Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 16 Jul 2022 21:21 WIB ·

Merawat ke-Bhinekaan untuk Kelestarian Negara


 foto; independensi.com Perbesar

foto; independensi.com

Oleh: Muhammad Al Fatih

Fitrah kemanusiaan          

الحمد لله الذي خلقنا من ذكر وأنثى وجعلنا شعوبا وقبائل لتعارفنا. و الصلاة والسلام على رسول الله القائل لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه. وعلى أله وصحبه لهم باحسان الى يوم الدين. أما بعد.

Indonesia sebuah negara yang mejemuk. Terdiri atas beberapa jajaran pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Di dalamnya, terdapat beratus juta orang dengan ciri khas masing-masing. Keberagaman etnis, bahasa, dan budaya, sangat mudah sekali ditemui. Agama pun juga sama. Di negara ini, masyarakat dibebaskan memilih agama sesuai dengan keyakinan yang dianggapnya benar. Benar-benar keberagaman yang bhineka.

Perbedaan merupakan fitrah kemanusiaan. Sebuah amanat Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk saling mengenal antara satu kaum dengan kaum yang lainnya. Meletakkan keadaan manusia hidup dalam komunitas yang luas.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير )سورة الحجرات:  13)

Dengan perbedaan, dunia ini menjadi lebih berwarna. Banyak hal yang dapat kita petik dari perbedaan itu. Mengajarkan kepada kita atas hal yang belum kita ketahui. Sehingga kita menjadi tahu, di mana letak kekuatan dan kelemahan kita. Yang dengan itu, dapat memunculkan hikmah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Karena perbedaan adalah amanat Tuhan, maka kita tidak bisa menjadikan peran orang lain supaya mengikuti apa yang kita inginkan. Kita juga tidak bisa memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti apa yang kita kehendaki. Sehingga, maklum saja keberagaman selalu melingkup di dalam keseluruhan lini dalam kehidupan. Sebenarnya mudah saja bagi Tuhan untuk menyamaratakan agar menjadi satu padu kesamaan. Tapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan hendak menguji manusia dengan perbedaan itu.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ(سورة المائدة : 12)

Melalui perbedaan dan keberagaman ini, kita dituntut untuk memiliki sikap toleran dan terbuka. Jika tidak, kita tidak bisa menikmati hidup ini. Hati terasa tidak tenang dalam menjalaninya. Karena manusia sebagai mahluk sosial dalam melakukan seluruh aktifitasnya, tidak pernah luput dari berinteraksi dengan orang lain.

Benturan agama

Terkadang dengan kefanatikan kepada agama, hati kita terasa tertutup dalam menyelami keberagaman. Menimbulkan saling caci maki pada agama lain yang menurutnya salah. Hari ini kita menyaksikan toleransi dalam beragama masih belum menjadi laku. Toleransi sebagai sikap hidup belum menjelma dalam keadaan yang agung. Kita masih belum dapat hidup berdampingan dan bergandengan tangan dalam perbedaan. Perbedaaan masih saja menjadi senjata untuk menyerang orang lain.

Seperti kejadian yang dilakukan salah seorang da’I muda tersohor yang menjawab pertanyaan audien ketika melihat salib. Yang melemahkan dan menyalahkan agama orang lain. Seorang muslim tidak pantas mengungkapan pembicaraan seperti itu. Kerena Allah melarang kita menghina Tuhan agama orang lain.

              وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ (الانفال : 108)           

               قال القرطبي في تفسيره فنهى سبحانه لمؤمنين أن يسبّوا أوثانهم، لأنه علم إذا سبّوها نفر الكفّار وازدادوا كفرا. الى ان قال فلا يحلّ لمُسلم أن يسبّ صلبانهم ولا دينهم ولا كنائسهم، ولا يتعرَّض إلى ما يؤدِّي إلى ذلك، لأنَّه بمنزلة البعث على المعصية2

            Bukankah dengan memaki agama orang lain, kita juga yang lebih banyak terkena efek samping dari perbuatan itu.

