Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 4 Sep 2023 08:39 WIB ·

Menghindari Fanatisme dan Memelihara Persatuan dalam Islam


 cinta Perbesar

cinta

Oleh: Erik Setiawan 

Salah satu tantangan yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah adanya pemahaman yang sempit dan fanatisme yang kadang-kadang menghalangi upaya dakwah yang sebenarnya.

Banyak di antara kita yang terjebak dalam mengidentifikasi pandangan pribadi sebagai satu-satunya bentuk Islam yang benar. Hal ini sering kali mengarah pada ketidakmampuan untuk menerima perbedaan pendapat di dalam umat Islam.

Penting untuk diingat bahwa Islam adalah agama yang kaya dan memiliki berbagai pendapat di antara ulama-ulama terkemuka sepanjang sejarah. Ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi memberikan ruang untuk perbedaan pendapat dalam hal-hal tertentu. Ini bukanlah hal yang baru, dan perbedaan pendapat bukan berarti meninggalkan Islam.

Yang menjadi masalah adalah ketika fanatisme membawa seseorang untuk mengriminalisasi pandangan lain yang tidak sejalan dengan pemahaman pribadi mereka. Ini merusak persatuan dalam umat Islam dan merusak citra agama itu sendiri. Bagaimana mungkin kita mengajak orang lain kepada Islam jika kita tidak bisa menjaga persatuan di dalam umat kita sendiri?

Penting bagi para juru dakwah dan aktivis Islam untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang agama ini. Ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kebaikan umat Islam secara keseluruhan. Kita harus belajar untuk menerima perbedaan pendapat dengan penuh kedewasaan dan menghindari sikap merasa superior.

Selain itu, kita juga harus berhati-hati terhadap fanatisme yang dapat muncul dalam kelompok-kelompok yang kita ikuti. Fanatisme tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berdampak negatif pada seluruh komunitas. Membela seorang guru atau pemimpin tidak boleh menjadi alasan untuk mengorbankan persatuan dan kebenaran.

Ketika kita melupakan tujuan sebenarnya dari dakwah – yaitu membawa orang lain kepada Islam – dan mengubahnya menjadi alat untuk menyerang sesama muslim, kita telah menyimpang dari ajaran sejati agama ini. Mari kita belajar dari kesalahan masa lalu dan berusaha membangun umat Islam yang kuat, bersatu, dan mampu memberikan contoh yang baik kepada dunia.

Jadi, daripada membuang energi dalam konflik internal yang tidak produktif, mari kita bersatu dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman kita tentang Islam dan membawa pesan agama ini kepada orang lain dengan kasih sayang, toleransi, dan rasa hormat terhadap perbedaan. Hanya dengan begitu kita dapat mengatasi perpecahan yang menghambat kemajuan umat Islam.

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi