Oleh: Ibnu Abbas
Dalam proses mencetak generasi bangsa yang berkualitas dan berkarakter, pendidikan adalah hal mendasar yang tidak boleh dilupakan. Tentu orang tua memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan anak, baik di pesantren maupun di lembaga pendidikan lainnya. Sebab, tugas utama mendidik anak sejatinya ada pada orang tua, bukan guru.
Namun, karena orang tua tidak bisa mendidik dan mengajari ilmu sesuai kebutuhan anak, kemudian dipasrahkan kepada guru dan Kiai di pondok pesantren untuk dididik. Sehingga anak menjadi pribadi yang berilmu, berkarakter dan berbudipekerti yang baik.
Menurut KH Muhammad Al Faiz Sa’di, Pengasuh Pondok Pesantren Jalaluddin Al Rumi, Jatisari, Jenggawa, Jember, orang tua harus bekerja sama dengan pesantren sebagai wujud peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak.
Bentuk dukungan itu pun beragam. Pertama, mendukung penuh terhadap penegakan peraturan dan larangan-larangan yang diterapkan di pesantren. Setiap peraturan dan kebijakan yang diterapkan di pesantren tentu bertujuan untuk memberikan yang terbaik bagi para santri. Dalam hal ini orang tua penting turut mengawasi anak agar selalu taat dan disiplin dengan peraturan tersebut.
Kedua, memposisikan anak sebagai sesuatu yang berharga dalam kehidupan keluarga. Dalam arti, orang tua harus menjaga hubungan baik dengan guru, lebih-lebih kiai di pesantren yang telah berkontribusi besar dalam mendidik para santri. Misalnya, sering silaturrahim sebagai bentuk rasa terima kasih telah mendidik anaknya selama di pesantren. Kemudian membantu pembangunan pesantren. Bahkan jika ada rezeki lebih, guru dan Kiai di pesantren jangan pernah dilupakan.
Menjaga hubungan baik dengan guru dan kiai di pesantren bukan karena mereka gila hormat dan sanjungan. Sama sekali tidak. Tanpa dihormati pun, mereka sudah terhormat di sisi Allah SWT karena berjuang menegakkan agama Islam melalui ilmu pendidikan.
Akan tetapi menjalin hubungan baik dengan guru dan Kiai anak di pesantren ini lebih kepada kebutuhan anak sendiri agar ilmu yang didapatkan dari para guru dan kiai bisa barakah dan bermanfaat. Sebab tak jarang orang tua justru lupa, setelah menitipkan anaknya di pesantren dan membayar kebutuhan administratif, seolah-olah tugasnya selesai.
Ketiga, istiqamah mendoakan anak yang tengah belajar di pesantren. Terkadang orang tua abai dengan aspek spiritualitas ini, padahal sebagaimana mafhum diketahui bahwa ridhanya Allah SWT ada padanya ridhanya orang tua. Rutin mendoakan sembari terus mengontrol proses belajar anak di pesantren ini sangat penting.
Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan bahwa ada 6 syarat seseorang bisa mendapatkan ilmu. Yakni, cerdas akalnya, ingin tahu, sabar, bekal/biaya, mengikuti dan memuliakan guru, serta mengarungi zaman yang panjang.
KH M Zainurrahman Hammam, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri, Karang Kapoh, Prenduan, Sumenep menjelaskan secara detail perihal 6 syarat mendapatkan ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’allim itu.
Menurut Kiai Zainur, yang dimaksud cerdas adalah akal yang bisa menerima ilmu, bukan diukur dari prestasi. Ingin tahu tidak hanya pada aspek pribadi anak, melainkan juga dari orang tua. Memiliki semangat untuk membuat anaknya tahu dan belajar ilmu pengetahuan. Kemudian sabar dalam menuntut ilmu. Salah satu ikhtiar sabar itu adalah tidak pindah-pindah tempat belajar kecuali karena alasan syar’i.
Menuntut ilmu tentu butuh biaya. Di sinilah pentingnya peran orang tua. Bila diberikan kemampuan rezeki, jangan pernah ragu menggunakannya untuk kepentingan pendidikan anak. Sebab mengeluarkan biaya untuk ilmu, rezekinya akan dijamin oleh Allah SWT.
Mengikuti dan memuliakan guru adalah elemen penting untuk meraih barakah. Selama tidak taat dan hormat pada guru, maka barakah ilmu tidak bisa didapatkan. Hal ini tidak hanya berlaku pada anak, tapi orang tua harus menyadari bahwa orang tersebut adalah guru anaknya. Orang tua harus hormat juga pada guru dan Kiai anaknya.
Ilmu pun tidak bisa didapatkan dalam waktu yang cepat dan dengan proses yang instan. Maka setiap anak dan orang tua harus selalu bersabar dalam proses menuntut ilmu. Karena memang membutuhkan waktu yang lama dan tahap demi tahap. Sembari menguatkan aspek spiritualitas dengan mendoakan anak sebagaimana dijelaskan di atas.