Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 27 Jul 2023 20:05 WIB ·

Pendidikan Rendah Hati dari Nabi Khidir


 Pendidikan Rendah Hati dari Nabi Khidir Perbesar

Oleh : Abdul Warits*

Nabi Khidir adalah salah satu Nabi yang eksistenstinya mengandung banyak kontroversi di kalangan para ulama’ bahkan hingga hari ini. Di antara beberapa nabi dan rasul, hanya nabi Khidir yang paling misterius dan hadir begitu saja tanpa historisitas layaknya manusia. Keyakinan tentang keberadaaanya hanya bisa kita dengar dari orang mengaku pernah bertemu dengannya. Sebagaimana pengalaman beberapa ulama’ yang diceritakan dalam buku ini. Salah satu diantaranya adalah Syekh Abdul Qadir Jailani yang diriwayatkan sebagai orang yang paling akrab dengan nabi Khidir dan juga pengakuan Ibnu Arabi bahwa Nabi Khidir adalah satu dari guru yang pernah mengajarkan ilmu kepadanya.

Buku ini mengungkap sosok Nabi Khidir dari berbagai sisi yang melingkupinya; tentang sosok kehadirannya di dunia ini, identitas kenabian Khidir, aksi penyamaran nabi Khidir, pengenalan Khidir di dalam Al-quran, pelajaran hidup yang bisa diambil dari nabi Khidir, kontrovesi asal-asul nabi Khidir dan lain sebagainya. Karena tidak bisa dipungkiri, kemunculannya seringkali menyerupai sosok yang justru kadang tidak penting. Misalnya, berpakaian sebagaimana orang miskin, pakaian compang-camping, dan badan tidak terawat. Perwujudan seperti itu pasti membuat orang awam yang mengetahuinya secara langsung, menganggap beliau bukan orang penting. Bahkan terkesan remeh dan sangat pantas untuk dihina (hal.25).

Oleh sebab itu, dari penampilan Nabi Khidir yang tidak menentu ini, tentu saja, hanya orang-orang yang mempunyai hati “nurani yang hidup” dengan yang maha kuasa sehingga akan selalu tersentuh dengan keadaan orang-orang lemah. Sebab, sebagai manusia, kita tidak bisa mereka-reka kapan Nabi Khidir akan datang di tengah-tengah kita. Bahkan, terkadang dalam kondisi yang sangat sulit itu Nabi yang misterius ini justru mencoba untuk menguji ketabahan dan keluasan hati kita. Bahkan, sekelas nabi Musa yang sudah mengetahui bahwa itu adalah nabi Khidir tidak menjangkau kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Nabi Khidir.

Dengan kehadiran nabi Khidir yang misterius disertai penampilan ala orang-orang miskin, tidak berwibawa, memberikan satu pelajaran penting bahwa penampilan luar tidak mewakili isi hati dan pikiran seseorang. Seakan-akan Khidir ingin mengatakan bahwa penampilan luar tidak mewakili apapun di dalam diri seseorang, kecuali hanya keegoisan dan gengsi semata (hal. 34). Hal ini tentu menjadi penting di zaman ini, ketika orang-orang terperangkap dalam life style (gaya hidup) yang sangat glamour.

Selain mengungkap bagaimana kiprah nabi Khidir “bergentayangan” dalam kehidupan manusia, buku ini juga menjelaskan dengan detail tentang penguasaan Nabi Khidir terhadap ilmu makrifat yang diberikan oleh tuhan yang maha kuasa. Nabi Khidir ditengarai sebagai orang yang memang diberikan ilmu ma’rifat, hakikat hingga diduga sebagai nabi yang diberi karunia mukasyafah. Dalam kisah nabi Khidir ketika membunuh seorang anak kecil dengan alasan kelak anak tersebut setelah dewasa anak tersebut akan menjadi anak yang durhaka kepada Allah Swt. Keingkaran tersebut yang membuat kedua orang tuanya yang saleh dan tekun beribadah kepada Allah masuk neraka. Pengetahuan tentang  masa depan seorang anak ini yang membuat Khidir diakui memiliki ilmu hakikat.

Ada beberapa hikmah kehidupan yang bisa diambil dari kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa, sebagaimana yang diceritakan dalam Al-quran. Pertama, pelajaran tentang sikap tawadu’ (rendah hati). Karenanya, Allah mengutus nabi Khidir memang sengaja untuk menegur kesombongan nabi Musa kepada umatnya. Kedua,  kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang kita alami, bukan seperti protes yang selalu ditanyakan Nabi Musa kepada Khidir. Ketiga, setiap murid harus memelihara adap dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengarkan penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak di luar perintah dari guru. Inilah beberapa nilai pendidikan yang harus diaplikasikan dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir.

 

Judul                          : Mistik dan Ma’rifat Nabi Khidir AS

Pengarang                 : Heri Kurniawan Tajdid

ISBN                           : 978-602-5805-90-5

Tahun terbit              : Januari, 2019

Tebal halaman          : 252 halaman

Penerbit                     : Araska Publisher

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jejak Keagungan dan Kebijaksanaan Wanita yang Diabadikan Kitab Suci

5 Oktober 2024 - 06:32 WIB

Pesantren Menghadapi Pilkada dan Politik: Antara Netralitas dan Partisipasi

30 September 2024 - 05:29 WIB

Peran Guru Ngaji di Madura

29 September 2024 - 23:30 WIB

Santri dan Demokrasi: Peran Pesantren dalam Membangun Bangsa

29 September 2024 - 23:03 WIB

Ciri Khas Pesantren Madura: Menggali Tradisi, Pendidikan, dan Nilai Lokal

29 September 2024 - 21:10 WIB

Ekologi Pesantren: Mengintegrasikan Kehidupan Spiritual dan Lingkungan

29 September 2024 - 20:36 WIB

Trending di Suara Santri