               لأن من القواعد الشرعية المقررة: ان الواسائل تعطى حكم المقاصد فالوسيلة الى الواجب واجبة، والوسيلة الى المحرم محرمة. الى ان قال : وسب معبودات الكفار هوفى الاصل قربة. لكن لم كان وسيلة الى ان يسب الكفار المعبود الحق حرمه الله تعالى. الى ان قال : فسب معبودات النصارى حرام لانه يؤدي الى سب الله تعالى.3

منها ان يتقي مواضع التهم صيانة لقلوب الناس عن سوء الظن ولالسنتهم عن الغيبة فانهم اذا عصوا الله بذكره وكان هو السبب فيه كان شريكا. الى ان قال : وقال ؟ كيف ترون من سبب ابويه فقالوا وهل من احد يسب ابويه فقال نعم يسب ابوي غيره فيسون ابويه. (احياء علوم الدين : ج 2 / ص 201)

Melihat realita di atas, kesatuan kita akan menjadi pecah. Tampaknya kita perlu renungan dan evaluasi mengenai keberagaman dalam keagamaan.

Ingatlah. Allah menciptakan manusia berbeda-beda bukan untuk saling memaki. Menjatuhkan yang lebih lemah, atau sebagai media saling bermusuhan. Tetapi, untuk saling mengetahui di mana letak kelemahan kita supaya dapat mengintropeksi diri menuju kepada kehidupan yang lebih baik.

Cak Nurcholis Madjid menulis dengan indah bahwa pangkal keberagaman dalam keagamaan adalah al-hanafiyah al-samhah. Mengutip hadist Rosulullah saw.

وقول النبي صلى الله عليه وسلم : // احب الدين الى الله الحنيفية السمحه// (صحيح البخاري ج 1 / ص 16)

Al-hanafiyah al-samhah adalah semangat mencari kebenaran yang akan membawa kepada sikap toleran, tidak sempit, tanpa kefanatikan, dan tidak membelenggu jiwa. Al-hanafiyah al-samhah adalah pangkal menumbuhkan keberagaman yang terbuka. (Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat// Keberagaman yang lapang //)

Karena saat seseorang mempunyai keberagaman yang lapang, hati dan pikiran akan tentram. Tidak akan muncul rasa curiga atau kebencian karena semua menikmati perbedaan. Pada saat menyadari tentang hal ini, manusia akan saling membantu tanpa harus menggerutu, saling sapa tanpa rasa terpaksa, saling menjaga tanpa harus diminta. Kemanusiaan dan kebangsaan akan kukuh dengan sikap itu.

Benturan budaya

Menengok perbedaan etnis, kita punya masalah antara anak bangsa. Kita punya masalah atas perbedaan yang ada. Kita punya masalah dalam hubungan sosial dengan saudara kita sendiri. Papua. Rasanya, orang Indonesia memang belum siap menerima dan terbuka dengan orang papua.

Permasalahan pertama. Selama puluhan tahun, sejak Papua terikat dalam pangkuan republik negara Indonesia 1965, nyaris seperti tidak hadir dalam kehidupan komunal negara ini. Mereka seperti termarjinalkan.

Ya, mereka memang hadir dalam laga sepak bola tanah air kita. Mereka hadir dalam pameran budaya kita. Tapi realitas sehari-hari jelas sangat tak terlihat.

Misalnya saja, interaksi kita dalam kehidupan sehari-hari. Jarang sekali kita temui orang-oran papua yang bekerja di toko, swalayan atau warung makan sebagai pe;ayan di berbagai wilayah atau daerah di Indonesia. Sedangkan orang-orang dari bagian Indonesia; seperti Bugis, Aceh, Padang, Bali, sering kita temui. Tetapi orang Papua? Jarang sekali ditemui, bahkan seperti tidak ada. Apakah karena perbedaan warna kulit sehingga kita tidak menerima mereka bekerja di toko kita karena mereka kurang menarik untuk memikat pembeli?

Ke-dua, menengok kembali interaksi dengan orang Papua. Sangat disayangkan sekali ketika mendengar saudara kita mengucapkan kata-kata rasis yang ditunjukkan kepada orang Papua. Mengejek perbedaan biologis yang melekat pada tubuh, ras manusia, termasuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok tertentu. Hal ini memiliki dampak yang berbahaya yang dapat mengancam integritas keutuhan negara republik Indonesia.

