Oleh : Abdul Warits*
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa hati menjadi cerminan dalam setiap gerak-gerik tubuh manusia. Jika hatinya jernih, maka seluruh anggota tubuh secara otomatis akan mengikuti apa yang diinginkan oleh hati. Sebab itulah, mengasah hati yang sifatnya berubah-rubah dari waktu ke waktu memang tidak mudah.
Buku ini hadir ke hadapan pembaca dengan beberapa nasihat para ulama’ shaleh (salafus shalih) dan kisah-kisahnya tentang hikmah dari beberapa sumber terpercaya, mulai dari kitab tafsir, ar-raqaiq, syarah hadits Nabi hingga kitab fiqih. Karena menurut penuturan Sufyan Ibnu U’yainah mengatakan bahwa Rahmat Allah akan turun ketika menyebut kisah dan nasehat orang-orang shaleh. Sebab, dengan nasehat dan kisah mereka akan menjadi suri tauladan untuk umat.
Buku ini terdiri dari 191 nasehat yang termaktub di dalamnya. Selain itu, di dalamnya dilengkapi dengan teks arab di halaman paling belakang. Bagi pembaca yang ingin menyelami satu persatu bait nasehat dan hikmah tentu akan terpesona karena buku ini disajikan dengan warna-warna yang akan menarik perhatian pembaca, utamanya jika dibaca oleh kalangan anak-anak sekaligus pembaca juga bisa merujuk ke tesk aslinya.
Tema tema nasihat para ulama’ salaf yang disajikan di dalam buku ini merupakan tema yang diangkat oleh penulis tentang problematika dan peristiwa yang seringkali terjadi di lingkungan sekitar kita. Seperti nasehat untuk menjaga lidah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Hasan Al-Basri di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa seseorang tidak dipandang baik dalam beragamanya selama tidak dapat menjaga lidahnya. (hal. 02)
Dalam menghadirkan beberapa nasehat yang dihimpunnya, penulis buku ini, Aep Saepulloh Darusmanwiati yang notabene sebagai dai muda dan kandidat doktor dari Universitas Al-Azhar ini cukup jeli dalam menuangkan himpunan nasehat-nasehat dan hikmah untuk memberikan motivasi melakukan kebaikan dan kemaslahatan atau bahkan dari nasehat terpilih tersebut terdapat tips-tips yang menjadi bekal seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia hingga akhirat sehingga menjadi manusia yang bisa menebar kebaikan kepada lingkungan sekitarnya.
Tips-tips dalam nasehat tersebut misalnya kita temukan bagaimana seorang muslim bisa menjadi orang yang muhsin (menebar kebaikan) yaitu dengan tiga cara. Pertama, jika tidak bisa memberikan manfaat kepadanya, maka janganlah menyusahkannya. Kedua, jika tidak bisa membahagiakannya, maka janganlah menyedihkannya. Ketiga, jika tidak bisa memujinya maka jangan mencelanya. Tiga tips ini oleh Aep Saepulloh, penulis buku ini, dikutip dari kitab tanbihul ghafilin. (hal. 05)
Tidak hanya itu, di dalam buku ini disuguhkan kunci sukses untuk orang-orang yang mencari ilmu yaitu hendaknya orang-orang yang mencari ilmu tidak akan berhasil jika dibarengi harta yang melimpah dan jiwa yang angkuh. Akan tetapi, jika seorang yang mencari ilmu bersikap dengan penuh kehinaan diri, kesulitan ekonomi, hormat dan dekat dengan ulama serta rendah hati maka ia akan berhasil. Keterangan ini didapatkan dari keterangan di kitab Manaqib Imam As-Syafi’i karya Imam Fakhruddin Ar-Razi halaman 311. (hal. 08)
Nasehat-nasehat para ulama yang sangat menggugah kepada pembaca di dalam buku ini disitir dari beberapa kitab Hadits dan tasawuf. Kitab-kitab rujukan tersebut ada pula kitab yang kontemporer dan kitab-kitab klasik seperti Ihya’ Ulumuddin, Tanbihul Ghafilin, Hilyatul Auliya’, Al-Bidayah Wa An-Nihayah dan berbagai jenis kitab lainnya yang memberikan khazanah terhadap pembaca sehingga bisa mengambil hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.
Membaca buku ini seakan-akan kita diajak untuk merenungi kehidupan di dunia dengan seksama serta tetap memperhatikan etika kepada lingkungan sekitar. Sebab, tema-tema yang disajikan dalam bentuk nasehat dan hikmah-hikmah di dalam buku ini sangat sesuai dengan realitas di zaman ini.