di antaranya adalah dengan meningkatkan pendidikan literasi digital, agar santri dapat lebih kritis dalam menyaring informasi yang mereka terima dari internet. Pesantren juga mengajarkan pentingnya Islam wasathiyah (Islam jalan tengah) yang mementingkan keseimbangan, keadilan, dan toleransi dalam beragama.
Kerja sama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga penting dalam upaya deradikalisasi. BNPT, melalui program-programnya, telah bekerja sama dengan pesantren-pesantren di Madura untuk memberikan edukasi mengenai bahaya radikalisme dan terorisme. Pelatihan bagi para kiai dan santri juga dilakukan agar mereka dapat menjadi agen damai yang menyebarkan ajaran Islam yang moderat.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun pesantren di Madura telah mengambil berbagai langkah preventif, tantangan dalam menghadapi radikalisme masih ada. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang pesat memudahkan ideologi radikal menyusup ke kalangan muda. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat pesantren sebagai benteng keislaman yang moderat dan toleran.
Perlu adanya upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak, baik pemerintah, pesantren, maupun masyarakat, untuk terus mendukung pendidikan yang mendorong pemahaman Islam yang moderat. Pendidikan agama yang mendalam, pemahaman yang benar tentang makna jihad, serta penanaman nilai-nilai kebangsaan yang kuat adalah langkah penting untuk menangkal paham radikal.
Pesantren di Madura memiliki peran penting dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan damai. Meskipun menghadapi tantangan dari berkembangnya ideologi radikal dan ancaman terorisme, pesantren-pesantren di Madura tetap berdiri sebagai benteng terakhir dalam melawan narasi kekerasan. Dengan memperkuat pendidikan agama, meningkatkan literasi digital, dan bekerja sama dengan berbagai pihak, pesantren di Madura dapat terus berperan dalam menjaga keharmonisan dan keamanan bangsa dari ancaman radikalisme dan terorisme.