Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 23 Jul 2024 06:15 WIB ·

Mengokohkan Ideologi Aswaja sebagai Benteng Islam Rahmatan lil ‘Alamin


 Mengokohkan Ideologi Aswaja sebagai Benteng Islam Rahmatan lil ‘Alamin Perbesar

Oleh : Ibnu Abbas

Ahlussunnah wal Jamaah atau yang dikenal dengan sebutan Aswaja adalah ideologi Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan (Tawazun), tengah-tengah (Tawassuth), keadilan (I’tidal) dan toleransi (Tasamuh). Keempat nilai ini tentu relevan dengan entitas Islam itu sendiri sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta (Rahmatan lil ’Alamin).

Sebagaimana yang tercantum dalam QS Al-Anbiya 21 ayat 107, Allah SWT berfirman: “Dan Kami tidak mengutus engkau [Muhammad] melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. Tawazun, Tawassuth, I’tidal dan Tasamuh merupakan landasan berpikir Aswaja yang mencerminkan rahmat atau kasih sayang.

Dalam upaya membentengi Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘Alamin, Aswaja memainkan peranan penting. Di tengah gempuran radikalisme dan terorisme berkedok Islam, yang menjadi sumber pemecah-belah umat Islam, ideologi Aswaja terbukti menjadi penyelamat.

Mengapa demikian? Sebab Aswaja memiliki prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam menyebarkan Islam secara rahmatan lil alamin:

Prinsip yang pertama, Aswaja berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber utama ajaran Islam. Dengan berpegang pada sumber ini, Aswaja menjamin kemurnian ajaran Islam yang disebarkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إني قد تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا : كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي » [أخرجه الحاكم ]
Artinya: “Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan tersesat selagi (kalian) berpegang teguh dengan keduanya yaitu al-Qur’an dan sunahku“. (HR al-Hakim 1/284)

Prinsip kedua, Aswaja menekankan pentingnya menjaga persatuan umat Islam. Rasulullah SAW bersabda.
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: “Persatuan umatku adalah rahmat, dan perpecahan adalah azab” (HR. Tirmidzi).
Spirit persatuan inilah yang kemudian menjadikan Aswaja menjadi sangat penting untuk dikokohkan. Aswaja mampu menyebarkan Islam secara lebih efektif tanpa terjebak dalam perpecahan yang dapat menghambat penyebaran risalah Islam.

Prinsip yang ketiga, Aswaja menjunjung tinggi sikap moderat, toleran, dan menghindari ekstremisme. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda tentang larangan berlebih-lebihan dalam agama.
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّين
Artinya: “Jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. Ibnu Majah no. 3029, An-Nasa’i no. 3057, dan Ahmad no. 1851).

Sikap moderat dan toleran inilah yang membuat Aswaja mampu menyebarkan Islam secara damai dan ramah, sehingga dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.Narasi ini tentu bukan hanya fiktif.

Sejarah mencatat bahwa peran para ulama dalam menyebarkan agama Islam di Bumi Nusantara sangat santun dan penuh kasih sayang. Tidak dengan penekanan dan penindasan. Islam diajarkan dengan cara-cara yang baik dan menyesuaikan dengan tradisi dan budaya setempat.

Dalam kurun waktu yang tidak begitu lama, penduduk pribumi terpikat dengan ajaran Islam yang begitu mulia. Islam pun diterima dengan baik oleh masyrakat. Fakta sejarah ini hendaknya menjadi pijakan para tokoh dan intelektual muslim era sekarang dalam menguatkan Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alamin.

Lantas bagaimana untuk membumikan dan mengokohkan ideologi Aswaja di tengah-tengah kehidupan masyarakat? Hal itu bisa diperankan lewat khidmah dan berjuang bersama para kiai dan ulama di Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi sosial keagamaan Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia yang berhaluan Aswaja.

Wadah ini sangat efektif dalam menguatkan ideologi Aswaja, selain aktif berdakwah di tengah-tengah masyarakat, NU juga memerankan pesantren dan berbagai lembaga pendidikannya untuk mengokohkan ajaran Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

Yang tidak kalah penting, ideologi Aswaja juga sangat relevan dengan Indonesia sebagai negara yang majemuk. Ragam ras, suku, budaya dan bahkan agama bersatu dalam wadah yang sama, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aswaja mampu hidup bersama dan menjadikan perbedaan sebagai rahmat. Hal ini menjadi modal utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi