Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 23 Okt 2024 10:57 WIB ·

Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Refleksi Hari Santri Nasional


 Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Refleksi Hari Santri Nasional Perbesar

Oleh: Ahmad Fuad Akbar

Hallo sobat Damai Santri…

Setiap tanggal 22 Oktober, dentang sejarah berkumandang mengingatkan kita pada peran vital para santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari Santri Nasional bukan sekadar peringatan ceremonial, melainkan momentum untuk merefleksikan estafet perjuangan yang tak pernah usai – dari masa ke masa, dari generasi ke generasi.

Resolusi Jihad yang dikumandangkan K.H. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi titik api yang membakar semangat perlawanan. Para santri, dengan kesederhanaan dan keikhlasan, turun ke medan pertempuran membela tanah air. Mereka membuktikan bahwa nasionalisme dan nilai-nilai keislaman dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang menggetarkan fondasi kolonialisme.

Kini, medan juang telah bergeser. Tantangan masa kini tidak lagi berbentuk dentuman meriam atau derap sepatu tentara asing. Generasi santri masa kini menghadapi perang yang lebih kompleks: globalisasi, disrupsi teknologi, krisis identitas, hingga ancaman radikalisme. Di tengah pusaran perubahan ini, tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” menjadi sangat relevan.

Para santri modern dituntut untuk tetap memegang teguh khazanah keilmuan pesantren sembari beradaptasi dengan tuntutan zaman. Mereka harus mampu memadukan nilai-nilai tradisional dengan kompetensi modern. Kitab kuning tetap dibaca, namun laptop dan internet juga harus dikuasai. Bahasa Arab dan Inggris sama pentingnya. Fiqih klasik dipelajari, tapi isu-isu kontemporer juga harus dipahami.

Di berbagai pelosok negeri, kita menyaksikan bagaimana pesantren bertransformasi menjadi pusat keunggulan pendidikan yang holistik. Para santri tidak hanya dibekali ilmu agama, tetapi juga keterampilan entrepreneurship, literasi digital, dan kepemimpinan. Mereka disiapkan untuk menjadi sosok yang “alim digital” – mendalam secara spiritual, mumpuni secara intelektual, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Semangat juang para santri tempo dulu kini bermetamorfosis menjadi jihad intelektual dan sosial. Mereka berjuang melawan kebodohan melalui pendidikan, melawan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi, dan melawan ekstremisme melalui dakwah yang moderat dan ramah. Inilah bentuk patriotisme kontemporer yang tidak kalah heroik dari pendahulu mereka.

Dalam konteks Indonesia yang majemuk, peran santri sebagai penjaga moderasi beragama menjadi semakin krusial. Mereka adalah benteng pertahanan dari arus radikalisme dan intoleransi yang mengancam keutuhan bangsa. Warisan spiritual dan intelektual pesantren menjadi modal sosial yang tak ternilai dalam membangun Indonesia yang damai dan berkeadilan.

Menatap masa depan, tantangan akan semakin kompleks. Revolusi industri 4.0, perubahan iklim, dan dinamika geopolitik global akan menguji ketangguhan generasi santri. Namun, seperti kata pepatah “al-muhafadzatu ‘ala al-qadimi al-shalih wal akhdzu bil jadidi al-ashlah” (menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik), santri akan terus berevolusi tanpa kehilangan jati diri.

Hari Santri Nasional mengingatkan kita bahwa estafet perjuangan tidak pernah berhenti. Setiap generasi memiliki tantangan zamannya sendiri. Yang diperlukan adalah kearifan untuk menyambung mata rantai perjuangan dengan cara yang sesuai dengan konteks kekinian. Santri masa kini adalah penerus tradisi sekaligus perintis masa depan.

Menyambung juang bukan berarti mengulang cara-cara masa lalu, tetapi menangkap semangatnya untuk diterjemahkan dalam konteks kekinian. Merengkuh masa depan bukan berarti meninggalkan tradisi, tetapi menjadikannya fondasi untuk melompat lebih jauh. Di sinilah letak keistimewaan santri: mampu berpijak pada tradisi sambil terbang menggapai modernitas.

Semoga momentum Hari Santri Nasional tidak sekadar menjadi nostalgia heroisme masa lalu, tetapi menjadi inspirasi untuk terus berkarya dan berjuang demi Indonesia yang lebih baik. Karena sejatinya, santri adalah pelita yang tak pernah padam, menerangi jalan bangsa menuju masa depan yang gemilang.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Strategi dan Cara Menemukan Perubahan Positif dalam Diri

11 November 2024 - 14:23 WIB

Trending di Suara Santri