Rosululah sangat membenci orang yang berkata kasar, rasis, menghina. Rosulullah sangat tidak Ridho dengan orang yang bebuat demikian.

Maka dari itu, Rosulullah selaku uswatun hasanah mengajarkan kepada kita untuk selalu berkata baik. Jika memang tidak bisa, kita disuruh untuk diam.

               عن أبي هريرة رضي الله عنه ، ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال : ( من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرًا أو ليصمت ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم جاره ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم ضيفه ).7

               وذكر فى فيض القدير (ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا) أي كلاما يثاب عليه قال الشافعي : لكن بعد أن يتفكر فيما يريد التكلم به فإذا ظهر له أنه خير لا يترتب عليه مفسدة ولا يجر إليها أتى به (أو ليسكت) وفي رواية للبخاري بدله يصمت قال القرطبي : معناه أن المصدق بالثواب والعقاب المترتبين على الكلام في الدار الآخرة لا يخلو إما أن يتكلم بما يحصل له ثوابا أو خيرا فيغنم أو يسكت عن شئ فيجلب له عقابا أو شرا فيسلم ، وعليه فأو للتنويع والتقسيم فيسن له الصمت حتى عن المباح لأدائه إلى محرم أو مكروه وبفرض خلوه عن ذلك فهو ضياع الوقت فيما لا يعنيه ومن حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه8

                                                                                                                                              Padahal kita selalu meminta mereka, orang-orang papua untuk mengakui negara republik Indonesia. Tetapi kita sendiri selalu ingin berbuat gaduh kepadanya. Dengan mengejek perbedaan biologis yang melekat pada mereka.

            Dari kenyataan di atas, sudahkah kita berbagi kebahagian dan duka bersama mereka? Sudahkah orang-orang papua yang memang berbeda etnis dengan kita menjadi realita dari kehidupan sehari-hari kita? Sudahkah kita mengakui mereka sebagai saudara kita dengan memberikan hak-hak sebagai saudara?.

Ikatan Manusia

            Kita sebagai saudara yang sama-sama dilahirkan dari rahim bunda pertiwi, tidak boleh menafikan keberadaan salah satu dari saudara kita. Kita tidak boleh untuk saling menghina, memaki, acuh kepada saudara kita. Apalagi disebabkan karena mereka berbeda dengan kita. Karena dengan ini, kita sangat mudah untuk bercerai-berai.

                قال الله تعالى : وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ( ال عمران : 103)

            Jika kita ingin menjalani kehidupan dalam bernegara menjadi tentram, nyaman dan harmonis, kita harus saling bergandengan tangan dalam keberagaman. Saling peduli satu sama lain. Jangan sampai dengan adanya perbedaan, sedangkan kita termasuk sebagian kelompok yang kuat, lantas kita mendiskriminasikan kelompok yang lebih lemah dari kita. Marilah kita ciptakan keadilan sosial yang menjadi cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam setiap laku (tingkah) keseharian kita.

            Perbedaan janganlah dibuat untuk saling berselisih. Karena akan menyebabkan kita menjadi lemah dan mudah untuk dipecah-belah.

قال تعالى { وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبِروا إن الله مع الصابرين } ، أمرهم تعالى بالطاعة لله ولرسوله ونهاهم عن التنازع وهو تجاذب الآراء وافتراقها والأظهر أن يكون { فتفشلوا } جواباً للنهي فهو منصوب ولذلك عطف عليه منصوب لأنه يتسبب عن التنازع الفشل وهو الخور والجبن عن لقاء العدو وذهاب الدولة باستيلاء العدو9

            Kerukunan nasional harus tetap dijaga, karena semuanya ada dalam bingkai satu bangsa. Sebagai sama-sama anak bangsa, mari kita saling mangamalkan ajaran perdamaian, saling sapa, berjabat tangan, saling memahami satu sama lain serta semarakkan rasa toleransi terhadap sesama. Agar keutuhan negara yang kita cintai ini abadi sepanjang masa.

            Begitulah harapan semua anak bangsa. Marilah sama-sama menjaga keutuhan negara ini dengan rasa keadilan, toleransi yang menyeluruh. Karena kita semua ada Indonesia. Salam putera pertiwi.     

Artikel ini telah dibaca 1 kali

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi