Oleh: Abdul Warits
Pesantren Annuqayah di Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, adalah salah satu pesantren tertua dan terbesar di Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan Islam. Didirikan pada tahun 1887, pesantren ini menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan agama yang mengedepankan nilai-nilai moderasi beragama. Peran para kiai Annuqayah sangat penting dalam membumikan Islam yang damai, toleran, dan inklusif sekaligus menolak paham radikalisme.
Moderasi Beragama di Pesantren Annuqayah
Moderasi beragama merupakan sikap menjaga keseimbangan dalam beragama, tidak condong pada ekstremitas, baik ekstrem kiri (liberalisme) maupun ekstrem kanan (radikalisme). Para kiai Annuqayah membumikan nilai ini melalui:
1. Pendidikan Islam yang Holistik
Kurikulum pesantren Annuqayah menggabungkan pendidikan agama klasik dengan pemahaman kontekstual terhadap realitas sosial. Para santri diajarkan kitab-kitab salaf yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan.2. Dialog Lintas Agama dan Budaya
Pesantren Annuqayah sering mengadakan dialog lintas agama dan budaya. Para kiai mengajak santri untuk memahami keberagaman agama sebagai sunnatullah (ketetapan Tuhan) yang harus dihormati. Kegiatan ini melibatkan masyarakat lokal, akademisi, dan tokoh lintas agama, yang bertujuan untuk mempererat hubungan sosial yang harmonis.
3. Literasi Digital dan Media Sosial
Para kiai juga mendorong santri untuk memanfaatkan teknologi secara positif. Pesantren memiliki program literasi digital yang bertujuan untuk menciptakan konten dakwah moderat. Dengan cara ini, narasi damai dari pesantren dapat menjangkau masyarakat luas dan melawan propaganda radikal di dunia maya.
Penolakan terhadap Radikalisme
Pesantren Annuqayah secara tegas menolak radikalisme dengan berbagai pendekatan, antara lain:
1. Pendidikan Kritis terhadap Ideologi Ekstrem
Para kiai memberikan pemahaman mendalam kepada santri tentang bahaya radikalisme dan terorisme. Mereka diajarkan untuk kritis terhadap ideologi yang menyimpang dari ajaran Islam rahmatan lil alamin. Diskusi mengenai isu-isu kontemporer, seperti jihad dan khilafah, dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan berlandaskan syariat.
2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Radikalisme sering muncul akibat ketimpangan sosial dan ekonomi. Para kiai Annuqayah berperan dalam memberdayakan masyarakat melalui berbagai program ekonomi berbasis pesantren. Santri dan masyarakat diajak mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk meningkatkan kesejahteraan, sehingga potensi radikalisasi dapat diminimalkan.
3. Kampanye Perdamaian
Kampanye perdamaian sering dilakukan dalam bentuk ceramah, seminar, dan karya tulis. Para kiai dan santri Annuqayah aktif menulis buku dan artikel tentang Islam moderat. Tulisan-tulisan ini menjadi rujukan penting dalam upaya membangun narasi damai di masyarakat.
Nilai yang Diajarkan Kiai Annuqayah
Nilai-nilai utama yang diajarkan oleh para kiai Annuqayah meliputi:
1. Tawassuth (Sikap Tengah)
Para kiai menanamkan sikap tengah dalam beragama, tidak berlebihan dalam beribadah, dan tidak longgar dalam menjalankan syariat.
2. Tasamuh (Toleransi)
Toleransi terhadap perbedaan agama, budaya, dan pandangan hidup menjadi nilai yang ditekankan di setiap aktivitas pesantren.
3. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathaniyah
Pesantren mendorong persatuan umat Islam (ukhuwah Islamiyah) sekaligus menjaga persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah).
Peran kiai Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep dalam membumikan moderasi beragama dan menolak radikalisme sangat signifikan. Dengan pendekatan pendidikan, dialog, dan pemberdayaan masyarakat, pesantren ini telah menjadi benteng kuat yang melawan ekstremisme dan mempromosikan Islam yang damai dan inklusif. Melalui pesantren seperti Annuqayah, harapan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang harmonis dan bebas dari radikalisme semakin kuat dan nyata.