Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 30 Mei 2024 20:28 WIB ·

Nilai-nilai Kearifan Lokal Pesantren dan Tantang Moderasi Beragama di Era Global


 Nilai-nilai Kearifan Lokal Pesantren dan Tantang Moderasi Beragama di Era Global Perbesar

Oleh : Bahrul

Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren telah hadir sejak awal abad ke-20 dan berhasil memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan panduan bagi komunitas dan perjuangannya, tak heran sejauh ini perannya cukup dinamis.

Sistem nilai sosial yang diterapkan oleh pesantren adalah hasil konstruksi pemikiran dan aspirasi global para kiai mengenai pendidikan Islam. Pemikiran ini berakar pada ajaran al-Qur’an dan al-Hadits serta diadaptasi menjadi kearifan lokal yang selaras dengan konteks sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang beragam. Dalam hal ini, pesantren memadukan prinsip-prinsip universal Islam dengan nilai-nilai lokal, menciptakan sebuah model pendidikan yang tidak hanya mendidik secara agama tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat yang plural.

Sebut saja misal, nilai-nilai kearifan lokal seperti kedisipminan, yang mana pesantren memiliki aturan dan tata tertib yang ketat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, seperti waktu shalat, pelajaran, dan tugas-tugas lainnya. Nilai-nilai ketekunan ayng amna santri terus belajar dan mengembangkan diri dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan, serta tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Pun sama dengan kerjasama dan kemandirian, pesantren menjadi basis menanamkan nilai-nilai tersebut dalam rangka mendidik santri yang bertanggung jawab atas kehidupan dan masa depannya.

Selain itu, pendidikan pesantren diharapkan menjadi pionir dalam mengembalikan esensi ajaran Islam yang universal dengan mengikuti pendekatan wasathiyah (jalan tengah). Langkah ini bertujuan untuk menggalang moderasi Islam di Indonesia melalui restrukturisasi nilai-nilai sosial. Karena itu, esensial untuk merevitalisasi nilai-nilai edukasi pesantren dengan meneliti sejarah budaya dan menginternalisasi prinsip-prinsip sosial tersebut sebagai basis pendidikan Islam yang moderat.

Peran sosial pesantren dalam kehidupan masyarakat memiliki dampak yang besar. Secara sosiologis misal, peran ini tidak terlepas dari sistem nilai yang pesantren bangun sebagai modal sosial (social capital) untuk memengaruhi perilaku dan tindakan sosial, termasuk dalam upaya membangun moderasi Islam. Dalam pandangan ini, nilai-nilai tersebut dipahami sebagai keyakinan yang terikat dengan institusi tertentu, yang kemudian mempengaruhi bagaimana individu bertindak terhadap hal-hal yang dianggap penting dan bagaimana hal-hal tersebut sebaiknya dilakukan atau dihindari.

Di era globalisasi yang serba cepat ini, tantangan untuk mempertahankan nilai-nilai lokal semakin meningkat. Salah satu institusi yang berhasil menjaga dan mengembangkan kearifan lokal di Indonesia adalah pesantren. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, telah lama menjadi benteng kebudayaan dan spiritualitas yang mempromosikan moderasi agama. Pesantren memiliki sistem pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kearifan lokal yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Dalam proses pendidikan ini, pesantren mengintegrasikan ajaran Islam dengan nilai-nilai lokal seperti gotong royong, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama. Melalui pendekatan ini, pesantren berperan penting dalam menjaga harmoni sosial dan mempromosikan sikap moderat dalam beragama.

Moderasi agama atau wasatiyyah adalah konsep yang mengajarkan keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan. Di pesantren, moderasi agama diterapkan melalui berbagai aktivitas dan kurikulum yang menekankan pentingnya dialog antarumat beragama, pemahaman lintas budaya, dan penolakan terhadap ekstremisme. Santri, sebutan untuk para siswa di pesantren, diajarkan untuk memahami dan menghormati perbedaan, baik dalam konteks agama maupun budaya.

Namun, globalisasi membawa tantangan tersendiri bagi pesantren dalam mempertahankan kearifan lokal dan moderasi agama. Arus informasi yang cepat dan penetrasi budaya asing dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianut oleh santri. Selain itu, munculnya paham-paham ekstremis yang menyebar melalui media sosial juga menjadi ancaman serius bagi moderasi agama yang telah dibangun oleh pesantren.

Untuk menghadapi tantangan ini, pesantren perlu beradaptasi dan memperkuat perannya sebagai agen moderasi agama. Penggunaan teknologi informasi untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi dan kearifan lokal dapat menjadi strategi efektif. Selain itu, kerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil juga penting untuk memperkuat upaya moderasi agama di tingkat lokal dan nasional.

Tak heran bila menyebut bahawa kearifan lokal pesantren adalah aset berharga dalam membangun moderasi agama di Indonesia. Di tengah tantangan globalisasi, pesantren harus terus berinovasi dan beradaptasi tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal yang telah menjadi dasar moderasi agama. Dengan demikian, pesantren dapat tetap menjadi benteng kebudayaan dan spiritualitas yang menjunjung tinggi toleransi dan harmoni dalam masyarakat.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

4 Langkah – Langkah Mencegah Kekerasan Generasi Muda di Sekolah, Komunikasi Baik Kuncinya

3 Juni 2024 - 13:14 WIB

Mengatasi Bullying di Lingkungan Pendidikan: Menciptakan Ruang Belajar yang Inklusif

30 Mei 2024 - 20:30 WIB

Melihat Keragaman Budaya Indonesia

30 Mei 2024 - 20:22 WIB

Biografi Imam Abu Hasan Al-Asyari

27 Mei 2024 - 22:39 WIB

Sejarah Perkembangan Asy’ariyah

26 Mei 2024 - 22:36 WIB

Pesantren dan Bullying dalam Kacamata Agama

26 Mei 2024 - 13:00 WIB

Trending di Kontra Narasi