Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 15 Jun 2024 19:17 WIB ·

Mewujudkan Kemandirian Pesantren lewat Sistem Pertanian Terpadu


 Mewujudkan Kemandirian Pesantren lewat Sistem Pertanian Terpadu Perbesar

Oleh: Ibnu Abbas

Sebagai salah satu negara agraris, Indonesia memiliki potensi besar di bidang pertanian. Namun besarnya potensi itu tidak sebanding dengan minat masyarakatnya yang cenderung enggan menjadi petani. Padahal sektor ini amat penting untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survei yang dikutip dari sejumlah sumber, anak muda khususnya generasi Z makin tidak tertarik dengan sektor pertanian. Hanya ada 6 dari 10 generasi Z yang berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di sektor pertanian.

Kegelisahan masalah ini nampaknya dirasakan betul oleh seorang pemuda asal Jakarta, Rizki Hamdani (37) yang kini tinggal dan menetap di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Suami dari Silvia Nur Rohmah ini mengatakan bahwa sektor pertanian memiliki persoalan yang demikian kompleks.

“Selain kerena faktor produksi yang tinggi sedangkan dukungan alamnya sangat rendah. Juga banyak lahan-lahan kering dan tak produktif. Bahkan persoalan yang paling mendasar adalah regenerasi petani yang kini sulit dilakukan. Kalangan milenial sudah enggan menjadi petani,” ungkapnya.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, Rizki kemudian berpikir keras untuk melakukan regenerasi petani di kalangan milenial. Beberapa upaya yang ia lakukan untuk meyakinkan para pemuda agar mau bergelut di sektor pertanian, hasilnya belum begitu signifikan. Ia hanya mampu menjaring beberapa orang saja.

Hingga terlintas dalam benaknya untuk menyasar kalangan santri di pesantren. Sebab baginya, kalangan santri sangat mudah dirangkul, selain karena latar belakang kehidupannya di pesantren yang dekat dengan lingkungan, juga taat dan patuh terhadap perintah Kiai.

Rizki kemudian berkenalan dengan salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Fathul ‘Ulum Desa Puton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, KH Habibul Amin. Kepada pengasuh, ia lantas menjelaskan misi besarnya di dalam meregenerasi petani. Serta mewujudkan kemandirian Pesantren melalui usaha sektor pertanian.

“Kiai bilang ke saya, ya udah Mas Rizki, untuk kegiatan enterpreneurnya sampean yang handle. Untuk agamanya saya yang handle. Akhirnya kita sepakat,” kata Rizki menceritakan pertemuan pertamanya dengan Pengasuh Pondok Pesantren Fathul ‘Ulum Jombang.

Rizki menanamkan satu keyakinan kepada para santri bahwa ketika lulus dari pesantren tidak masalah bila santri tidak menjadi ulama atau kiai. Justru yang menjadi masalah adalah ketika lulus dari pesantren santri tidak bisa berbuat apa-apa.

“Nah di situlah pentingnya lifeskill yang harus dimiliki oleh para santri. Kebetulan Pesantren Fathul ‘Ulum ini basisnya salaf. Jadi tidak ada lembaga formalnya. Jadi santri memang harus digodok betul skillnya. Terutama di bidang pertanian. Karena untuk ukuran saat ini, untuk mencari kerja kan harus punya ijazah a b dan c, harus punya sertifikat ini dan itu. Sedangkan mereka santri salaf kan tak punya. Jadi harus betul-betul mengasah bakatnya,” ungkap Rizki.

Membentuk Sistem Pertanian Terpadu untuk Kemandirian Pesantren

Misi besar yang ingin Ia terapkan adalah Integrated Farming System atau Sistem Pertanian Terpadu. Sebuah sistem pertanian modern yang mengusung prinsip zero waste atau tanpa limbah. Selain bermanfaat untuk lingkungan, sistem ini berpotensi membawa pesantren mandiri secara ekonomi.

