Disadari atau tidak, orang yang telah meninggal dunia ternyata hakikatnya masih hidup. Pemaknaan hidup ini bukan seperti yang kebanyakan orang bayangkan. Dalam arti, hakikat hidup mereka -setelah kematian- berpindah menjadi kenangan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja bagi mereka yang memiliki masa lalu bersama orang yang meninggal tersebut.
Hal ini sebagaimana kisah dari salah satu anak indigo yang di setiap malam Hari Raya, ia selalu saja didatangi oleh orang-orang yang telah meninggal. Kisah ini sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini:
***
Di setiap malam Hari Raya, aku merasa orang-orang yang telah dibaringkan di dalam kubur mengetuk pintu rumahku. Mereka meyakinkan kepadaku bahwa mereka masih hidup.
Lalu aku berkata kepada mereka: “Gerangan apa yang membuat Anda datang kemari? Bukankah Anda jelas-jelas sudah mati?”
“Apa kamu tidak tahu makna terimakasih nak.” Kata mayit sembari membentak. “sampai kami dilupakan begitu saja dalam hatimu.”
“Perlu kamu tahu nak, bahwa kami (para mayit) akan selalu hidup pada jiwa-jiwa yang mencintai kami. Dan orang-orang yang mencintai kami akan selalu kami do’akan agar mereka senantiasa mendapatkan berkah dalam menjalani hidup di dunia ini.”
***
Aku merasakan tamparan paling keras yang pernah ku alami akibat kalimat mereka. Mereka berusaha mengingatkanku bahwa kematian mereka sebatas jasad saja. Segala kenangan, segala jasa dan kasih sayang mereka, harus tetap hidup, abadi pada orang-orang yang pernah memiliki kenangan bersama.
Namun terkadang, kita saja yang tidak tahu makna tanda jasa. Sampai-sampai dengan mudahnya mereka hilang begitu saja dalam hati kita.
Apakah setega itu perasaan kita? Bahkan, hanya mengirimkan al-Fatihah saja, kita seringkali sangat terbebani. Apa seberat itu? Berbanding terbalik dengan kecintaan kita kepada sesuatu yang baru, kemudian melupakan mereka yang sangat berjasa, namun telah layu.
***
Begitulah percakapan anak indigo dengan ahli kubur di setiap malam Hari Raya. Mereka datang kepadanya untuk mengingatkan bahwa mereka berusaha agar tetap hidup, yaitu dengan cara tidak melupakan mereka.
Orang yang meninggal itu kemudian memberikan pesan kepada si indigo, barangsiapa yang tetap membuatku hidup, maka aku akan memunajatkan do’a-do’a keselamatan untuk mereka.
Akan tetapi sebaliknya, jika mereka menganggap kita telah mati (tidak diingat lagi), maka reklame kesedihan dan kekecewaan akan membekas di sanubari mereka, sambil berujar: “Dasar, orang tidak tahu terimakasih. Saya kecewa telah memberikan segala jasa kepadamu.”
Ia berlari terbirit-birit sambil meninggalkan rumah. Seakan-akan hujan deras mengucur dari matanya dan suara petir yang menakutkan keluar dari mulutnya.[]
baca juga: Sekolah Kreator Duta Damai Santri Jawa Timur Resmi Dibuka
jangan lupa untuk follow kami di: dutadamaisantrijatim.id
Persaksian Anak Indigo: Orang yang Telah Meninggal itu Hakikatnya Masih Hidup
Persaksian Anak Indigo: Orang yang Telah Meninggal itu Hakikatnya Masih Hidup