Dakwah Sunan Kalijaga
Dakwah dari beberapa Wali Songo mencerminkan beberapa kaidah di atas. Sunan Kalijaga misalnya sangat toleran pada budaya lokal. Ia berkeyakinan bahwa masyarakat akan menjauh jika pendirian mereka diserang. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil mempengaruhi.
Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis (penyesuaian antara aliran-aliran) dalam mengenalkan Islam.
Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang ‘Petruk Jadi Raja’[1]. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid yang diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut tidak hanya kreatif, tapi juga sangat efektif (wa yadkhulūna fī dīn Allahi afwājān). Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu, selatan Demak.
Baca juga: Doa Guru Menjadi Penyebab Masyhurnya Maulana Rumi
Dakwah Sunan Kudus
Demikian juga dengan metode Sunan Kudus yang mendekati masyarakatnya melalui simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Ada cerita masyhur tentang dakwah Sunan Kudus. Dalam satu kasus, Sunan Kudus memancing masyarakat untuk pergi ke masjid untuk mendengarkan tablighnya. Agar orang-orang Hindu tertarik ke sana, ia dengan sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid.
Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati, apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat al-Baqarah yang berarti “Seekor Sapi”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Suatu pendekatan yang agaknya meng-copy paste kisah 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mampu mengajak mengikat masyarakat untuk memeluk agama Islam.
Tonton juga: RESOLUSI JIHAD BELUM USAI || shoot movie duta damai santri jawa timur
[1]Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Tanggerang Selatan, Pustaka Iiman, 2019. hlm. 268
Metode Dakwah Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus
Metode Dakwah Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus