Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 29 Jul 2023 14:13 WIB ·

Merangkai Cinta dari Balik Kisah


 Merangkai Cinta dari Balik Kisah Perbesar

Oleh: Moh. Syaiful Bahri

Ketika seseorang beriman dan bertakwa dengan sebenar-benarnya, Allah swt. akan menambah kebaikan, rahmat dan karunia-Nya kepada hamba tersebut. Bangunan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari cinta. Cinta merupakan perhatian yang aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang dicintai. Untuk mencapai semua ini perlu upaya-upaya merangkai segala aktivitas yang bermuara pada kebaikan dan keimanan kepada-Nya.

Segala kebaikan serta hal-hal yang bermanfaat dapat menghasilkan keberkahan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. Al-Mulk/67:15.

Yang artinya “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Setiap gerak dan perbuatan yang kita lakukan ketika diniatkan ikhlas karena Allah swt. dan ingin mencapai rida-Nya. Untuk itu, gerak dan ibadah yang diniatkan semata-mata kepada Allah akan mencerminkan ketakwan dan kualitas ibadah yang terus meningkat.

Usaha mencari berkah adalah fenomena universal, bukan saja terjadi di Indonesia tetapi di luar negeri pun. Begitu pun dengan cinta, Al-Ghazali pernah berkata bahwa cinta adalah inti keberagamaan yang menjadi awal dan akhir dari perjalanan manusia. Sedangkan Abraham Maslow memasukkan cinta ke dalam lima tingkatan kebutuhan dasar manusia atau sering disebut dengan teori hierarki kebutuhan. Cinta merupakan kecenderungan berkelanjutan dalam hati mereka yang dimabuk cinta, begitu yang dikatakan Ibnu Qayyim.

Ummu Fayyadh Yakhsyallah dalam buku Merangkai Himkah di Balik Kisah: Agar Dicintai Allah dan Manusia (2019) memotret berbagai kisah untuk mencapai hikmah dan cinta. Salah satunya adalah menjadi insan ber-barakah. Berkah bukan terletak pada materi, kaya-miskin, misal. Melainkan pada sedekah dan doa-doa yang dipanjatkan (hlm. 20). Berkah bukan terletak pada banyak sedikitnya takaran materi, tetapi pada keridaan dan kanaah diri. Belajar menata berkah dan ber-barakah untuk menebar manfaat pada kehidupan manusia. Tentu hal demikian perlu kedalaman dan keluasan cinta.

Cinta terhadap sesama bagian dari jenis cinta paling fundamental. Di dalamnya meliputi rasa tanggung jawab, kepedulian dan rasa hormat satu dan lainya. Cinta ini ditandai dengan tanpa adanya eksklusivitas, karena bermuara pada solidaritas, keutuhan manusian dan melepas semua perbedaan yang mengarah pada perpecahan. Di sini ada kutipan menarik dari karya Ummu Fayyadh Yakhsyallah, “sudahkah kalian mencintaiku dengan sebenar-benarnya cinta?” (hlm. 100). Di sini Ummu Fayyadh tidak bisa berkata-kata ketika disodorkan pertanya di atas. Bukan aa-apa, ia hanya sadar diri atas kekerdilan cinta kepada kekasih-Nya.

Rasulullah memberikan contoh atas segala cinta kepada-Nya. Rasulullah adalah teladan hebat tentang totalitas cinta (hlm. 102). Kecintaan kita tentu harus terwujud dalam bentuk ketaatan terhadap Rasulullah (hlm. 104). Bentuk kecintaan ini juga dibuktikan dengan menegakkan sunnahnya. Bukan malah mengolok-olok sunnahnya. Yang tak kalah penting adalah meneladani sikap dan sifat Rasul yang menyayangi sesama ciptaan Allah swt.

Kisah-kisah seputar hikmah dan cinta dalam buku ini tentu menjadi gerbang dalam menyikapi persoalan keberagamaan kita era virtual. Salah satu dengan meneladani kisah tentang berbagi cinta terhadap semua makhluk yang diciptakan Allah swt. tanpa membeda-bedakan satu dan lainnya. Tanpa cinta, hidup terasa seperti musim kemarau sepanjang tahun. Gersang. Apalah arti sebuah hidup bila tidak ada kasih sayang dan cinta yang membasahi setiap gerak dan aktivitas yang menyertainya.

Buku ini perlu dijadikan sebagai pembelajaran sekaligus renungan terhadap kita umat beragama. Sejauh mana telah menyikaan keberagamaan yang cukup kompleks dan majemuk ini. Sudahkan menjadikan cinta sebagai pondasi interaksi bersama semua ciptaan Tuhan, atau malah abai pada aspek-aspek tersebut.

 

Judul                : Merangkai Hikmah di Balik Kisah: Agar Dicintai Allah dan Manusia

Penulis             : Umu Fayyadh Yakhsyallah

Terbitan          : PT Elex Media Komputindo

Tahun              : 2019

ISBN                : 978-623-00-1127-6

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri