Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 3 Agu 2022 18:26 WIB ·

Mengasuh Bersama Sebagai Imunisasi Ideolosi Anak Sejak Dini


 Foto : parenting.co.id Perbesar

Foto : parenting.co.id

Hari Anak Nasional biasa dilaksanakan setiap tanggal 23 Juli di setiap tahunnya. Anak-anak merupakan generasi yang masih dini untuk disemai menjadi bibit unggul generasi bangsa yang berprestasi dengan selalu mencintai bangsanya sendiri. Sehingga paham yang intoleran bisa dipupuk sejak dalam kandungan dan pikirannya. Ini merupakan tugas mulia orang tua dalam mendidik dalam kehidupan kesehariannya.   

Ada beberapa kasus yang telah menimpa anak-anak harus ada kepedulian dan perhatian dari orang orang dewasa terhadap kondisi yang sedang menimpa nasib anak anak. Seperti ada banyak anak yang menjadi yatim karena orang tuanya meninggal, imuninasi anak terhambat karena kurangnya tenaga kesehatan, atau ada anak anak menikah dini untuk membantu kebutuhan orang tuanya.

Beberapa kasus tersebut tentu hanyalah sekelumit permasalahan yang tampak secara fisik terhadap anak-anak. Akan tetapi, bagaimana jika anak-anak bangsa hari ini sudah terpapar dengan virus wawasan, pengetahuan, mental, pandangan sehingga bisa mengubah paradigma mereka untk beralih mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karenanya, peran orang tua sebagai teman paling dekat dengan anaka harus mempunyai kepedulian untuk menguatkan imunitas wawasan anak agar tidak mudah terserang virus dan penyakit mental dan wawasan. Imunisasi ideologi terhadap anak-anak yang masih berada di lingkungan rumah dan sekolah tentu harus diperhatikan dengan seksama.

Orang tua tidak bisa membayangkan gempuran informasi saat ini. Lingkungan sosial anak tidak hanya terjadi di ruang nyata, tetapi juga telah merambah secara tak terbatas di ruang maya  (internet). Ini adalah permasalahan baru semenjak virus korona merajalela di seluruh dunia. bukan hanya kerentanan secara fisik, tetapi terbawanya anak pada situasi digital yang semakin rumit dengan adanya berbagai platform yang menjanjikan dan bahkan menyusupkan kepentingan ideologi di dalamnya.

Maka penting mengajarkan cara pandang yang menghargai toleransi, keadilan dan kesetaraan terhadap anak anak dari wabah digital dengan beragam doktrin di dalamnya. Penanaman nilai-nilai ini menjadi sangat penting ditanamkan sebagai vaksin terhadap anak sejak usia dini hingga mampu membentuk karakter anak yang moderat dan toleran di masa depan.

“Mengasuh Bersama” Sebagai Benteng Ideologi Terhadap Anak

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” Hadist ini sangat populer di kalangan orang tua dan masyarakat. Secara tidak langsung, hadits ini ingin mengingatkan betapa besarnya pengaruh lingkungan sosial baik keluarga sebagai lingkungan inti atau pertemanan sebagai lingkungan yang besar. Lingkungan potensial dalam mengubah perilaku dan sikap seorang anak bahkan bisa memasukkan doktrin keagamaan tertentu sehingga anak kehilangan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia.

Mengasuh anak membutuhkan ketelatenan. Selain karena anak-anak berada dalam llingkungan sosial, ia juga berada dalam lingkungan keluarga. Maka tugas orang tua harus bisa mengasuh anak dalam dua dimensi tersebut yaitu kepengasuhan di internal keluarga dan lingkungan sosial. Tanggungjawab ini tentu saja bukan hanya dibebankan kepada ibu saja sebagai salah seorang yang biasanya dekat dengan anak. Akan tetapi, seorang ayah dalam keluarga juga harus mendidik dengan baik, terlebih ketika anak-anak berinteraksi dengan lingkungan. Karena sangat berpengaruhnya faktor lingkungan sosial terhadap perubahan sikap, paradigma, dan perilaku yang ditimbulkan oleh anak dalam kehidupan kesehariannya. Jadi, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggungjawab pada seorang ibu semata.

Yang tidak kalah penting adalah bagaimana pola pengasuhan dalam konteks sosial yaitu keberhasilan kepengasuhan seorang anak juga ditentukan oleh lingkungan sosialnya. Memberikan tanggungjawab atas kesadaran orang orang dewasa bahwa tindakan, sikap orang dewasa dan orang tua lainnya mempengaruhi anak lainnya di luar rumahnya. Ini menjadi penting agar orang tua memberikan kesadaran kepada para tetangga dan orang yang sudah dewasa agar menjaga sikap yang tidak baik di depan anak. Karenanya, hal yang mempengaruhi karakter seorang anak adalah teladan. Bagaimana orang tua terus senantiasa refleksi dan evaluasi dirinya sendiri sehingga menjadi teladan bagi anaknya.

Dalam mengajarkan ideologi kepada anak tentu dibutuhkan beberapa tahapan-tahapan yang akan dilalui. Anak yang masih berada dalam usia dini hendaknya diberikan pendampingan tentang pembelajaran sederhana. Misalnya dengan mengenalkan beberaapa tokoh yang menjadi penggerak perdamaian, cerita dan sejarah perjuangan tokoh tersebut dalam memberikan pendidikan perdamaian kepada umat. Diajak untuk melihat beberapa budaya yang bisa diceritakan saat menontonnya. Pembelajaran ini bisa dengan cara mengenalkan gambar para tokoh tersebut dan menceritakannya saat akan menjelang tidur.

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi