Penulis: Ahmad Falahuji
Dalam salah satu ayat, sikap nasionalisme dalam berbangsa merupakan sebuah keniscayaan kehendak dari Sang Pencipta yang harus diterima oleh seluruh makhluknya. Dalam al-qur’an telah dijelaskan:
وجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً
“Dan kami jadikan kalian semua berbangsa-bangsa.” (QS. Al-Hujarat: 13)
Rasulullah sendiri sangat merindukan untuk mendatangi tanah airnya, yaitu di Mekah. Merindukan untuk mendatangi kerabat, tempat bermain, tempah singgah, maupun kepada bangsanya. Ini sebagaimana yang tertuang dalam al-qur’an:
اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗ
“Sungguh Allah SWT yang mewajibkan kepadamu al-qur’an akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Mekah).” (QS. Al-Qasas: 85)
ِSebab turunnya ayat di atas adalah ketika Rasulullah SAW berhijrah lalu di tengah perjalanan, beliau menampakkan kerinduan kepada kota Mekah di hadapan Malaikat Jibril. Padahal saat itu, beliau belum berselang tiga hari berpisah dengan kota Mekah. Oleh karena ungkapan ini, diriwayatkan bahwa terdapat sebuah hadis yakni:
حب الوطن من الإيمان
“Mencintai tanah air merupakan bagian dari Iman.”
Di mana baginda Nabi SAW sering kali dalam perjalanannya mengatakan:
الوطن الوطن
“Tanah air, tanah air.”
Penjelasan Hadis
Mengenai hadis حب الوطن من الإيمان ash-Shagani berpandangan bahwa hadis tersebut adalah hadis maudhu’ namun maknanya shahih dengan mengarahkan kepada beberapa kemungkinan makna:
Pertama: Al-Wathan dimaknai surga. Ini dimungkinkan karena surga adalah tempat tinggal pertama untuk Nabi Adam AS. Meski terdapat perbedaan apakah Nabi Adam AS diciptakan di surga atau baru dimasukkan ke surga ketika sudah disempurnakan.
Kedua: Al-Wathan dimaknai kota Mekah. Di mana kota Mekah merupakan Ibu kota dan kiblat dunia.
Ketiga: Al-Wathan dimaknai ‘kembali pada Allah SWT’ melalui tharikah orang-orang sufi. Karena Allah SWT merupakan tempat permulaan dan tempat kembali. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ
“Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu).” (QS. An-Najm: 42)
Empat: Al-Wathan dimaknai sebagai tanah air, sebagaimana yang dikenal dalam keumuman. Pemaknaan menggunakan bagian yang keempat ini dapat dibenarkan, akan tetapi dengan catatan bahwa sebab mencintai tanah airnya adalah menyambung tali silaturrahim atau berbuat baik kepada penduduk tanah airnya. Mulai dari pada para fakir miskin dan anak-anak yatim.
Kemudian, secara nyata bahwa حب الوطن من الإيمان tidak mengharuskan semua cinta terhadap tanah air merupakan sebagian dari iman. Akan tetapi cukup dengan keumumannya saja, di mana seorang mencintai tanah air disebabkan hal-hal yang telah disebutkan.
Karena bagaimana mungkin, ungkapan sebagaimana di bawah ini:
حسن العهد من الإيمان
“Bagus dalam janji sebagian dari iman.”
Dan juga ungkapan:
حب العرب من الإيمان
“Cinta Arab sebagian dari iman.”
Padahal ungkapan-ungkapan tersebut juga bisa saja dilakukan oleh kafir.
Pentingnya Nasionalisme dalam Pandangan Umar
Sayyidina Umar bin al-Khattab menegaskan tentang pentingnya jiwa nasionalisme dengan sebaris ungkapan:
لولا حب الوطن لحربت بلد السوء فبحب الأوطان عمرت البلدان
“Seandainya tidak ada cinta tanah air, negeri yang terpuruk akan hancur. Maka dengan adanya cinta tanah air, negara-negara menjadi makmur.”
Maksud dari ungkapan Sayyidina Umar ini adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Mala Khuwais Ali Ghazi, yakni: “Andaikan seorang tidak mencintai tanah airnya, maka mereka akan meninggalkan kampung-kampung menuju perkotaan. Di mana kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan mudah. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan wilayah-wilayah tertinggal akan semakin terbelakang dan hal itu akan membuat manusia terhalangi dari berbagai kebaikan. Di mana dalam daerah terbelakang, banyak sekali kebaikan yang tidak dapat ditemukan di wilayah yang sudah maju.[1]
Dari ayat dan dalil-dalil yang telah diuraikan di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa memiliki jiwa nasionalisme adalah sebuah konsep kebangsaan yang urgen untuk mencapai kemaslahatan sebuah bangsa.
Baca juga: Gerakan Aksi Cinta Tanah Air
Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur.
[1] Malahuwaisy Ghozi Abdul Qodir, Bayanul Ma’ani, Turki, 1382,Damaskus
Penjelasan Cinta Tanah Air Sebagai Bagian dari Iman
Penjelasan Cinta Tanah Air Sebagai Bagian dari Iman