Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 22 Des 2022 02:29 WIB ·

Menjaga Persatuan Tanpa Memandang Perbedaan Latar Belakang


 Menjaga Persatuan Tanpa Memandang Perbedaan Latar Belakang Perbesar

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, persatuan dan kesatuan warga negara adalah sebuah keniscayaan. Karena tanpa adanya persatuan, sulit kiranya untuk mewujudkan integritas negara. Persatuan dan kesatuan termasuk langkah awal yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam membangun sebuah kedaulatan di Madinah.  

Persatuan dan kesatuan menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar dalam kehidupan bernegara, tanpa memandang pebedaan latar belakang dari setiap individu, entah dari sisi agama, suku, adat dan bahasa.

Persatuan dan kesatuan tidak hanya terbatas pada persaudaraan antar sesama warga negara, persatuan juga harus dimaknai dalam bidang politik, perekonomian, kemiliteran dan bidang-bidang yang lain.

Baca juga: Kritik Kepada Pendakwah yang Berjiwa Keras

Oleh karena itu, menjaga persatuan menjadi suatu hal yang vital dalam kehidupan bernegara.[1] Khususnya di tengah banyaknya pihak yang tidak menyadari akan bahaya perpecahan dalam suatu bangsa dan negara. Dalam QS al- Imran ayat 103 Allah SWT berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

“Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan bercerai berai”

Menurut Imam al-Baghawi dan Syamsudin al-Qurthubi di dalam penafsirannya yang mengambil riwayat dari Ibnu Mas’ud berpendapat bahwa bersatu dan menjaga kekompakkan merupakan perkara yang ditekankan oleh syariat. Karena sesuatu yang dibenci dalam kondisi bersatu, lebih baik daripada sesuatu yang diinginkan dalam kondisi tercerai berai.[2]  

Menurut Ibnu Mas’ud lafadz حبل الله pada ayat ini bermakna jamaah (bersatu). Sehingga pada ayat ini memberikan sebuah pemahaman bahwa Allah SWT memerintahkan agar bersikap lunak dan melarang adanya perpecahan. Karena perpecahan berakibat pada kehancuran. sedangkan dengan persatuan, akan menuai keselamatan.

Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur.

Selanjutnya, Syamsudin al-Qurthubi dengan penyandaran riwayat tafsir kepada Ibn Mas’ud menjelaskan pada lafadz ولا تفرقوا termasuk dari perintah larangan untuk perpecahan, baik karena mengikuti hawa nafsu atau perbedaan dalam sebuah tujuan.[3]

Kesimpulan dari kedua pendapat ulama tafsir di atas, berdasarkan riwayat tafsir dari Ibnu Mas’ud menunjukkan kesamaan, yaitu memandang pentingnya berada dalam ikatan persatuan. Dengan persatuan, segala perkara yang rumit bisa diselesaikan. Akan tetapipemaknaannya akan berbeda ketika dalam kondisi perpecahan. Perpecahan merupakan sebab dari timbulnya kehancuran, sementara persatuan merupakan sebab dari keselamatan.  

Mengenai urgensi persatuan juga terdapat dalam surat al-Anfal ayat 46. Allah SWT berfirman:  

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian saling berbantah-bantahan yang menyebabkan gentar dan hilangnya kekuatan. Bersabarlah! Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.”

 Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan sebagaimana disampaikan oleh Abu Hayyan al-Andalusy bahwa perpecahan merupakan sebab dari kehancuran yang memudahkan penjajah menguasai suatu negara. Perpecahan menyebabkan rasa gentar untuk menghadapi musuh.

Lebih lanjut menurut beliau, lafadz تفشلوا yang berasal dari lafadz الفشل yang menunjukan arti rasa gentar dan lari dari menghadapi musuh yang menjadi sebab negara dikuasai oleh penjajah, timbul sebagai efek dari pertikaian atau perpecahan.[4] 


[1] Muhammad Sa’id, Op. Cit., hal. 14-15.
[2] Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Op. Cit., vol. 2 hal. 78.
[3] Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, (Riyadl: Dar ‘Alam al-Kutub, 2003), vol. 4 hal. 159.
[4] Abu Hayyan al-Andalusy, Tafsir al-Bahr al-Muhit, (Damaskus: Dar al-Fikr, t.t.), vol. 4 hal.  411.

Menjaga Persatuan Tanpa Memandang Perbedaan Latar Belakang
Menjaga Persatuan Tanpa Memandang Perbedaan Latar Belakang

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

4 Langkah – Langkah Mencegah Kekerasan Generasi Muda di Sekolah, Komunikasi Baik Kuncinya

3 Juni 2024 - 13:14 WIB

Mengatasi Bullying di Lingkungan Pendidikan: Menciptakan Ruang Belajar yang Inklusif

30 Mei 2024 - 20:30 WIB

Nilai-nilai Kearifan Lokal Pesantren dan Tantang Moderasi Beragama di Era Global

30 Mei 2024 - 20:28 WIB

Melihat Keragaman Budaya Indonesia

30 Mei 2024 - 20:22 WIB

Biografi Imam Abu Hasan Al-Asyari

27 Mei 2024 - 22:39 WIB

Sejarah Perkembangan Asy’ariyah

26 Mei 2024 - 22:36 WIB

Trending di Kontra Narasi