Oleh Rizki sistem itu kemudian diimplementasikan melalui sarana sebuah perkumpulan yang dirintisnya. Yaitu Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) di Pondok Pesantren Fathul ‘Ulum Jombang. Dua tujuan utama yang ingin ia wujudkan, yakni meregenerasi petani dari kalangan santri, sehingga bisa menjawab persoalan yang dialami bangsa, kemudian menciptakan kemandirian ekonomi pesantren.

“Limbah pertanian kita buat pakan ternak, sementara perikanan kita buat pengairan di sektor pertanian, seterusnya begitu,” ujar Rizki.

Di sektor pertanian, Rizki memanfaatkan lahan-lahan milik masyarakat yang tergolong tidak produktif. Ia kemudian melakukan riset kecil-kecilan mencari komoditas tanaman yang cocok ditanam di lahan yang tidak produktif. Serta tetap hidup tumbuh subur di musim panas maupun hujan.

“Akhirnya kita nemu jenis tanaman Sorgum. Alhamdulillah tanah yang tadinya tidak menghasilkan apa-apa, kemudian bisa menghasilkan dan dapat mendulang pundi-pundi rupiah,” jelasnya.

Di pesantren, dirinya bersama KSTM juga mengelola peternakan sapi dengan jumlah mencapai ratusan ekor. Kotoran dari ternak sapi itu kemudian dimanfaatkan untuk memproduksi pupuk organik. Bahkan, setiap tahun KSTM rutin mendistribusikan pupuk organik itu ke Dinas Pertanian Jombang kisaran 100 hingga 150 ton.

Usaha di bidang pupuk organik itu kemudian diperkuat dengan didirikannya sebuah korporasi bernama Santani Berkah Utama. Satani sendiri merupakan akronim dari Santri Tani Milenial.

“Artinya dari yang tadinya tidak ada nilainya tidak ada harganya jadi ada nilai dan ada harganya. Ada perputaran ekonomi di situ. Cara kita berterima kasih kepada Tuhan itu adalah ketika kita mengambil dari alam maka harus kita kembalikan untuk alam juga,” tegasnya.

Prinsipnya, kata Rizki, upaya tersebut dalam rangka menciptakan perputaran uang di dalam pesantren sendiri. Beberapa kebutuhan dasar makanan sehari-hari, seperti sayur, ikan, ayam, dan lain-lain yang sebelumnya hanya bisa didapat dengan cara beli di pasar. Kini di pesantren sudah tersedia berkat hasil bumi di pesantren.

Tak berhenti sampai di situ, Rizki bersama KSTM kemudian mendirikan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) yang di dalamnya mengelola bidang usaha hasil pertanian maupun peternakan. Masing-masing bidang itu memiliki tugas pokok yang sudah dilengkapi dengan SOP.

“Sehingga masing-masing pengelola tidak lagi bingung harus kemana. Minimal usaha itu untuk mencukupi kebutuhan internal pesantren sendiri. Udah itu aja,” terangnya.

Sistem Pertanian Terpadu tersebut untuk saat ini hanya fokus diterapkan di Pondok Pesantren Fathul ‘Ulum Jombang. Namun Rizki juga mulai membangun jejaring dengan beberapa kelompok lain menjalankan wirausaha peternakan. Yakni membangun kerjasama dengan 150 kelompok se-Indonesia guna menyerap kotoran yang dihasilkan dari peternakan itu.

Ia pun berharap, selain di Jombang, juga tumbuh SDM petani di sejumlah daerah lain. Sehingga bisa menjawab persoalan yang tengah dihadapi Indonesia sebagai negara agraris. Apalagi saat ini, dunia tengah dihadapkan dengan krisis pangan yang melanda. Lahirnya generasi petani makin dibutuhkan.

“Saya harap juga pemerintah tidak hanya fokus pada distribusi bantuan pupuk, bibit hingga alat-alat pertaniannya. Tetapi juga fokus agar bagaimana sumber daya manusianya terdistribusi dengan baik. Tentu dengan cara meregenerasi petani secara masif,” harapnya.

Bagi Rizki, pertanian adalah benteng terakhir pertahanan negeri. Karena itu, upaya yang ia lakukan bersama KSTM di pesantren perlu dorongan bersama-sama dari sejumlah pihak agar mampu menjawab persoalan krisis pangan yang melanda dunia.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri