Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 2 Mar 2023 09:25 WIB ·

Pengertian Radikal dalam Agama Islam


 Pengertian Radikal dalam Agama Islam Perbesar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata radikal bermakna secara menyeluruh; keras menuntut perubahan.[1] Sedangkan dalam bahasa Arab tidak ada padanan yang sesuai untuk penamaan radikal, dikarenakan penggunaan kata radikal termasuk ungkapan yang baru.

Para ulama kontemporer membahasakan kata radikal ini dengan ghuluw dan tatharruf. Penggunaan kata ghuluw sendiri sudah digunakan oleh syariat. Nabi Muhammad SAW pernah menyebutkan kalimat ini.[2] Kemudian dalam Alquran juga disebutkan, sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ

“Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” (QS. An-Nisa [4]: 171)

Kata ghuluw sendiri memiliki makna melakukan sesuatu yang melampaui batas (ekstremis). Sedangkan tatharruf bermakna keterlaluan, radikal.[3] Kata tatharruf sepadan dengan penyebutan dan ghuluw. Di mana secara singkat Wahbah az-Zuhaili memaknainya sebagai suatu tindakan kekerasan, agresi atau kejahatan yang tidak memiliki legitimasi secara syar’i karena motif politik atau bertujuan merobohkan sistem yang (dianggap) melenceng. Atau karena motif-motif keyakinan atau kenegaraan.[4]

Sedangkan tatharruf dalam perspektif Islam dimaknai oleh Wahbah az-Zuhaili sebagai:

كُلُّ مَنْ تَجَاوَزَ حُدُوْدَ الشَّرْعِ وَأَحْكَامِهِ ، وَآدَابِهِ وَهَدِيْهِ ، فَخَرَجَ عَنْ حَدِّ الْإِعْتِدَالِ وَرَأْيِ الْجَمَاعَةِ إِلَى مَا يُعَدُّ  شَاذًّا شَرْعًا وَعُرْفًا

“Siapa saja yang melampaui batas-batas dan hukum-hukum syariat, etika dan petunjuknya, maka ia telah keluar dari batasan i’tidal (proposional) dan pendapat mayoritas masyarakat kepada sesuatu yang dianggap tidak normal, baik secara syara’ dan adat.” [5]

Baca juga: Benih-benih Radikal di Masa Rasulullah
Tonton juga: HUBUNGAN SANTRI DENGAN SUMPAH PEMUDA | Duta damai santi jawa timur


[1] Meity Taqdir Qodratillah, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1246.
[2]Abu ‘Abdillah Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad (tk. Muassasah ar-Risalah: 2001), III/350.
Bisa dilihat dalam Musnad Ahmad, salah satu hadis Nabi yang berbunyi:
حدثنا هشيم، أخبرنا عوف، عن زياد بن حصين، عن أبي العالية، عن ابن عباس، قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم غداة جمع: «هلم القط لي» فلقطت له حصيات هن حصى الخذف، فلما وضعهن في يده، قال: «نعم بأمثال هؤلاء، وإياكم والغلو في الدين، فإنما هلك من [ص:351] كان قبلكم بالغلو في الدين»
[3] Taufiqul Hakim, Kamus at-Taufiq (Amtsilati: Kamus Santri, 2005), 367.
[4] Wahbah az-Zuhaili, Qadhaya al-Mu’ashirah al-Fikr wal Mu’ashir (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2007), 397-398.
وأقترح تعريفاً موجزاً للتطرف أو الغلو أو الإرهاب ليشمل الدولي والمحلي منه وهو أنه كل عنف أو اعتداء أو إجرام ليس له مسوغ شرعي، لأسباب سياسية، أو لمحاربة نظام جائر، أو لدوافع اعتقادية أو وطنية.
[5] Ibit, h.398.

Artikel ini telah dibaca 14 kali

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi