Oleh: Anis Faikatul Jannah
Di sebuah desa kecil yang dipenuhi oleh cerita-cerita lama, terdapat seorang anak Perempuan bernama Ivon. Hari itu, di bulan November yang dingin, bunga-bunga kembang api mekar di langit saat senja menjelang. Suatu hari sebelum perayaan Hari Pahlawan, Ivon duduk di depan perpustakaan desa, merenungkan makna sebenarnya dari perayaan tersebut.
Ivon adalah seorang anak yang selalu penasaran tentang kisah-kisah pahlawan masa lalu. Dia kerap menanyakan tentang bagaimana mereka berjuang untuk kebenaran dan keadilan. Tapi, kebingungannya adalah, mengapa mereka hanya diingat satu hari dalam setahun?
Di antara buku-buku tua di perpustakaan, Ivon menemukan buku catatan tua tentang pahlawan-pahlawan lokal. Dalam buku itu tercantum kisah-kisah perjuangan orang-orang di desanya yang melawan ketidakadilan dan berdiri teguh demi melindungi kebenaran.
Ada kisah tentang Aisyah, seorang guru muda yang membela hak-hak pendidikan bagi anak-anak desa yang terpinggirkan. Ada juga cerita tentang Ayah Faisal, yang dengan gigihnya mempertahankan ladang-ladang petani dari penggusuran yang tidak adil.
Ivon terdiam, memikirkan bagaimana orang-orang ini begitu berani dan kuat dalam memperjuangkan nilai-nilai yang mereka yakini. Dia menyadari bahwa menjadi pahlawan bukanlah tentang memakai jubah yang berkilau atau senjata yang berat, tetapi tentang keberanian dalam tindakan kecil sehari-hari untuk membuat perbedaan.
Malam sebelum Hari Pahlawan, Ivon mendekati kakeknya, yang juga merupakan seorang mantan tokoh prajurit TNI AD di desa itu. Kakeknya duduk di bawah pohon tua di halaman belakang, memandang ke langit yang penuh bintang.
“Kakek, apa arti sebenarnya menjadi pahlawan?” tanya Ivon dengan rasa ingin tahu yang tulus.
Kakeknya tersenyum lembut. “Pahlawan, nak, adalah mereka yang mampu membuat perubahan dalam kehidupan orang lain. Mereka yang tidak takut berdiri untuk kebaikan, bahkan jika itu berarti menghadapi kesulitan atau bahaya.”
Ivon merenungkan kata-kata kakeknya. Kemudian, esok paginya, di perayaan Hari Pahlawan, dia mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi desa mereka. Mereka membersihkan taman umum yang telah terbengkalai, membantu para petani di ladang, dan bahkan mengumpulkan sumbangan untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung di desa itu.
Saat senja menjelang, mereka berkumpul di bawah pohon tua di halaman belakang kakek Ivon, merasa kelelahan tetapi juga bahagia. Mereka merasa bahwa, meskipun tindakan mereka mungkin kecil, mereka telah menjadi bagian dari perubahan positif untuk desa mereka.
Ivon memandang langit yang kini dipenuhi oleh bunga api meriah. Dia tersenyum, mengingat kata-kata kakeknya. Hari Pahlawan bukan hanya tentang mengenang pahlawan masa lalu, tapi juga tentang menjadi pahlawan bagi orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kesederhanaan tindakan kebaikan, Ivon belajar bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pahlawan. Dan pada akhirnya, menjadi pahlawan adalah tentang bagaimana kita memilih untuk berperan dalam membawa perubahan yang positif bagi dunia di sekitar kita.